Mengenal Tomahawk, Rudal AS yang Diprediksi Hujani Suriah
A
A
A
WASHINGTON - Ada satu peluru kendali (rudal) di gudang senjata Amerika Serikat (AS) yang diperkirakan akan menghujani beberapa target di Suriah sebagai respons Presiden Donald Trump atas dugaan serangan senjata kimia di Douma.
Washington dan negara-negara Barat menuduh rezim Presiden Bashar al-Assad sebagai pelaku serangan kimia yang dilaporkan menewaskan puluhan orang. Rezim Suriah dan Rusia membantah dan menuduh serangan dibuat oleh LSM White Helmets dan kelompok Jaish al-Islam yang didukung Barat untuk memfitnah Assad agar diserang Barat.
Serangan rudal AS sulit ditebak. "Saya tidak pernah mengatakan kapan serangan terhadap Suriah akan terjadi," tulis Trump di Twitter. Namun, pemimpin Amerika ini telah memintah Rusia sebagai sekutu Assad bersiap menyambut tembakan rudal Amerika yang dia sebut bagus, baru dan "pintar".
Ukuran peluru kendali jelajah Tomahawk sekitar setengah dari panjang tiang telepon standar. Daya lesatnya sebanding dengan kecepatan jelajah pesawat komersial dan dapat membawa hulu ledak seberat 1.000 pon.
Tomahawk telah berada di gudang senjata Angkatan Laut AS sejak tahun 1980-an. Namun, pertama kali digunakan dalam pertempuran pada tahun 1991, yakni selama Perang Teluk. Secara keseluruhan, senjata ini telah dikerahkan lebih dari 2.300 kali.
"Tahun demi tahun, administrasi masuk dan administrasi keluar, itu adalah rudal jelajah darat jarak jauh yang diambil presiden untuk pertama dalam krisis," kata Thomas Karako, direktur Proyek Pertahanan Rudal di Pusat Studi Strategis dan Internasional kepada CNBC.
"Apa yang membedakan Tomahawk dari beberapa senjata lain adalah bahwa ia diluncurkan dari laut dan memiliki jangkauan yang jauh lebih lama," kata Karako, yang dilansir Jumat (13/4/2018).
Baca Juga: Trump: Bersiaplah Rusia, Rudal akan Datang di Suriah!
Harga terbaru dari senjata ini per unitnya sekitar USD1,4 juta. Peluru kendali Tomahawk produksi kontraktor pertahanan Raytheon memiliki jarak tempuh 800 hingga 1.553 mil dan dapat dikerahkan oleh lebih dari 140 kapal dan kapal selam Angkatan Laut AS. Pada tahun 1995, Inggris menjadi militer kedua yang menambahkan Tomahawk ke gudang persenjataannya.
Apa yang membuat Tomahawk sangat mematikan adalah kemampuannya untuk membawa hulu ledak konvensional seberat 1.000 pon dan diprogram ulang di tengah jalan.
Selama lima hari terakhir, Presiden Trump telah mempertajam retorikanya melawan Suriah dan sekutunya yang paling kuat, yakni Rusia. Dia mengeluarkan ancaman melalui Twitter tentang potensi serangan AS terhadap negara yang dilanda perang tersebut.
"Bersiaplah Rusia, karena mereka (rudal-rudal AS) akan datang, bagus dan baru dan 'pintar'! Anda seharusnya tidak bermitra dengan binatang pembunuh gas yang membunuh orang-orangnya dan menikmatinya!," tulis Trump di Twitter.
Baca Juga: 5 Hal yang Perlu Tahu jika AS Serang Suriah
Trump mengatakan kepada wartawan hari Kamis bahwa keputusan mengenai apakah militer AS akan menanggapi dugaan serangan kimia di Suriah akan dibuat segera.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya mengatakan bahwa sekitar 500 orang di Douma dirawat karena tanda dan gejala terpapar bahan kimia beracun. Namun, Rusia kecewa karena data WHO bersumber dari White Helmets.
Tahun lalu, pemerintahan Trump menembakkan total 59 rudal jelajah Tomahawk dari kapal perusak Angkatan Laut AS, USS Porter dan USS Ross, di Mediterania timur.
Rudal-rudal itu menghantam hanggar pesawat, bunker amunisi, sistem pertahanan udara, dan radar. Selain itu, Pentagon mengatakan pasukan Rusia di Suriah secara resmi diberitahu sebelum serangan, namun Moskow tidak bertindak.
"Satu-satunya tindakan kinetik terbaik dan paling konsekuen yang diambil pemerintahan Trump adalah 59 rudal jelajah Tomahawk ke Suriah," kata Karako.
"Ini menunjukkan kesediaan untuk menggunakan kekuatan kinetik, ini menunjukkan administrasi akan mendukung apa yang dikatakannya dengan tindakan," ujarnya.
