Selama Perang Suriah, Eksodus Terbesar Baru Terjadi di Ghouta Timur

Jum'at, 16 Maret 2018 - 15:58 WIB
Selama Perang Suriah,...
Selama Perang Suriah, Eksodus Terbesar Baru Terjadi di Ghouta Timur
A A A
GHOUTA - Eksodus terbesar warga sipil dari Ghouta Timur terjadi untuk pertama kalinya sejak perang saudara pecah di Suriah tujuh tahun yang lalu. Hingga Jumat (16/3/2018), tercatat 12.000 hingga 13.000 warga sipil meninggalkan Kota Hammouriyeh yang jadi kantong-kantong pemberontak Suriah.

Eksodus ribuan warga sipil ini terjadi saat perundingan damai untuk mengakhiri perang Suriah dibuka di Astana.

Perang saudara di Suriah sudah berlangsung tujuh tahun dan belum ada kejelasan kapan akan berakhir.

Ribuan warga sipil di Ghouta Timur sudah putus asa dan memilih melarikan diri ke daerah yang dikuasai pemerintah Presiden Bashar al-Assad. "Tidak ada air, tidak ada obat yang bisa diberikan kepada anak-anak kami, bahkan makanan sekali pun," keluh seorang warga yang dievakuasi yang dikutip Al Jazeera.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan sebanyak 20.000 orang telah meninggalkan rumah mereka, dan banyak yang lainnya masih menunggu untuk dipindahkan ke zona aman.

Menurut militer Rusia, rata-rata warga sipil eksodus ke zona aman saat jeda kemanusiaan diberlakukan. Data militer Moskow menyebut 11.000 warga sipil telah dievakuasi dengan aman.

Sekitar 800 warga sipil meninggalkan daerah itu setiap jam melalui koridor kemanusiaan yang didirikan oleh Pusat Rekonsiliasi Rusia di Suriah dan pasukan rezim Assad.

Berbagai foto yang diambil dari wilayah di Ghouta Timur menunjukkan beberapa warga pergi dengan mobil, namun sebagian besar memilih berjalan kaki dengan membawa tandu berisi kerabat mereka yang terluka atau sakit.

Orang-orang yang berhasil melarikan diri dari wilayah yang dikuasai oleh kelompok bersenjata mengatakan kepada Russia Today bahwa para militan terus menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia dan melakukan berbagai kekejaman terhadap penduduk setempat dengan tujuan mencegah mereka untuk eksodus.

"Teroris tidak membiarkan kami pergi. Mereka bersembunyi di balik punggung kami," kata seorang pemuda yang berasal dari wilayah yang dikuasai gerilyawan bersenjata kepada Russia Today tanpa bersedia diungkap identitasnya.

"Situasi di sana (di daerah yang dikendalikan oleh kelompok bersenjata) sangat mengerikan. Penduduk setempat sedang dieksploitasi dan kelaparan oleh militan," ujarnya.

Pusat Rekonsiliasi Rusia di Suriah mengaku telah mengirim dua konvoi kemanusiaan sejak minggu lalu. Mereka mengirimkan 318 ton makanan dan obat-obatan ke Douma.

Sementara itu, Komite Internasional Palang Merah (ICRC) mengatakan bahwa sebuah konvoi bersama Palang Merah PBB berupa 25 truk bantuan kemanusiaan telah memasuki daerah yang dikuasai kelompok militan di Ghouta timur.

Seluruh Ghouta Timur adalah rumah bagi sekitar 400.000 orang. Wilayah di pinggiran Damaskus itu telah berada di bawah pengepungan pasukan pemerintah sejak pertengahan 2013.

Menurut angka UNHCR, hampir 500.000 orang terbunuh dan lebih dari 11 juta orang mengungsi dalam perang Suriah.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5527 seconds (0.1#10.140)