Arab Saudi Mulai Putar Film di Bioskop
A
A
A
JEDDAH - Akhir pekan lalu menjadi momen bersejarah bagi para pencinta film di Arab Saudi. Mereka akhirnya bisa menyaksikan film karya berbagai belahan dunia di bioskop. Film animasi The Emoji dipilih sebagai film pertama yang diputar, Meski baru ditayangkan di bisokop temporal, warga Arab Saudi tetap antusias. Pemutaran film di bioskop meruntuhkan larangan selama 35 tahun.
Bioskop permanen akan dibuka pada awal Maret. Dan, pada 2030, negara ini akan memiliki 300 lebih bioskop dengan 2.000 layar.
Saat ini, Pemerintah Arab Saudi menayangkan film The Emoji di aula kebudayaan di Laut Merah, Kota Jeddah, yang disulap menjadi bioskop dengan memasang proyektor, kursi, karpet merah, dan mesin popcorn. Arab Saudi sebenarnya masih memiliki IMAX di Khobar, tapi hanya dapat diakses oleh orang tertentu.
“Sampai saat ini, kami tidak memiliki gedung umum untuk penayangan film. Jadi kami memanfaatkan bangunan yang ada,” kata Mamdouh Salim dari Cinema 70. “Kami mencoba menggunakan film anak-anak sebagai titik awal screening setelah pendirian layar lebar diizinkan pada 11 Desember tahun lalu,” tambah Salim.
Warga Arab Saudi Sultan al-Otaibi yang menonton The Emoji bersama istri dan anaknya pada Minggu (14/1) malam juga mengaku senang dengan kebijakan baru Kerajaan Arab Saudi. “Menonton di bioskop lebih nyaman, lebih seru, dan tentunya sekalian jalan-jalan di akhir pekan. Alhamdulillah,” ujar al-Otaibi, dikutip Reuters.
Warga Arab Saudi yang lain, Ibtisam Abu Talib, yang sangat menggemari film juga menyambut positif pembukaan kembali bioskop di negaranya. “Saya berharap semua genre film akan ditayangkan, mulai dari film aksi hingga anak-anak. Insha Alloh, saya ingin menonton semua film dan pergi ke bioskop,” tandas Talib.
Bioskop merupakan industri yang sangat kecil di Arab Saudi. Produksi filmnya sangat sedikit dan terbatas pada film dokumenter. Sebagian besar warga Arab Saudi menonton film melalui TV satelite atau DVD sejak bioskop dilarang pada akhir 1970. Sebelum itu, jumlah bioskop dan film asing yang ditayangkan cukup banyak.
Setelah Arab Saudi memperkenalkan Visi 2030 yang diusung Pangeran Mahkota Mohammad bin Salman pada 25 April 2016, beberapa sektor, terutama hiburan, mulai dibuka lagi. Selain bioskop, Arab Saudi juga membolehkan konser dan pertunjukkan komedi. Namun, seluruh konten yang disuguhkan harus sesuai nilai moral.
Komisi Umum untuk Media Audio Visual (General Commission for Audiovisual Media/GCAM) Arab Saudi mengatakan untuk merealisasikan visi itu, Pemerintah bekerja sama dengan perusahaan swasta. Juru Bicara (Jubir) GCAM, Abdullah Al-Shamlani, sejauh ini tidak bisa membeberkan rincian rencana proyek ambisius itu.
Meski demikian, Al-Shamlani kembali menegaskan setiap pemilik bioskop harus menaati peraturan yang ditetapkan dan tidak mengeluarkan film yang berbenturan dengan hukum Syariah dan nilai etik.
Arab Saudi menanamkan modal sekitar 10 miliar riyal di sektor hiburan. Rencana ini disusun karena Arab Saudi ingin keluar dari ketergantungan penjualan minyak dalam menopang perekonomian negara dan masyarakat. Arab Saudi merencanakan beberapa mega-proyek komplek hiburan yang akan diluncurkan pada 2019 ke depan.
Sebelumnya, mayoritas warga Arab Saudi pergi ke Bahrain, Uni Emirates Arab (UEA), dan negara lainnya untuk mencari hiburan. Komplek hiburan baru diharapkan dapat menarik lebih dari 50 juta pengunjung per tahun, membuka 30.000 pekerjaan baru, dan menyumbangkan 90 miliar riyal terhadap PDB negara pada akhir 2030.
“Ambisi ini sesuai dengan Visi 2030 untuk meningkatkan kebudayaan dan hiburan yang bisa ditawarkan Kerajaan, menciptakan lapangan pekerjaan baru, dan memberikan ruang kepada generasi muda Arab Saudi yang memiliki bakat dan energi,” ungkap lembaga pengelola anggaran investasi Arab Saudi, dilansir The National.
Seperti dikutip Financial Times, perusahaan-perusahaan sinema internasional mulai melirik Arab Saudi. Vue International, AMC, dan IMAX merupakan tiga dari sederetan perusahaan besar yang berencana menanamkan investasi di sana. Arab Saudi memiliki pasar yang besar dan belum terjamah oleh siapa pun sejak 1980.
Pada akhir pekan lalu, Kerajaan Arab Saudi untuk pertama kali juga mengizinkan kaum perempuan untuk menonton sepak bola di Stadion King Abdullah Sports City, Jeddah. Namun, gerbang masuk kaum perempuan dipisahkan dengan laki-laki. Ke depannya, Kerajaan Arab Saudi akan menyediakan kafe dan mushola khusus perempuan. Otoritas terkait Kerajaan Arab Saudi menyatakan akan membangun lingkungan olahraga yang menarik dan nyaman bagi keluarga.
