Para Pemimpin Palestina: Cabut Pengakuan untuk Negara Israel!
A
A
A
RAMALLAH - Para pemimpin Palestina di Dewan Pusat Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) merekomendasikan untuk mencabut pengakuan terhadap negara Israel.
Pencabutan pengakuan itu sampai Israel mengakui Negara Palestina sesuai peta perbatasan 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya.
Rekomendasi pencabutan pengakuan terhadap negara Israel itu keluar dalam sebuah pertemuan di Kota Ramallah, Tepi Barat, Senin malam. PLO—payung partai politik utama Palestina—menyatakan bahwa organisasi itu menugaskan Komite Eksekutif untuk menangguhkan pengakuan negara Israel.
PLO juga mengatakan bahwa Kesepekatan Oslo, yang ditandatangani Palestina dengan Israel pada awal 1990-an, “tidak lagi berlaku”.
“Hentikan koordinasi keamanan (dengan Israel) dalam segala bentuknya dan meminta semua negara Arab untuk memutuskan semua hubungan dengan negara yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel dan yang memindahkan kedutaannya ke sana,” bunyi rekomendasi Dewan Pusat PLO, seperti dikutip Al Jazeera, Selasa (16/1/2018).
Namun beberapa partai politik Palestina menyatakan keberatan atas pernyataan soal diakhirinya Kesepakatan Oslo. Keberatan ini disampaikan Omar Shehadeh, pemimpin Partai Popular Front for the Liberation of Palestine (PFLP). Menurutnya, menugaskan Komite Eksekutif PLO untuk melakukan tindakan semacam itu bisa memakan waktu lama.
Baca Juga: Abbas Marah Besar pada AS: Sialan Uang Anda!
Sebelumnya, Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas mengatakan Israel telah membunuh Kesepakatan Oslo. Dia marah besar pada Amerika Serikat (AS) dengan mengumpat ancaman Presiden Donald Trump yang akan menghentikan bantuan dana untuk Palestina.
Abbas bersumpah untuk menolak pemimpin Amerika dalam perundingan damai dan mendesak warga Palestina untuk mempertimbangkan kembali kesepakatan yang sudah ditandatangani dengan Israel.
”Kami tidak akan menerima AS untuk menjadi mediator, karena setelah apa yang telah mereka lakukan terhadap kami, orang yang sudah percaya tidak boleh disengat dua kali di tempat yang sama,” kata Abbas.
”Kesepakatan abad ini adalah tamparan pada abad ini,” ujar Abbas, mengolok-olok inisiatif perdamaian yang secara harfiah belum dikerjakan dan baru dipromosikan oleh Trump pada wilayah tersebut.
Abbas, yang menegaskan kembali komitmennya terhadap antikekerasan dan menghentikan terorisme, sudah tidak tahan dengan perundingan damai antara Palestina dengan Israel yang dirancang AS.
”Israel telah membunuh Kesepakatan Oslo. (Israel) ini telah mengakhiri Kesepakatan Oslo,” kata Abbas.”Sekarang kita adalah otoritas tanpa wewenang, dan (rakyat) pendudukan tanpa tanah, dan kita tidak akan menerima ini,” lanjut Abbas.
Kemarahan Abbas ini disampaikan dalam pidato dua jam lebih saat membuka pertemuan dua hari Dewan Pusat Organisasi Pembebasan Palestina, kemarin. Dalam pidatonya, Abbas meluapkan kata-kata pedas untuk Presiden AS Donald Trump, Duta Besar AS untuk PBB, Nikki R. Haley; dan Duta Besar AS untuk Israel, David Friedman.
Dia menyerang Trump karena mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel yang bertentangan dengan konsensus internasional dan kebijakan AS yang telah berlangsung lama.
Kekesalan Abbas berlanjut dengan menyinggung posting Twitter Trump soal status Yerusalem yang sudah di luar “meja” AS. Ancaman Trump untuk menutup misi PLO (Organisasi Pembebasan Palestina) di Washington dan ancaman akan memotong bantuan AS untuk Palestina juga disinggung Abbas.
”Sialan uang Anda!,” umpat Abbas mengacu pada ancaman Trump. ”Dia berkata, 'Saya akan memberi Anda kesepakatan damai’. Kesepakatan itu ternyata berantakan. Dia berkata, ‘Kami tidak akan membayar orang-orang Palestina karena mereka menghentikan negosiasi’. Di mana negosiasi?,” tanya Abbas, seperti dikutip dari New York Times, Senin (15/1/2018).
Abbas juga mengonfirmasi sebuah laporan New York Times baru-baru ini yang menyebut Palestina telah diberitahu bahwa mereka akan ditawarkan Abu Dis, di Yerusalem Timur sebagai ibu kota masa depan mereka.
”Kami berada dalam momen sejarah yang menentukan,” kata Abbas. ”Jika kita kehilangan Yerusalem, apa yang ingin Anda lakukan? Punya negara dengan Abu Dis sebagai ibukotanya? Inilah yang mereka tawarkan sekarang: Abu Dis.”
