AS Ancam Cabut dari Kesepakatan Nuklir, Ini Kata Rouhani
A
A
A
NEW YORK - Iran mengatakan pihaknya tidak mengharapkan Ameriak Serikat (AS) untuk meninggalkan kesepakatan nuklir Iran. Hal itu dikatakan oleh Presiden Iran, Hassan Rouhani, di sela-sela pertemuan para pemimpin dunia dalam Majelis Umum PBB.
"Kami tidak berpikir Trump akan keluar dari kesepakatan meskipun ada retorika dan propaganda," kata Rouhani seperti dikutip dari Reuters, Kamis (21/9/2017).
Meski tidak menghendaki AS untuk keluar dari kesepakatan nuklir, Rouhani mengesampingkan gagasan untuk menegosiasi ulang pakta tersebut.
"Kesepakatan nuklir tetap seperti apa adanya atau akan runtuh," tegasnya.
Saat berbicara di Majelis Umum PBB, Rouhani mengatakan bahwa Iran tidak akan bisa ditekan oleh pendatang yang relatif baru ke panggung dunia. Pernyataan sebagai tanggapan atas pidato Presiden AS Donald Trump sebelumnya.
Namun dia juga mengatakan bahwa Iran ingin mempertahankan komitmennya dengan enam kekuatan dunia. Teheran setuju untuk membatasi program nuklirnya setidaknya selama satu dekade. Sebagai gantinya, sanksi ekonomi yang dijatuhkan kepada Teheran akan dilonggarkan.
"Republik Islam Iran tidak akan menjadi negara pertama yang melanggar kesepakatan tersebut," tegas Rouhani, menambahkan bahwa Iran akan menanggapi "dengan tegas dan meyakinkan" atas pelanggaran oleh pihak manapun.
"Akan sangat disayangkan jika kesepakatan ini harus dihancurkan oleh pendatang baru yang 'nakal' ke dunia politik: dunia akan kehilangan kesempatan besar," katanya menyindur Trump, yang pada hari Selasa menyebut Iran sebagai negara "nakal".
Presiden AS, Donald Trump, menyebut perjanjian nuklir Iran sebagai sebuah kesepakatan yang buruk yang pernah dilakukan oleh AS. Ia pun menyatakan telah membuat keputusan terhadap perjanjian itu, namun tidak mau mengungkapkannya.
Trump harus memutuskan pada 15 Oktober apakah akan menyatakan bahwa Iran mematuhi pakta tersebut, sebuah keputusan yang dapat menenggelamkan kesepakatan tersebut. Jika tidak, Kongres AS memiliki waktu 60 hari untuk memutuskan apakah akan menjatuhkan sanksi membebaskan diri dari perjanjian tersebut.
"Kami tidak berpikir Trump akan keluar dari kesepakatan meskipun ada retorika dan propaganda," kata Rouhani seperti dikutip dari Reuters, Kamis (21/9/2017).
Meski tidak menghendaki AS untuk keluar dari kesepakatan nuklir, Rouhani mengesampingkan gagasan untuk menegosiasi ulang pakta tersebut.
"Kesepakatan nuklir tetap seperti apa adanya atau akan runtuh," tegasnya.
Saat berbicara di Majelis Umum PBB, Rouhani mengatakan bahwa Iran tidak akan bisa ditekan oleh pendatang yang relatif baru ke panggung dunia. Pernyataan sebagai tanggapan atas pidato Presiden AS Donald Trump sebelumnya.
Namun dia juga mengatakan bahwa Iran ingin mempertahankan komitmennya dengan enam kekuatan dunia. Teheran setuju untuk membatasi program nuklirnya setidaknya selama satu dekade. Sebagai gantinya, sanksi ekonomi yang dijatuhkan kepada Teheran akan dilonggarkan.
"Republik Islam Iran tidak akan menjadi negara pertama yang melanggar kesepakatan tersebut," tegas Rouhani, menambahkan bahwa Iran akan menanggapi "dengan tegas dan meyakinkan" atas pelanggaran oleh pihak manapun.
"Akan sangat disayangkan jika kesepakatan ini harus dihancurkan oleh pendatang baru yang 'nakal' ke dunia politik: dunia akan kehilangan kesempatan besar," katanya menyindur Trump, yang pada hari Selasa menyebut Iran sebagai negara "nakal".
Presiden AS, Donald Trump, menyebut perjanjian nuklir Iran sebagai sebuah kesepakatan yang buruk yang pernah dilakukan oleh AS. Ia pun menyatakan telah membuat keputusan terhadap perjanjian itu, namun tidak mau mengungkapkannya.
Trump harus memutuskan pada 15 Oktober apakah akan menyatakan bahwa Iran mematuhi pakta tersebut, sebuah keputusan yang dapat menenggelamkan kesepakatan tersebut. Jika tidak, Kongres AS memiliki waktu 60 hari untuk memutuskan apakah akan menjatuhkan sanksi membebaskan diri dari perjanjian tersebut.
(ian)