OPCW Nyatakan Skripal Diracun Novichok, Rusia Bantah Jadi Dalangnya

Jum'at, 13 April 2018 - 17:41 WIB
OPCW Nyatakan Skripal Diracun Novichok, Rusia Bantah Jadi Dalangnya
OPCW Nyatakan Skripal Diracun Novichok, Rusia Bantah Jadi Dalangnya
A A A
JAKARTA - Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) dalam laporannya memastikan bahwa mantan agen ganda Rusia, Sergei Skripal, diserang racun syaraf Novichok. Pemerintah Moskow tetap membantah sebagai dalang serangan.

Serangan racun itu terjadi di Salisbury, Inggris, 4 Maret 2018. Putri Skripal, Yulia Skripal, juga dilaporkan ikut terpapar racun ganas tersebut.

Pemerintah Inggris menuduh Rusia sebagai dalang serangan terhadap mantan intelijen Moskow yang berkhianat tersebut. Namun, Kremlin telah berkali-kali membantahnya dan menuntut London menyodorkan bukti atas tuduhannya.

"Kami sedang memeriksa laporan dari OPCW di Moskow, tapi yang dapat, saya pastikan dari laporan ini tidak ada bukti bahwa Rusia terlibat dalam insiden ini. Tidak ada bukti bahwa Rusia ada di balik serangan ini," kata Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva.

"Bahkan hanya beberapa saat setelah kejadian, tanpa ada klarifikasi, Rusia dituduh. Tidak ada satu pun pihak yang bisa menunjukkan bukti keterlibatan Rusia," ujarnya, Jumat (13/4/2018).

Moskow sudah berulang kali mengajukan pertanyaan dan meminta informasi tentang apa yang sebenarnya terjadi di Salisbury. Moskow juga menuntut investigasi terkait kasus ini. Tapi, kata Vorobieva, Rusia tidak diberikan informasi apapun.

"Kami juga tidak diberikan akses kekonsuleran untuk bertemu dengan Skripal, meski dia memiliki dua kewarganegaraan (Rusia). Sekarang bahkan kita tidak tahu di mana keberadaan Skripal. Semua bukti sudah dihancurkan. Ini membuat kita harus bekerja keras untuk menemukan (bukti). Sejauh ini tidak ada bukti tentang keterlibatan Rusia. Kita justru banyak mendapat informasi dari media massa," imbuh diplomat Moskow ini.

"Jika Anda ingat, hanya dua hari setelah insiden ini terjadi, Inggris membuat keputusan diplomatik bahwa Rusia ada di balik ini, memulai perang diplomatik dengan mengusir perwakilan diplomatik kami. Mereka mengatakan membutuhkan waktu untuk investigasi, tapi sudah deklarasi bahwa Rusia yang bertanggung jawab," paparnya.

Vorobieva menambahkan, serangan racun semacam itu tidak ada untungnya bagi Rusia. Terlebih, kasus ini muncul beberapa saat setelah Pemilu Rusia atau menjelang Piala Dunia."Kenapa kita (dituduh) melakukan itu? ini sebenarnya absurd," katanya yang merasa kasus Skripal janggal.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5469 seconds (0.1#10.140)