Rencana Kontes Kartun Nabi Muhammad di Belanda Picu Kemarahan
A
A
A
DEN HAAG - Anggota parlemen Belanda, Geert Wilders, yang dikenal anti-Islam nekat akan menggelar kontes kartun Nabi Muhammad di negaranya. Rencana itu telah memicu kemarahan di luar negeri, termasuk di Pakistan.
Perdana Menteri (PM) Belanda Mark Rutte pada hari Jumat menegaskan bahwa kontes itu bukan inisiatif pemerintah. Lomba kartun kontroversial itu akan digelar akhir November 2018 di kantor Partai Kebebasan atau Partij voor de Vrijheid (PVV) pimpinan Wilders.
"Wilders bukan anggota pemerintah. Kompetisi ini bukan inisiatif pemerintah," kata PM Rutte dalam konferensi pers mingguan.
Komentar Rutte muncul setelah rencana kontes itu memicu kemarahan di Pakistan. Pihak berwenang di Pakistan telah mengajukan protes diplomatik terhadap rencana Wilders. Menurut pemerintah Pakistan, kontes itu sebagai upaya untuk mencemarkan nama baik Islam.
Wilders merupakan politisi oposisi Belanda yang terkenal dengan kritik ganasnya terhadap Islam. Dia sebelumnya telah memicu kemarahan di negara-negara Muslim terkait pemutaran film tentang Islam. Dia hidup di bawah penjagaan ketat sepanjang waktu setelah mendapat ancaman pembunuhan.
Penggambaran fisik Allah dan Nabi Muhammad dianggap penistaan di bawah tradisi mainstream Islam.
PM Rutte mempertanyakan motif Wilders yang nekat menggelar kontes kartun Nabi Muhammad. "Tujuannya bukan untuk berdebat tentang Islam. Tujuannya adalah menjadi provokatif," kritik Rutte, seperti dikutip Fox News, Sabtu (25/8/2018).
Meski demikian, dia menegaskan bahwa orang-orang di Belanda memiliki hak kebebasan berbicara yang luas.
"Orang ini, Geert Wilders, dikenal karena menguji batas kebebasan berekspresi. Dia bebas melakukan itu," kata Rutte. "Kabinet ingin menegaskan (kontes) itu bukan inisiatif kabinet," ujar Rutte.
Sementara itu, dalam sebuah tweet, Wilders mengkritik reaksi Rutte dan menteri luar negeri-nya atas rencananya untuk menggelar kontes kartun Nabi Muhammad. "Itu menunjukkan bahwa kita diperintah oleh pemeluk Islam," tulis Wilders.
Dia mengatakan kontes itu tidak dimaksudkan sebagai provokasi. "Tetapi untuk menunjukkan bahwa kami tidak tawar-menawar dengan kebebasan kami," katanya.
Perdana Menteri (PM) Belanda Mark Rutte pada hari Jumat menegaskan bahwa kontes itu bukan inisiatif pemerintah. Lomba kartun kontroversial itu akan digelar akhir November 2018 di kantor Partai Kebebasan atau Partij voor de Vrijheid (PVV) pimpinan Wilders.
"Wilders bukan anggota pemerintah. Kompetisi ini bukan inisiatif pemerintah," kata PM Rutte dalam konferensi pers mingguan.
Komentar Rutte muncul setelah rencana kontes itu memicu kemarahan di Pakistan. Pihak berwenang di Pakistan telah mengajukan protes diplomatik terhadap rencana Wilders. Menurut pemerintah Pakistan, kontes itu sebagai upaya untuk mencemarkan nama baik Islam.
Wilders merupakan politisi oposisi Belanda yang terkenal dengan kritik ganasnya terhadap Islam. Dia sebelumnya telah memicu kemarahan di negara-negara Muslim terkait pemutaran film tentang Islam. Dia hidup di bawah penjagaan ketat sepanjang waktu setelah mendapat ancaman pembunuhan.
Penggambaran fisik Allah dan Nabi Muhammad dianggap penistaan di bawah tradisi mainstream Islam.
PM Rutte mempertanyakan motif Wilders yang nekat menggelar kontes kartun Nabi Muhammad. "Tujuannya bukan untuk berdebat tentang Islam. Tujuannya adalah menjadi provokatif," kritik Rutte, seperti dikutip Fox News, Sabtu (25/8/2018).
Meski demikian, dia menegaskan bahwa orang-orang di Belanda memiliki hak kebebasan berbicara yang luas.
"Orang ini, Geert Wilders, dikenal karena menguji batas kebebasan berekspresi. Dia bebas melakukan itu," kata Rutte. "Kabinet ingin menegaskan (kontes) itu bukan inisiatif kabinet," ujar Rutte.
Sementara itu, dalam sebuah tweet, Wilders mengkritik reaksi Rutte dan menteri luar negeri-nya atas rencananya untuk menggelar kontes kartun Nabi Muhammad. "Itu menunjukkan bahwa kita diperintah oleh pemeluk Islam," tulis Wilders.
Dia mengatakan kontes itu tidak dimaksudkan sebagai provokasi. "Tetapi untuk menunjukkan bahwa kami tidak tawar-menawar dengan kebebasan kami," katanya.
(mas)