Dikunjungi Putra Mahkota Saudi, Inggris Jual 48 Jet Tempur Typhoon
A
A
A
LONDON - Arab Saudi akan membeli 48 pesawat jet tempur Typhoon buatan BAE Systems Inggris. Produsen senjata itu mengumumkan pesanan Riyadh diakhir kunjungan tiga hari Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman di Inggris.
Pesanan puluhan jet tempur itu akan membantu menyelamatkan lapangan pekerjaan di Inggris. Tapi, kontrak penjualan tersebut dikecam oleh aktivis anti-perang yang sebelumnya memprotes kunjungan Pangeran Mohammed terkait agresi Saudi di Yaman.
Inggris telah menandatangani sebuah nota kesepahaman dengan Saudi sebagai bagian awal kesepakatan pembelian 48 jet tempur Typhoon.
Kepala Eksekutif BAE Systems, Charles Woodburn, menggambarkan pesanan puluhan pesawat tempur itu sebagai berita baik.”Langkah positif untuk menyetujui sebuah kontrak bagi mitra kami yang terhormat, Kerajaan Arab Saudi. Kami berkomitmen untuk mendukung kerajaan tersebut yang saat ini sedang memodernisasi angkatan bersenjatanya,” kata Woodburn, seperti dikutip The Guardian, Sabtu (10/3/2018).
Penjualan jet tempur Typhoon telah melambat dan BAE Systems mengumumkan pemutusan hubungan kerja sekitar 1.400 pekerja pada bulan Oktober lalu. Namun, prospek kesepakatan dengan Saudi memberikan harapan baru.
Selain Saudi, Qatar juga memesan 24 jet tempur serupa.
Penjualan senjata Inggris ke Arab Saudi telah diwarnai skandal pembayaran gelap untuk mendatangkan kontrak al-Yamamah, sebuah kesepakatan senjata terbesar Inggris senilai 43 miliar poundsterling.
Andrew Smith, juru bicara Campaign Against Arms Trade, mengatakan bahwa sejak pemboman Yaman dimulai pada tahun 2015, Inggris memiliki lisensi penjualan senjata senilai 4,6 miliar poundsterling ke Arab Saudi.
”Jika disepakati, kesepakatan yang memalukan ini akan dirayakan di Istana Riyadh dan oleh perusahaan senjata yang akan mendapatkan keuntungan darinya, tapi itu berarti penghancuran yang lebih besar lagi bagi masyarakat Yaman,” kritik Smith.
Typhoon bisa menjadi pesawat tempur terakhir Inggris. Dengan pertimbangan biaya yang dikeluarkan, Kementerian Pertahanan Inggris merasa lebih murah untuk membeli pesawat dari AS atau tempat lain ketimbang memproduksi sendiri.
Pesanan puluhan jet tempur itu akan membantu menyelamatkan lapangan pekerjaan di Inggris. Tapi, kontrak penjualan tersebut dikecam oleh aktivis anti-perang yang sebelumnya memprotes kunjungan Pangeran Mohammed terkait agresi Saudi di Yaman.
Inggris telah menandatangani sebuah nota kesepahaman dengan Saudi sebagai bagian awal kesepakatan pembelian 48 jet tempur Typhoon.
Kepala Eksekutif BAE Systems, Charles Woodburn, menggambarkan pesanan puluhan pesawat tempur itu sebagai berita baik.”Langkah positif untuk menyetujui sebuah kontrak bagi mitra kami yang terhormat, Kerajaan Arab Saudi. Kami berkomitmen untuk mendukung kerajaan tersebut yang saat ini sedang memodernisasi angkatan bersenjatanya,” kata Woodburn, seperti dikutip The Guardian, Sabtu (10/3/2018).
Penjualan jet tempur Typhoon telah melambat dan BAE Systems mengumumkan pemutusan hubungan kerja sekitar 1.400 pekerja pada bulan Oktober lalu. Namun, prospek kesepakatan dengan Saudi memberikan harapan baru.
Selain Saudi, Qatar juga memesan 24 jet tempur serupa.
Penjualan senjata Inggris ke Arab Saudi telah diwarnai skandal pembayaran gelap untuk mendatangkan kontrak al-Yamamah, sebuah kesepakatan senjata terbesar Inggris senilai 43 miliar poundsterling.
Andrew Smith, juru bicara Campaign Against Arms Trade, mengatakan bahwa sejak pemboman Yaman dimulai pada tahun 2015, Inggris memiliki lisensi penjualan senjata senilai 4,6 miliar poundsterling ke Arab Saudi.
”Jika disepakati, kesepakatan yang memalukan ini akan dirayakan di Istana Riyadh dan oleh perusahaan senjata yang akan mendapatkan keuntungan darinya, tapi itu berarti penghancuran yang lebih besar lagi bagi masyarakat Yaman,” kritik Smith.
Typhoon bisa menjadi pesawat tempur terakhir Inggris. Dengan pertimbangan biaya yang dikeluarkan, Kementerian Pertahanan Inggris merasa lebih murah untuk membeli pesawat dari AS atau tempat lain ketimbang memproduksi sendiri.
(mas)