Turki-AS Sepakat Cegah Bentrokan di Manbij
A
A
A
ANKARA - Turki dan Amerika Serikat (AS) sepakat untuk meredam krisis di Suriah utara. Pasukan Turki dan AS terancam saling bentrok di kota Manbij yang menjadi markas pasukan Kurdi.
Dua sekutu NATO itu mengatakan tim gabungan akan bertemu untuk segera mengatasi perbedaan diplomatik mereka, termasuk perselisihan mengenai kota Manbij. Turki mengancam akan menyerang pasukan Kurdi yang bermarkas di Manbij, yang di anggap sebagai teroris.
Pasukan pro-Turki memerangi milisi di dekat Afrin, melintasi perbatasan selatan Turki dengan Suriah.
AS juga memiliki tentara di Manbij, yang direbut dari kelompok ISIS oleh pasukan yang dipimpin oleh Unit Perlindungan Orang Kurdi (YPG) pada tahun 2016.
Pekan lalu, seorang jenderal tertinggi AS mengatakan pasukannya akan merespons secara agresif terhadap serangan yang didukung Turki terhadap Manbij.
Sebagai tanggapan, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengancam AS dengan "tamparan Ottoman", sebuah referensi historis tentang pukulan yang mematikan.
Baca juga:
Memanas, Erdogan Bersumpah Beri AS 'Tamparan Ottoman'
Berbicara di sebuah konferensi pers bersama di ibukota Turki, Ankara, Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson dan mitranya dari Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan bahwa tim kerja akan menangani perselisihan yang telah menyebabkan meningkatnya ketegangan antara kedua kekuatan tersebut.
"Manbij akan diprioritaskan dalam usaha kerja sama kami," kata Tillerson seperti dikutip dari BBC, Sabtu (17/2/2018).
Tillerson mengatakan bahwa sementara AS mengakui hak sah Turki untuk mengamankan perbatasannya, Turki perlu menahan diri dalam operasi di Afrin untuk meminimalkan korban terhadap warga sipil.
Tillerson mengatakan bahwa dia dan Cavusoglu menyetujui tujuan negara mereka untuk Suriah persis sama, tidak ada perbedaan di antara mereka.
Sementara Cavusoglu mengatakan bahwa mekanisme yang mereka sepakati ditujukan untuk menemukan hasil nyata. "Kita tidak membuang-buang waktu masing-masing," cetusnya.
Pada catatan perselisihan, Cavusoglu mengatakan AS telah melanggar janji sebelumnya untuk memastikan pasukan Kurdi mundur ke timur melintasi sungai Efrat.
"Jika YPG menguasai daerah-daerah ini (di sebelah barat sungai), stabilitas tidak akan pernah memasuki daerah ini. Kami akan berusaha memastikan hal ini tidak akan pernah terjadi," ujar Cavusoglu memperingatkan.
Turki menganggap YPG sebagai kepanjangan tangan dari Partai Pekerja Kurdistan yang dilarang (PKK), yang telah memperjuangkan otonomi Kurdi di Turki tenggara selama tiga dekade.
Bulan lalu, pasukan Turki yang didukung oleh pemberontak Suriah pro-Turki, menyerang Afrin dengan tujuan untuk mengusir YPG.
Manbij terletak 100 km sebelah timur Afrin di wilayah yang dikuasai YPG. Kota Arab utama itu dipisahkan dari Afrin oleh sebuah daerah kantong yang direbut dari ISIS oleh pemberontak pro-Turki dalam operasi yang dipimpin Turki pada tahun 2016.
Dua sekutu NATO itu mengatakan tim gabungan akan bertemu untuk segera mengatasi perbedaan diplomatik mereka, termasuk perselisihan mengenai kota Manbij. Turki mengancam akan menyerang pasukan Kurdi yang bermarkas di Manbij, yang di anggap sebagai teroris.
Pasukan pro-Turki memerangi milisi di dekat Afrin, melintasi perbatasan selatan Turki dengan Suriah.
AS juga memiliki tentara di Manbij, yang direbut dari kelompok ISIS oleh pasukan yang dipimpin oleh Unit Perlindungan Orang Kurdi (YPG) pada tahun 2016.
Pekan lalu, seorang jenderal tertinggi AS mengatakan pasukannya akan merespons secara agresif terhadap serangan yang didukung Turki terhadap Manbij.
Sebagai tanggapan, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengancam AS dengan "tamparan Ottoman", sebuah referensi historis tentang pukulan yang mematikan.
Baca juga:
Memanas, Erdogan Bersumpah Beri AS 'Tamparan Ottoman'
Berbicara di sebuah konferensi pers bersama di ibukota Turki, Ankara, Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson dan mitranya dari Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan bahwa tim kerja akan menangani perselisihan yang telah menyebabkan meningkatnya ketegangan antara kedua kekuatan tersebut.
"Manbij akan diprioritaskan dalam usaha kerja sama kami," kata Tillerson seperti dikutip dari BBC, Sabtu (17/2/2018).
Tillerson mengatakan bahwa sementara AS mengakui hak sah Turki untuk mengamankan perbatasannya, Turki perlu menahan diri dalam operasi di Afrin untuk meminimalkan korban terhadap warga sipil.
Tillerson mengatakan bahwa dia dan Cavusoglu menyetujui tujuan negara mereka untuk Suriah persis sama, tidak ada perbedaan di antara mereka.
Sementara Cavusoglu mengatakan bahwa mekanisme yang mereka sepakati ditujukan untuk menemukan hasil nyata. "Kita tidak membuang-buang waktu masing-masing," cetusnya.
Pada catatan perselisihan, Cavusoglu mengatakan AS telah melanggar janji sebelumnya untuk memastikan pasukan Kurdi mundur ke timur melintasi sungai Efrat.
"Jika YPG menguasai daerah-daerah ini (di sebelah barat sungai), stabilitas tidak akan pernah memasuki daerah ini. Kami akan berusaha memastikan hal ini tidak akan pernah terjadi," ujar Cavusoglu memperingatkan.
Turki menganggap YPG sebagai kepanjangan tangan dari Partai Pekerja Kurdistan yang dilarang (PKK), yang telah memperjuangkan otonomi Kurdi di Turki tenggara selama tiga dekade.
Bulan lalu, pasukan Turki yang didukung oleh pemberontak Suriah pro-Turki, menyerang Afrin dengan tujuan untuk mengusir YPG.
Manbij terletak 100 km sebelah timur Afrin di wilayah yang dikuasai YPG. Kota Arab utama itu dipisahkan dari Afrin oleh sebuah daerah kantong yang direbut dari ISIS oleh pemberontak pro-Turki dalam operasi yang dipimpin Turki pada tahun 2016.
(ian)