Myanmar Tuding Militan Rohingya Bakar Rumah Penduduk di Rakhine

Kamis, 05 Oktober 2017 - 16:02 WIB
Myanmar Tuding Militan...
Myanmar Tuding Militan Rohingya Bakar Rumah Penduduk di Rakhine
A A A
YANGON - Militan Rohingya telah membakar rumah-rumah penduduk di negara bagian Rakhine dalam beberapa hari terakhir untuk mengintensifkan eksodus minoritas Muslim. Demikian tudingan yang dilontarkan kantor Kepala Militer Myanmar.

Sebuah postingan di halaman Facebook kantor kepala tentara Min Aung Hlaing mengatakan tujuh rumah meledak di sebuah desa Rohingya pada Rabu dini hari. Pelaku peledakan tersebut adalah seorang "Einu" atau seorang militan dari Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA).

"Pasukan keamanan yang bekerja sesuai dengan aturan hukum di Mi Chaung Zay di kota Buthidaung membantu warga desa memadamkan api yang berkobar sekitar 2:40 pada tanggal 4 Oktober," bunyi portingan tersebut seperti dikutip dari Daily Mail, Kamis (5/10/2017).

Pernyataan tersebut juga menuduh anggota militan ARSA mendesak warga untuk lari dari desa Rohingya menuju Bangladesh.

Krisis pengungsi meletus setelah serangan ARSA terhadap pos polisi Myanmar pada 25 Agustus. Lebih dari 500 ribu Muslim Rohingya lari dari pertumpahan darah komunal di Myanmar dalam enam minggu terakhir dan jumlahnya meningkat lagi.

Pengungsi yang berhasil sampai ke Bangladesh menuduh tentara Myanmar - diapit oleh gerombolan etnis Rakhine - membantai dan membakar desa mereka.

Kelompok hak asasi manusia mengatakan bahwa data satelit memberikan bukti kampanye 'bumi hangus' yang sistematis menargetkan desa Rohingya. Sebuah tindakan yang menurut PBB sama dengan "pembersihan etnis".

Namun tentara Myanmar membantah membakar desa Rohingya dan secara konsisten menuduh militan membakar rumah mereka sendiri sebelum melarikan diri untuk menggalang dukungan global untuk tujuan mereka.

Saling klaim yang bersaing tidak memungkinkan untuk diperiksa secara independen karena daerah yang dilanda konflik Rakhine berada di bawah kendali militer. Sejak krisis dimulai, media dan LSM internasional hanya diberi akses yang sangat terkontrol untuk kunjungan yang dilakukan secara resmi.

Myanmar menyangkal kewarganegaraan Rohingya, yang menggambarkan mereka sebagai "orang Bengali".

Ini adalah pandangan yang diterima dengan baik di dalam Myanmar, di mana masyarakat tidak menunjukkan sedikit simpati kepada Rohingya, memberikan dukungan tak terduga pada tentara yang pernah memerintah negara tersebut dengan tangan besi.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0664 seconds (0.1#10.140)