Pencabutan pengakuan itu sampai Israel mengakui Negara Palestina sesuai peta perbatasan 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya.
Rekomendasi pencabutan pengakuan terhadap negara Israel itu keluar dalam sebuah pertemuan di Kota Ramallah, Tepi Barat, Senin malam. PLO—payung partai politik utama Palestina—menyatakan bahwa organisasi itu menugaskan Komite Eksekutif untuk menangguhkan pengakuan negara Israel.
PLO juga mengatakan bahwa Kesepekatan Oslo, yang ditandatangani Palestina dengan Israel pada awal 1990-an, “tidak lagi berlaku”.
“Hentikan koordinasi keamanan (dengan Israel) dalam segala bentuknya dan meminta semua negara Arab untuk memutuskan semua hubungan dengan negara yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel dan yang memindahkan kedutaannya ke sana,” bunyi rekomendasi Dewan Pusat PLO, seperti dikutip Al Jazeera, Selasa (16/1/2018).
Namun beberapa partai politik Palestina menyatakan keberatan atas pernyataan soal diakhirinya Kesepakatan Oslo. Keberatan ini disampaikan Omar Shehadeh, pemimpin Partai Popular Front for the Liberation of Palestine (PFLP). Menurutnya, menugaskan Komite Eksekutif PLO untuk melakukan tindakan semacam itu bisa memakan waktu lama.
Baca Juga: Abbas Marah Besar pada AS: Sialan Uang Anda!
Sebelumnya, Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas mengatakan Israel telah membunuh Kesepakatan Oslo. Dia marah besar pada Amerika Serikat (AS) dengan mengumpat ancaman Presiden Donald Trump yang akan menghentikan bantuan dana untuk Palestina.
Abbas bersumpah untuk menolak pemimpin Amerika dalam perundingan damai dan mendesak warga Palestina untuk mempertimbangkan kembali kesepakatan yang sudah ditandatangani dengan Israel.
”Kami tidak akan menerima AS untuk menjadi mediator, karena setelah apa yang telah mereka lakukan terhadap kami, orang yang sudah percaya tidak boleh disengat dua kali di tempat yang sama,” kata Abbas.
”Kesepakatan abad ini adalah tamparan pada abad ini,” ujar Abbas, mengolok-olok inisiatif perdamaian yang secara harfiah belum dikerjakan dan baru dipromosikan oleh Trump pada wilayah tersebut.
Abbas, yang menegaskan kembali komitmennya terhadap antikekerasan dan menghentikan terorisme, sudah tidak tahan dengan perundingan damai antara Palestina dengan Israel yang dirancang AS.
”Israel telah membunuh Kesepakatan Oslo. (Israel) ini telah mengakhiri Kesepakatan Oslo,” kata Abbas.”Sekarang kita adalah otoritas tanpa wewenang, dan (rakyat) pendudukan tanpa tanah, dan kita tidak akan menerima ini,” lanjut Abbas.
Kemarahan Abbas ini disampaikan dalam pidato dua jam lebih saat membuka pertemuan dua hari Dewan Pusat Organisasi Pembebasan Palestina, kemarin. Dalam pidatonya, Abbas meluapkan kata-kata pedas untuk Presiden AS Donald Trump, Duta Besar AS untuk PBB, Nikki R. Haley; dan Duta Besar AS untuk Israel, David Friedman.
Dia menyerang Trump karena mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel yang bertentangan dengan konsensus internasional dan kebijakan AS yang telah berlangsung lama.
Kekesalan Abbas berlanjut dengan menyinggung posting Twitter Trump soal status Yerusalem yang sudah di luar “meja” AS. Ancaman Trump untuk menutup misi PLO (Organisasi Pembebasan Palestina) di Washington dan ancaman akan memotong bantuan AS untuk Palestina juga disinggung Abbas.
”Sialan uang Anda!,” umpat Abbas mengacu pada ancaman Trump. ”Dia berkata, 'Saya akan memberi Anda kesepakatan damai’. Kesepakatan itu ternyata berantakan. Dia berkata, ‘Kami tidak akan membayar orang-orang Palestina karena mereka menghentikan negosiasi’. Di mana negosiasi?,” tanya Abbas, seperti dikutip dari New York Times, Senin (15/1/2018).
Abbas juga mengonfirmasi sebuah laporan New York Times baru-baru ini yang menyebut Palestina telah diberitahu bahwa mereka akan ditawarkan Abu Dis, di Yerusalem Timur sebagai ibu kota masa depan mereka.
”Kami berada dalam momen sejarah yang menentukan,” kata Abbas. ”Jika kita kehilangan Yerusalem, apa yang ingin Anda lakukan? Punya negara dengan Abu Dis sebagai ibukotanya? Inilah yang mereka tawarkan sekarang: Abu Dis.”
(mas)