Sekadar diketahui, sistem perisai rudal terkuat Rusia yang dikerahkan di Suriah saat ini adalah S-400. Senjata canggih Moskow itu diperkirakan yang akan menjadi "payung" udara rezim Suriah dari gempuran rudal-rudal Tomhawak Amerika.
Washington dan negara-negara Barat menuduh rezim Presiden Bashar al-Assad sebagai pelaku serangan kimia yang dilaporkan menewaskan puluhan orang. Rezim Suriah dan Rusia membantah dan menuduh serangan dibuat oleh LSM White Helmets dan kelompok Jaish al-Islam yang didukung Barat untuk memfitnah Assad agar diserang Barat.
Serangan rudal AS sulit ditebak. "Saya tidak pernah mengatakan kapan serangan terhadap Suriah akan terjadi," tulis Trump di Twitter. Namun, pemimpin Amerika ini telah memintah Rusia sebagai sekutu Assad bersiap menyambut tembakan rudal Amerika yang dia sebut bagus, baru dan "pintar".
Ukuran peluru kendali jelajah Tomahawk sekitar setengah dari panjang tiang telepon standar. Daya lesatnya sebanding dengan kecepatan jelajah pesawat komersial dan dapat membawa hulu ledak seberat 1.000 pon.
Tomahawk telah berada di gudang senjata Angkatan Laut AS sejak tahun 1980-an. Namun, pertama kali digunakan dalam pertempuran pada tahun 1991, yakni selama Perang Teluk. Secara keseluruhan, senjata ini telah dikerahkan lebih dari 2.300 kali.
"Tahun demi tahun, administrasi masuk dan administrasi keluar, itu adalah rudal jelajah darat jarak jauh yang diambil presiden untuk pertama dalam krisis," kata Thomas Karako, direktur Proyek Pertahanan Rudal di Pusat Studi Strategis dan Internasional kepada CNBC.
"Apa yang membedakan Tomahawk dari beberapa senjata lain adalah bahwa ia diluncurkan dari laut dan memiliki jangkauan yang jauh lebih lama," kata Karako, yang dilansir Jumat (13/4/2018).
Baca Juga: Trump: Bersiaplah Rusia, Rudal akan Datang di Suriah!
Harga terbaru dari senjata ini per unitnya sekitar USD1,4 juta. Peluru kendali Tomahawk produksi kontraktor pertahanan Raytheon memiliki jarak tempuh 800 hingga 1.553 mil dan dapat dikerahkan oleh lebih dari 140 kapal dan kapal selam Angkatan Laut AS. Pada tahun 1995, Inggris menjadi militer kedua yang menambahkan Tomahawk ke gudang persenjataannya.
Apa yang membuat Tomahawk sangat mematikan adalah kemampuannya untuk membawa hulu ledak konvensional seberat 1.000 pon dan diprogram ulang di tengah jalan.
Selama lima hari terakhir, Presiden Trump telah mempertajam retorikanya melawan Suriah dan sekutunya yang paling kuat, yakni Rusia. Dia mengeluarkan ancaman melalui Twitter tentang potensi serangan AS terhadap negara yang dilanda perang tersebut.
"Bersiaplah Rusia, karena mereka (rudal-rudal AS) akan datang, bagus dan baru dan 'pintar'! Anda seharusnya tidak bermitra dengan binatang pembunuh gas yang membunuh orang-orangnya dan menikmatinya!," tulis Trump di Twitter.
Baca Juga: 5 Hal yang Perlu Tahu jika AS Serang Suriah
Trump mengatakan kepada wartawan hari Kamis bahwa keputusan mengenai apakah militer AS akan menanggapi dugaan serangan kimia di Suriah akan dibuat segera.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya mengatakan bahwa sekitar 500 orang di Douma dirawat karena tanda dan gejala terpapar bahan kimia beracun. Namun, Rusia kecewa karena data WHO bersumber dari White Helmets.
Tahun lalu, pemerintahan Trump menembakkan total 59 rudal jelajah Tomahawk dari kapal perusak Angkatan Laut AS, USS Porter dan USS Ross, di Mediterania timur.
Rudal-rudal itu menghantam hanggar pesawat, bunker amunisi, sistem pertahanan udara, dan radar. Selain itu, Pentagon mengatakan pasukan Rusia di Suriah secara resmi diberitahu sebelum serangan, namun Moskow tidak bertindak.
"Satu-satunya tindakan kinetik terbaik dan paling konsekuen yang diambil pemerintahan Trump adalah 59 rudal jelajah Tomahawk ke Suriah," kata Karako.
"Ini menunjukkan kesediaan untuk menggunakan kekuatan kinetik, ini menunjukkan administrasi akan mendukung apa yang dikatakannya dengan tindakan," ujarnya.
Sekadar diketahui, sistem perisai rudal terkuat Rusia yang dikerahkan di Suriah saat ini adalah S-400. Senjata canggih Moskow itu diperkirakan yang akan menjadi "payung" udara rezim Suriah dari gempuran rudal-rudal Tomhawak Amerika.
(mas)