Prancis Batasi Perjalanan Diplomatnya ke Iran
A
A
A
PARIS - Prancis mengatakan kepada para diplomatnya dan pejabat kementerian luar negeri untuk menunda tanpa batas semua perjalanan yang tidak penting ke Iran. Larangan ini merujuk pada rencana bom yang digagalkan dan sikap keras Iran terhadap Prancis, menurut memo internal yang didapat Reuters.
Setiap pengerasan hubungan dengan Prancis bisa memiliki implikasi yang lebih luas bagi Iran. Prancis telah menjadi salah satu pendukung kuat untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan negara-negara dunia, saat Presiden AS Donald Trump menarik diri pada bulan Mei.
Memo itu mengutip rencana pemboman terhadap pertemuan kelompok oposisi Iran di pengasingan dekat Paris. Pertemuan itu dihadiri oleh pengacara Presiden AS Donald Trump, Rudy Giuliani. Paris menganggap ini adalah tanda sikap Teheran yang lebih agresif terhadap Prancis.
"Perilaku pihak berwenang Iran menunjukkan pengerasan posisi mereka vis-a-vis negara kita, serta beberapa sekutu kami," kata Maurice Gourdault-Montagne, sekretaris jenderal kementerian dalam pemberitahuan tertanggal 20 Agustus.
"Mengingat risiko keamanan yang diketahui ... semua pejabat departemen, baik dari kantor pusat atau pos luar negeri, diminta untuk menunda sampai pemberitahuan lebih lanjut, kecuali untuk pekerjaan mendesak, setiap rencana perjalanan di Iran," tambah Gourdault-Montagne seperti dikutip dari Reuters, Rabu (29/8/2018).
Instruksi itu juga disampaikan kepada pejabat di departemen pemerintah di luar kementerian luar negeri untuk diteruskan kepada staf yang bermaksud melakukan perjalanan ke Iran. Itu ditunjukkan oleh memo terpisah yang diperoleh oleh Reuters.
Memo itu menekankan bagaimana kepercayaan pada pemerintah Teheran telah terkikis di Paris karena hubungan antara keduanya menjadi semakin tegang, bahkan ketika Presiden Emmanuel Macron berbicara untuk menjaga kesepakatan nuklir.
Memo Departemen Luar Negeri Prancis itu juga mengatakan setiap staf yang melakukan perjalanan ke Iran untuk alasan pribadi tidak akan dilindungi oleh kekebalan diplomatik, bahkan jika memegang paspor diplomatik. Memo itu membuat referensi khusus untuk kelas pariwisata dan bahasa.
Kementerian luar negeri Prancis menolak mengomentari memo itu atau mengatakan apakah staf kedutaan telah diminta untuk memulangkan keluarga mereka. Pejabat Iran di Kedutaan Besar di Paris juga tidak menanggapi permintaan untuk komentar.
Travel Advice terbaru dari Prancis untuk warganya, yang diterbitkan pada 10 Mei lalu, memperingatkan para pengunjung yang memasuki Iran dengan peralatan elektronik seperti drone dan walkie-talkie dan mengambil terlalu banyak foto.
Iran sebelumnya mengatakan tidak ada hubungannya dengan dugaan rencana untuk menyerang pertemuan Dewan Pertahanan Nasional Iran (NCRI) pada 30 Juni lalu. Jerman telah menahan seorang diplomat Iran yang bermarkas di Austria. Sedangkan Belgia, di mana plot itu terungkap, juga tengah berusaha mengekstradisi seorang diplomat Iran.
Pejabat Prancis belum berkomentar mengenai masalah ini tetapi sumber diplomatik mengatakan secara pribadi bahwa jika keterlibatan Iran terbukti maka akan sulit bagi Prancis untuk tidak bereaksi keras.
Sejak menarik dari kesepakatan nuklir, Trump telah menyatakan kesiapan untuk merundingkan kesepakatan baru sambil memperingatkan Teheran konsekuensi yang mengerikan seperti yang derita sedikit negara dalam sepanjang sejarah karena berani mengancam AS.
Itu dikatakan kepada Macron yang memimpin upaya untuk membujuk Trump agar tetap mempertahankan kesepakatan, dengan alasan itu adalah cara terbaik kekuatan Barat memeriksa aktivitas nuklir Iran.
Presiden Iran Hassan Rouhani awal pekan ini mendesak pihak yang tersisa pada perjanjian nuklir untuk bertindak guna menyelamatkan pakta tersebut.
