Menyambangi Lebanon, Tillerson Sebut Hizbullah Sebagai Ancaman
A
A
A
BEIRUT - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Rex Tillerson, memperingatkan Lebanon akan keberadaan kelompok Hizbullah yang didukung oleh Iran. Tillerson mengatakan gudang persenjataan dan keterlibatan kelompok tersebut dalam konflik regional mengancam keamanan Lebanon.
Berbicara saat konferensi pers bersama Perdana Menteri Lebanon Saad al-Hariri di Beirut, Tillerson juga mengatakan bahwa AS terlibat dengan Lebanon dan Israel untuk memastikan perbatasan kedua negara tetap tenang.
Israel menganggap Hizbullah sebagai ancaman langsung terbesar di perbatasannya dan berulang kali menyerangnya di Suriah, di mana kelompok tersebut berperang bersama Presiden Bashar al-Assad dalam perang saudara yang memasuki tahun kedelapan.
Pemerintah Trump telah mengambil posisi garis keras terhadap Iran. AS juga telah memberi sanksi kepada beberapa orang dan entitas yang terkait dengan Hizbullah dalam beberapa pekan terakhir sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan tekanan terhadap Iran.
Gerakan Syiah bersenjata itu adalah bagian dari pemerintah koalisi Lebanon yang dipimpin oleh politisi Sunni Muslim Hariri, di bawah sistem politik kompleks yang mengembangkan pembagian kekuasaan sektarian.
"Hizbullah bukan hanya menjadi perhatian bagi Amerika Serikat. Orang-orang Lebanon juga harus khawatir tentang bagaimana tindakan Hizbullah dan gudang senjatanya yang berkembang membawa pengamatan yang tidak diinginkan dan tidak membantu di Lebanon," kata Tillerson.
"Keterikatan Hizbullah dalam konflik regional mengancam keamanan Lebanon," tambahnya seperti dilansir dari Reuters, Jumat (16/2/2018).
Hizbullah selalu menolak permintaan apapun agar melucuti senjatanya, yang menurutnya diperlukan untuk membela Lebanon melawan Israel. Hizbullah mengatakan bahwa perannya di Suriah diperlukan untuk menghentikan ancaman militan Sunni ke Lebanon, dan mengatakan pada bulan Januari bahwa perang tersebut akan berakhir dalam satu atau dua tahun.
Kunjungan Tillerson, yang pertama oleh seorang Menteri Luar Negeri AS ke Lebanon sejak tahun 2014, dimulai dengan canggung saat dia menunggu beberapa menit di Istana Baabda untuk pertemuannya dengan Presiden Michel Aoun, seorang sekutu Hizbullah.
Kantor presiden Lebanon membantah ada kesalahan dari protokol diplomatik dan mengatakan bahwa Tillerson telah tiba beberapa menit lebih awal. Rekaman dia menunggu ditayangkan di beberapa saluran TV Arab sepanjang hari. Aoun kemudian mengatakan bahwa Tillerson telah mendengarkan dan memahami posisi Lebanon mengenai perbatasan Israel.
Ketegangan Israel-Lebanon melonjak dalam beberapa bulan terakhir karena rencana Israel untuk membangun tembok di perbatasan, dan karena keputusan Lebanon untuk mulai mengeksplorasi minyak dan gas di sebuah blok lepas pantai di perairan yang disengketakan.
Hizbullah, yang oleh AS dianggap sebagai organisasi teroris, telah meningkatkan kekuatan militernya sejak konflik besar terakhir dengan Israel pada tahun 2006.
Tillerson mendesak para pemimpin Lebanon untuk menegakkan komitmen negara tersebut untuk tidak terlibat konflik regional.
Israel telah menuduh Iran berusaha mendirikan pabrik senjata di Lebanon, dan militer Israel bulan lalu mengatakan bahwa negara tersebut telah berubah menjadi satu "pabrik rudal besar".
Lebanon adalah penerima besar dukungan militer AS. Tillerson mengatakan bahwa Washington tetap berkomitmen untuk mendukung tentara Lebanon dan pasukan keamanan dalam negeri.
Ketika ditanya tentang perselisihan perbatasan maritim dengan Israel, termasuk media Lebanon melaporkan bahwa Washington telah meminta Beirut untuk menyerahkan sebagian dari laut yang diklaimnya, Tillerson membantah laporan tersebut.
"Kami akan terus sangat terlibat dengan kedua belah pihak. Kami tidak meminta siapapun untuk melepaskan apapun, tapi kami mencari solusinya, "katanya.