Pameran mobil di Le Mall, Jeddah, juga mulai ramai dihadiri kaum perempuan. Aplikasi transportasi online seperti Careem dan Uber juga mulai merekrut pengendara perempuan untuk mengangkut penumpang perempuan. Berdasarkan data, jumlah kaum hawa yang mengguna jasa Careem mencapai 70% dan Uber 80%. (Muh Shamil)
Bioskop permanen akan dibuka pada awal Maret. Dan, pada 2030, negara ini akan memiliki 300 lebih bioskop dengan 2.000 layar.
Saat ini, Pemerintah Arab Saudi menayangkan film The Emoji di aula kebudayaan di Laut Merah, Kota Jeddah, yang disulap menjadi bioskop dengan memasang proyektor, kursi, karpet merah, dan mesin popcorn. Arab Saudi sebenarnya masih memiliki IMAX di Khobar, tapi hanya dapat diakses oleh orang tertentu.
“Sampai saat ini, kami tidak memiliki gedung umum untuk penayangan film. Jadi kami memanfaatkan bangunan yang ada,” kata Mamdouh Salim dari Cinema 70. “Kami mencoba menggunakan film anak-anak sebagai titik awal screening setelah pendirian layar lebar diizinkan pada 11 Desember tahun lalu,” tambah Salim.
Warga Arab Saudi Sultan al-Otaibi yang menonton The Emoji bersama istri dan anaknya pada Minggu (14/1) malam juga mengaku senang dengan kebijakan baru Kerajaan Arab Saudi. “Menonton di bioskop lebih nyaman, lebih seru, dan tentunya sekalian jalan-jalan di akhir pekan. Alhamdulillah,” ujar al-Otaibi, dikutip Reuters.
Warga Arab Saudi yang lain, Ibtisam Abu Talib, yang sangat menggemari film juga menyambut positif pembukaan kembali bioskop di negaranya. “Saya berharap semua genre film akan ditayangkan, mulai dari film aksi hingga anak-anak. Insha Alloh, saya ingin menonton semua film dan pergi ke bioskop,” tandas Talib.
Bioskop merupakan industri yang sangat kecil di Arab Saudi. Produksi filmnya sangat sedikit dan terbatas pada film dokumenter. Sebagian besar warga Arab Saudi menonton film melalui TV satelite atau DVD sejak bioskop dilarang pada akhir 1970. Sebelum itu, jumlah bioskop dan film asing yang ditayangkan cukup banyak.
Setelah Arab Saudi memperkenalkan Visi 2030 yang diusung Pangeran Mahkota Mohammad bin Salman pada 25 April 2016, beberapa sektor, terutama hiburan, mulai dibuka lagi. Selain bioskop, Arab Saudi juga membolehkan konser dan pertunjukkan komedi. Namun, seluruh konten yang disuguhkan harus sesuai nilai moral.
Komisi Umum untuk Media Audio Visual (General Commission for Audiovisual Media/GCAM) Arab Saudi mengatakan untuk merealisasikan visi itu, Pemerintah bekerja sama dengan perusahaan swasta. Juru Bicara (Jubir) GCAM, Abdullah Al-Shamlani, sejauh ini tidak bisa membeberkan rincian rencana proyek ambisius itu.
Meski demikian, Al-Shamlani kembali menegaskan setiap pemilik bioskop harus menaati peraturan yang ditetapkan dan tidak mengeluarkan film yang berbenturan dengan hukum Syariah dan nilai etik.
Arab Saudi menanamkan modal sekitar 10 miliar riyal di sektor hiburan. Rencana ini disusun karena Arab Saudi ingin keluar dari ketergantungan penjualan minyak dalam menopang perekonomian negara dan masyarakat. Arab Saudi merencanakan beberapa mega-proyek komplek hiburan yang akan diluncurkan pada 2019 ke depan.
Sebelumnya, mayoritas warga Arab Saudi pergi ke Bahrain, Uni Emirates Arab (UEA), dan negara lainnya untuk mencari hiburan. Komplek hiburan baru diharapkan dapat menarik lebih dari 50 juta pengunjung per tahun, membuka 30.000 pekerjaan baru, dan menyumbangkan 90 miliar riyal terhadap PDB negara pada akhir 2030.
“Ambisi ini sesuai dengan Visi 2030 untuk meningkatkan kebudayaan dan hiburan yang bisa ditawarkan Kerajaan, menciptakan lapangan pekerjaan baru, dan memberikan ruang kepada generasi muda Arab Saudi yang memiliki bakat dan energi,” ungkap lembaga pengelola anggaran investasi Arab Saudi, dilansir The National.
Seperti dikutip Financial Times, perusahaan-perusahaan sinema internasional mulai melirik Arab Saudi. Vue International, AMC, dan IMAX merupakan tiga dari sederetan perusahaan besar yang berencana menanamkan investasi di sana. Arab Saudi memiliki pasar yang besar dan belum terjamah oleh siapa pun sejak 1980.
Pada akhir pekan lalu, Kerajaan Arab Saudi untuk pertama kali juga mengizinkan kaum perempuan untuk menonton sepak bola di Stadion King Abdullah Sports City, Jeddah. Namun, gerbang masuk kaum perempuan dipisahkan dengan laki-laki. Ke depannya, Kerajaan Arab Saudi akan menyediakan kafe dan mushola khusus perempuan. Otoritas terkait Kerajaan Arab Saudi menyatakan akan membangun lingkungan olahraga yang menarik dan nyaman bagi keluarga.
Pameran mobil di Le Mall, Jeddah, juga mulai ramai dihadiri kaum perempuan. Aplikasi transportasi online seperti Careem dan Uber juga mulai merekrut pengendara perempuan untuk mengangkut penumpang perempuan. Berdasarkan data, jumlah kaum hawa yang mengguna jasa Careem mencapai 70% dan Uber 80%. (Muh Shamil)
(nfl)