Macron menegaskan kembali komitmen Prancis untuk mempertahankan perjanjian itu, tetapi para pemimpin Eropa tidak berdaya untuk mencegah sanksi AS menimbulkan rasa sakit pada ekonomi Iran.
Setiap pengerasan hubungan dengan Prancis bisa memiliki implikasi yang lebih luas bagi Iran. Prancis telah menjadi salah satu pendukung kuat untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan negara-negara dunia, saat Presiden AS Donald Trump menarik diri pada bulan Mei.
Memo itu mengutip rencana pemboman terhadap pertemuan kelompok oposisi Iran di pengasingan dekat Paris. Pertemuan itu dihadiri oleh pengacara Presiden AS Donald Trump, Rudy Giuliani. Paris menganggap ini adalah tanda sikap Teheran yang lebih agresif terhadap Prancis.
"Perilaku pihak berwenang Iran menunjukkan pengerasan posisi mereka vis-a-vis negara kita, serta beberapa sekutu kami," kata Maurice Gourdault-Montagne, sekretaris jenderal kementerian dalam pemberitahuan tertanggal 20 Agustus.
"Mengingat risiko keamanan yang diketahui ... semua pejabat departemen, baik dari kantor pusat atau pos luar negeri, diminta untuk menunda sampai pemberitahuan lebih lanjut, kecuali untuk pekerjaan mendesak, setiap rencana perjalanan di Iran," tambah Gourdault-Montagne seperti dikutip dari Reuters, Rabu (29/8/2018).
Instruksi itu juga disampaikan kepada pejabat di departemen pemerintah di luar kementerian luar negeri untuk diteruskan kepada staf yang bermaksud melakukan perjalanan ke Iran. Itu ditunjukkan oleh memo terpisah yang diperoleh oleh Reuters.
Memo itu menekankan bagaimana kepercayaan pada pemerintah Teheran telah terkikis di Paris karena hubungan antara keduanya menjadi semakin tegang, bahkan ketika Presiden Emmanuel Macron berbicara untuk menjaga kesepakatan nuklir.
Memo Departemen Luar Negeri Prancis itu juga mengatakan setiap staf yang melakukan perjalanan ke Iran untuk alasan pribadi tidak akan dilindungi oleh kekebalan diplomatik, bahkan jika memegang paspor diplomatik. Memo itu membuat referensi khusus untuk kelas pariwisata dan bahasa.
Kementerian luar negeri Prancis menolak mengomentari memo itu atau mengatakan apakah staf kedutaan telah diminta untuk memulangkan keluarga mereka. Pejabat Iran di Kedutaan Besar di Paris juga tidak menanggapi permintaan untuk komentar.
Travel Advice terbaru dari Prancis untuk warganya, yang diterbitkan pada 10 Mei lalu, memperingatkan para pengunjung yang memasuki Iran dengan peralatan elektronik seperti drone dan walkie-talkie dan mengambil terlalu banyak foto.
Iran sebelumnya mengatakan tidak ada hubungannya dengan dugaan rencana untuk menyerang pertemuan Dewan Pertahanan Nasional Iran (NCRI) pada 30 Juni lalu. Jerman telah menahan seorang diplomat Iran yang bermarkas di Austria. Sedangkan Belgia, di mana plot itu terungkap, juga tengah berusaha mengekstradisi seorang diplomat Iran.
Pejabat Prancis belum berkomentar mengenai masalah ini tetapi sumber diplomatik mengatakan secara pribadi bahwa jika keterlibatan Iran terbukti maka akan sulit bagi Prancis untuk tidak bereaksi keras.
Sejak menarik dari kesepakatan nuklir, Trump telah menyatakan kesiapan untuk merundingkan kesepakatan baru sambil memperingatkan Teheran konsekuensi yang mengerikan seperti yang derita sedikit negara dalam sepanjang sejarah karena berani mengancam AS.
Itu dikatakan kepada Macron yang memimpin upaya untuk membujuk Trump agar tetap mempertahankan kesepakatan, dengan alasan itu adalah cara terbaik kekuatan Barat memeriksa aktivitas nuklir Iran.
Presiden Iran Hassan Rouhani awal pekan ini mendesak pihak yang tersisa pada perjanjian nuklir untuk bertindak guna menyelamatkan pakta tersebut.
Macron menegaskan kembali komitmen Prancis untuk mempertahankan perjanjian itu, tetapi para pemimpin Eropa tidak berdaya untuk mencegah sanksi AS menimbulkan rasa sakit pada ekonomi Iran.
(ian)