"Kami melibatkan pemerintah Lebanon dan Israel untuk memastikan perbatasan selatan Lebanon tetap tenang," tukasnya.
Berbicara saat konferensi pers bersama Perdana Menteri Lebanon Saad al-Hariri di Beirut, Tillerson juga mengatakan bahwa AS terlibat dengan Lebanon dan Israel untuk memastikan perbatasan kedua negara tetap tenang.
Israel menganggap Hizbullah sebagai ancaman langsung terbesar di perbatasannya dan berulang kali menyerangnya di Suriah, di mana kelompok tersebut berperang bersama Presiden Bashar al-Assad dalam perang saudara yang memasuki tahun kedelapan.
Pemerintah Trump telah mengambil posisi garis keras terhadap Iran. AS juga telah memberi sanksi kepada beberapa orang dan entitas yang terkait dengan Hizbullah dalam beberapa pekan terakhir sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan tekanan terhadap Iran.
Gerakan Syiah bersenjata itu adalah bagian dari pemerintah koalisi Lebanon yang dipimpin oleh politisi Sunni Muslim Hariri, di bawah sistem politik kompleks yang mengembangkan pembagian kekuasaan sektarian.
"Hizbullah bukan hanya menjadi perhatian bagi Amerika Serikat. Orang-orang Lebanon juga harus khawatir tentang bagaimana tindakan Hizbullah dan gudang senjatanya yang berkembang membawa pengamatan yang tidak diinginkan dan tidak membantu di Lebanon," kata Tillerson.
"Keterikatan Hizbullah dalam konflik regional mengancam keamanan Lebanon," tambahnya seperti dilansir dari Reuters, Jumat (16/2/2018).
Hizbullah selalu menolak permintaan apapun agar melucuti senjatanya, yang menurutnya diperlukan untuk membela Lebanon melawan Israel. Hizbullah mengatakan bahwa perannya di Suriah diperlukan untuk menghentikan ancaman militan Sunni ke Lebanon, dan mengatakan pada bulan Januari bahwa perang tersebut akan berakhir dalam satu atau dua tahun.
Kunjungan Tillerson, yang pertama oleh seorang Menteri Luar Negeri AS ke Lebanon sejak tahun 2014, dimulai dengan canggung saat dia menunggu beberapa menit di Istana Baabda untuk pertemuannya dengan Presiden Michel Aoun, seorang sekutu Hizbullah.
Kantor presiden Lebanon membantah ada kesalahan dari protokol diplomatik dan mengatakan bahwa Tillerson telah tiba beberapa menit lebih awal. Rekaman dia menunggu ditayangkan di beberapa saluran TV Arab sepanjang hari. Aoun kemudian mengatakan bahwa Tillerson telah mendengarkan dan memahami posisi Lebanon mengenai perbatasan Israel.
Ketegangan Israel-Lebanon melonjak dalam beberapa bulan terakhir karena rencana Israel untuk membangun tembok di perbatasan, dan karena keputusan Lebanon untuk mulai mengeksplorasi minyak dan gas di sebuah blok lepas pantai di perairan yang disengketakan.
Hizbullah, yang oleh AS dianggap sebagai organisasi teroris, telah meningkatkan kekuatan militernya sejak konflik besar terakhir dengan Israel pada tahun 2006.
Tillerson mendesak para pemimpin Lebanon untuk menegakkan komitmen negara tersebut untuk tidak terlibat konflik regional.
Israel telah menuduh Iran berusaha mendirikan pabrik senjata di Lebanon, dan militer Israel bulan lalu mengatakan bahwa negara tersebut telah berubah menjadi satu "pabrik rudal besar".
Lebanon adalah penerima besar dukungan militer AS. Tillerson mengatakan bahwa Washington tetap berkomitmen untuk mendukung tentara Lebanon dan pasukan keamanan dalam negeri.
Ketika ditanya tentang perselisihan perbatasan maritim dengan Israel, termasuk media Lebanon melaporkan bahwa Washington telah meminta Beirut untuk menyerahkan sebagian dari laut yang diklaimnya, Tillerson membantah laporan tersebut.
"Kami akan terus sangat terlibat dengan kedua belah pihak. Kami tidak meminta siapapun untuk melepaskan apapun, tapi kami mencari solusinya, "katanya.
"Kami melibatkan pemerintah Lebanon dan Israel untuk memastikan perbatasan selatan Lebanon tetap tenang," tukasnya.
(ian)