Sanksi Baru AS Hantam Pesawat Kepresidenan Iran
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) telah memberlakukan sanksi baru terhadap perusahaan penerbangan yang pesawatnya membawa Presiden Iran Hassan Rouhani. Maskapai yang dihantam sanksi Washington ini adalah Dena Airways.
Departemen Keuangan AS dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa Dena Airways ditunjuk untuk dikenai sanksi berdasarkan pada perintah presiden 2001 yang dirancang untuk menghalangi pendanaan teroris.
Dena Airways menangani penerbangan untuk pemerintah Iran. "Pada November 2017, sebuah maskapai penerbangan yang disetujui (dikenai sanksi) AS sebelumnya, Meraj Air, mengalihkan operasi penerbangan VIP ke Dena Airways," bunyi pernyataan departemen tersebut.
Menurut Direktur Eksekutif National Iranian American Council (NIAC), Trita Parsi, Dena Airways hanya mengoperasikan satu pesawat, yakni yang digunakan oleh Presiden Rouhani. Dia menduga, sanksi baru Amerika ini untuk mempermalukan Presiden Rouhani.
"Jadi apa tujuan Trump? Merendahkan (presiden) moderat Iran dan memperkuat kelompok garis kerasnya," tulis Parsi di media sosial, yang dilansir Al Jazeera, Sabtu (26/5/2018).
Menurut catatan publik yang disediakan oleh situs AirFleets, Dena Airways hanya mengoperasikan satu pesawat, yakni Airbus A340-300 yang berusia 19 tahun.
"Sanksi baru AS ini akan mencegah penggunaan pesawat Dena Airways untuk perjalanan dinas karena perusahaan di seluruh dunia mungkin menolak untuk mengisi bahan bakar atau melayani pesawat tersebut," kata Esfandyar Batmanghelidj, pendiri situs Bourse Bazaar.
Dia menyebut pesawat Dena Airways sebagai Air Force One versi Iran, yang mengangkut seorang presiden.
Hingga kini pemerintah Iran belum bereaksi atas sanksi terbaru AS tersebut.
Dua orang Iran yang terkait dengan Dena Airways dan seorang pengusaha Turki bernama Gulnihal Yegane, juga mendapat sanksi. Hal yang sama juga menimpa tiga perusahaan terkait penerbangan yang terkait dengan Yegane.
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan orang-orang yang masuk daftar sanksi itu sekarang sedang ditetapkan sebagai bagian dari "teroris global".
Mnuchin menuduh fasilitator-fasilitator Iran dan Turki memberikan layanan kepada empat maskapai penerbangan Iran yang sudah ada dalam daftar sanksi AS. Empat maskapai itu adalah Mahan Air, Caspian Air, Meraj Air dan Pouya Air.
Dia mengatakan tindakan orang-orang itu mengatasnamakan maskapai penerbangan untuk memperpanjang garis hidup bagi Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) dan memungkinkan rezim Iran untuk mengangkut senjata, petempur, dan uang ke proksinya termasuk Hizbullah, dan menopang Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Mnuchin juga memperingatkan bahwa negara-negara dan perusahaan di seluruh dunia dapat mengambil risiko hukuman jika memberikan hak pendaratan dan menyediakan layanan penerbangan kepada pesawat-pesawat Iran.
Departemen Keuangan AS dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa Dena Airways ditunjuk untuk dikenai sanksi berdasarkan pada perintah presiden 2001 yang dirancang untuk menghalangi pendanaan teroris.
Dena Airways menangani penerbangan untuk pemerintah Iran. "Pada November 2017, sebuah maskapai penerbangan yang disetujui (dikenai sanksi) AS sebelumnya, Meraj Air, mengalihkan operasi penerbangan VIP ke Dena Airways," bunyi pernyataan departemen tersebut.
Menurut Direktur Eksekutif National Iranian American Council (NIAC), Trita Parsi, Dena Airways hanya mengoperasikan satu pesawat, yakni yang digunakan oleh Presiden Rouhani. Dia menduga, sanksi baru Amerika ini untuk mempermalukan Presiden Rouhani.
"Jadi apa tujuan Trump? Merendahkan (presiden) moderat Iran dan memperkuat kelompok garis kerasnya," tulis Parsi di media sosial, yang dilansir Al Jazeera, Sabtu (26/5/2018).
Menurut catatan publik yang disediakan oleh situs AirFleets, Dena Airways hanya mengoperasikan satu pesawat, yakni Airbus A340-300 yang berusia 19 tahun.
"Sanksi baru AS ini akan mencegah penggunaan pesawat Dena Airways untuk perjalanan dinas karena perusahaan di seluruh dunia mungkin menolak untuk mengisi bahan bakar atau melayani pesawat tersebut," kata Esfandyar Batmanghelidj, pendiri situs Bourse Bazaar.
Dia menyebut pesawat Dena Airways sebagai Air Force One versi Iran, yang mengangkut seorang presiden.
Hingga kini pemerintah Iran belum bereaksi atas sanksi terbaru AS tersebut.
Dua orang Iran yang terkait dengan Dena Airways dan seorang pengusaha Turki bernama Gulnihal Yegane, juga mendapat sanksi. Hal yang sama juga menimpa tiga perusahaan terkait penerbangan yang terkait dengan Yegane.
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan orang-orang yang masuk daftar sanksi itu sekarang sedang ditetapkan sebagai bagian dari "teroris global".
Mnuchin menuduh fasilitator-fasilitator Iran dan Turki memberikan layanan kepada empat maskapai penerbangan Iran yang sudah ada dalam daftar sanksi AS. Empat maskapai itu adalah Mahan Air, Caspian Air, Meraj Air dan Pouya Air.
Dia mengatakan tindakan orang-orang itu mengatasnamakan maskapai penerbangan untuk memperpanjang garis hidup bagi Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) dan memungkinkan rezim Iran untuk mengangkut senjata, petempur, dan uang ke proksinya termasuk Hizbullah, dan menopang Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Mnuchin juga memperingatkan bahwa negara-negara dan perusahaan di seluruh dunia dapat mengambil risiko hukuman jika memberikan hak pendaratan dan menyediakan layanan penerbangan kepada pesawat-pesawat Iran.
(mas)