Cegah Etnis Rohingya Masuk, India Gunakan Granat Cabai
A
A
A
NEW DELHI - Aparat keamanan India menggunakan granat berisi semprotan cabai mencegah para pengungsi Muslim Rohingya masuk ke negara itu. Pemerintah New Delhi telah mendeportasi sekitar 40.000 warga Rohingya dengan alasan menimbulkan risiko keamanan.
Penggunaan granat untuk menolak kehadiran para pengungsi asal Rakhine, Myanmar, itu disampaikan beberapa pejabat setempat.
”Kami tidak ingin menimbulkan luka serius atau menahan mereka, tapi kami tidak akan mentoleransi Rohingya di tanah India,” kata seorang pejabat senior Pasukan Keamanan Perbatasan (BSF) di New Delhi.
”Kami menggunakan granat yang mengandung semprotan cabai untuk menghentikan ratusan orang Rohingya yang mencoba memasuki India, situasinya tegang,” tambah pejabat tersebut, yang menolak untuk diidentifikasi karena dia tidak berwenang untuk berbicara dengan media, sebagaimana dilansir Reuters, Sabtu (23/9/2017).
Lebih dari 420.000 warga Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh sejak 25 Agustus 2017, ketika kelompok gerilyawan Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) menyerang puluhan pos polisi dan markas tentara Myanmar yang menewaskan sekitar 12 petugas.
Serangan itu direspons militer dengan operasi besar-besaran terhadap ratusan desa warga Rohingya di Rakhine.
Operasi militer itu menewaskan hampir 400 orang, di mana sebagian besar korban diklaim sebagai anggota ARSA. Namun, para pengungsi dan aktivis mengungkap bahwa militer melakukan pembantaian terhadap warga sipil.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut serangan militer Myanmar terhadap minoritas Rohingya seperti “contoh buku teks tentang pembersihan etnis”.
RPS Jaswal, seorang wakil inspektur jenderal BSF yang berpatroli di sebagian besar perbatasan di negara bagian Bengal Barat, India timur, mengatakan bahwa pasukannya diberi tahu untuk menggunakan granat cabai dan granat setrum untuk mendorong balik para pengungsi Rohingya. Granat cabai bisa menyebabkan iritasi parah dan melumpuhkan targetnya.
Penggunaan granat untuk menolak kehadiran para pengungsi asal Rakhine, Myanmar, itu disampaikan beberapa pejabat setempat.
”Kami tidak ingin menimbulkan luka serius atau menahan mereka, tapi kami tidak akan mentoleransi Rohingya di tanah India,” kata seorang pejabat senior Pasukan Keamanan Perbatasan (BSF) di New Delhi.
”Kami menggunakan granat yang mengandung semprotan cabai untuk menghentikan ratusan orang Rohingya yang mencoba memasuki India, situasinya tegang,” tambah pejabat tersebut, yang menolak untuk diidentifikasi karena dia tidak berwenang untuk berbicara dengan media, sebagaimana dilansir Reuters, Sabtu (23/9/2017).
Lebih dari 420.000 warga Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh sejak 25 Agustus 2017, ketika kelompok gerilyawan Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) menyerang puluhan pos polisi dan markas tentara Myanmar yang menewaskan sekitar 12 petugas.
Serangan itu direspons militer dengan operasi besar-besaran terhadap ratusan desa warga Rohingya di Rakhine.
Operasi militer itu menewaskan hampir 400 orang, di mana sebagian besar korban diklaim sebagai anggota ARSA. Namun, para pengungsi dan aktivis mengungkap bahwa militer melakukan pembantaian terhadap warga sipil.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut serangan militer Myanmar terhadap minoritas Rohingya seperti “contoh buku teks tentang pembersihan etnis”.
RPS Jaswal, seorang wakil inspektur jenderal BSF yang berpatroli di sebagian besar perbatasan di negara bagian Bengal Barat, India timur, mengatakan bahwa pasukannya diberi tahu untuk menggunakan granat cabai dan granat setrum untuk mendorong balik para pengungsi Rohingya. Granat cabai bisa menyebabkan iritasi parah dan melumpuhkan targetnya.
(mas)