Putra Mahkota Saudi Didemo di London karena Agresi di Yaman
A
A
A
LONDON - Ratusan demonstran di London, Inggris, memprotes kunjungan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman. Putra Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud itu dianggap bertanggung jawab atas agresi di Yaman yang menyebabkan penderitaan.
Demonstrasi pecah saat Pangeran Mohammed melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Inggris Theresa May, hari Rabu.
Ratusan demonstran berdiri di Downing Street dengan membawa berbagai spanduk kecaman Saudi atas perang di Yaman. “Hands off Yemen,” bunyi salah satu tulisan spanduk yang ditujukan pada pangeran Saudi tersebut. ”Tidak ada lagi keuntungan dari perang bin Salman,” bunyi spanduk lain.
Saudi dan sekutu Teluknya melakukan agresi di Yaman untuk memerangi pemberontak Houthi. Agresi itu atas permintaan Presiden Yaman Abed Rabbo Mansour Hadi yang nyaris digulingkan pemberontak Houthi.
Tak hanya agresi, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab telah mempertahankan blokade terhadap wilayah di Yaman yang dikuasai Houthi. Blokade itu membuat bantuan makanan dan obat-obatan tidak bisa masuk dan memicu wabah kolera dan bencana kelaparan.
“Saya datang ke demonstrasi ini karena dukungan pemerintah Inggris untuk Saudi adalah tindakan yang sangat buruk dalam sejarah kebijakan luar negeri Inggris dan saya terus terang hanya mempermalukan negara karena melakukan sesuatu yang tidak etis, yang secara aktif membantu pemerintah Saudi dalam perang yang menghancurkan di Yaman,” kata Robin McGhee, 26, salah seorang demonstran kepada Al Jazeera, yang dilansir Kamis (8/3/2018).
Garry, seorang guru berusia 35 tahun yang menolak memberikan nama belakangnya, juga mengecam kunjungan Pangeran Mohammed karena kebijakan Perang Yaman. “Saya pikir kunjungan MbS adalah ‘sangat mengerikan’, di mana dengan kebijakan luar negeri Inggris yang salah kami menjual senjata ke Saudi saat mengebom Yaman, menyebabkan kematian dan bencana kelaparan,” ujarnya.
Anggota parlemen Partai Buruh Chris Williamson, yang hadir dalam demonstrasi tersebut, juga menolak kunjungan pewaris takhta Saudi itu. Dia ikut menyalahkan Inggris karena memasok senjata kepada Saudi.
Menurut data pemerintah Inggris, London meraup lebih dari USD1,5 miliar dari penjualan armada tempur ke Arab Saudi pada 2017. Data itu telah memicu kemarahan publik yang menyerukan agar PM May mengakhiri penjualan senjata ke Arab Saudi.
Demonstrasi pecah saat Pangeran Mohammed melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Inggris Theresa May, hari Rabu.
Ratusan demonstran berdiri di Downing Street dengan membawa berbagai spanduk kecaman Saudi atas perang di Yaman. “Hands off Yemen,” bunyi salah satu tulisan spanduk yang ditujukan pada pangeran Saudi tersebut. ”Tidak ada lagi keuntungan dari perang bin Salman,” bunyi spanduk lain.
Saudi dan sekutu Teluknya melakukan agresi di Yaman untuk memerangi pemberontak Houthi. Agresi itu atas permintaan Presiden Yaman Abed Rabbo Mansour Hadi yang nyaris digulingkan pemberontak Houthi.
Tak hanya agresi, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab telah mempertahankan blokade terhadap wilayah di Yaman yang dikuasai Houthi. Blokade itu membuat bantuan makanan dan obat-obatan tidak bisa masuk dan memicu wabah kolera dan bencana kelaparan.
“Saya datang ke demonstrasi ini karena dukungan pemerintah Inggris untuk Saudi adalah tindakan yang sangat buruk dalam sejarah kebijakan luar negeri Inggris dan saya terus terang hanya mempermalukan negara karena melakukan sesuatu yang tidak etis, yang secara aktif membantu pemerintah Saudi dalam perang yang menghancurkan di Yaman,” kata Robin McGhee, 26, salah seorang demonstran kepada Al Jazeera, yang dilansir Kamis (8/3/2018).
Garry, seorang guru berusia 35 tahun yang menolak memberikan nama belakangnya, juga mengecam kunjungan Pangeran Mohammed karena kebijakan Perang Yaman. “Saya pikir kunjungan MbS adalah ‘sangat mengerikan’, di mana dengan kebijakan luar negeri Inggris yang salah kami menjual senjata ke Saudi saat mengebom Yaman, menyebabkan kematian dan bencana kelaparan,” ujarnya.
Anggota parlemen Partai Buruh Chris Williamson, yang hadir dalam demonstrasi tersebut, juga menolak kunjungan pewaris takhta Saudi itu. Dia ikut menyalahkan Inggris karena memasok senjata kepada Saudi.
Menurut data pemerintah Inggris, London meraup lebih dari USD1,5 miliar dari penjualan armada tempur ke Arab Saudi pada 2017. Data itu telah memicu kemarahan publik yang menyerukan agar PM May mengakhiri penjualan senjata ke Arab Saudi.
(mas)