Amnesty: Indonesia Punya Peran Kunci Penyelesaian Krisis Rohingya
A
A
A
JAKARTA - Kelompok HAM Amnesty International menilai Indonesia memiliki peran kunci dalam proses penyelesaian krisis Rohingya yang terjadi di Myanmar. Amnesty juga mengapresiasi upaya-upaya yang sudah diambil Indonesia untuk membantu menyelesaikan krisis kemanusiaan yang terjadi negara bagian Rakhine itu.
”Langkah diplomasi Indonesia kami apresiasi. Indonesia mempunyai peran kunci dalam penyelesaian masalah ini,” kata Direktur Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, Jumat (15/9/2017).
Usman mengaku telah melakukan komunikasi dengan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi untuk membahas krisis Rohingya. Pembicaraan ini berlangsung menjelang keberangkatan Retno ke New York untuk menghadiri Sidang Umum PBB, di mana dia dijadwalkan berangkat pada malam ini.
”Saya bicara dengan Menlu Retno pagi ini yang mau berangkat ke Sidang Umum PBB. Dia sampaikan update bahwa akan ada pernyataan dari Aung San Suu Kyi di Myanmar pada 19 September. Semoga hasil pernyataannya sangat positif,” kata Usman.
Baca Juga: Militer Myanmar Terindikasi Gunakan Taktik Bumi Hangus terhadap Rohingya
Kekersan terbaru telah pecah di negara bagian Rakhine setelah kelompok gerilyawan Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) menyerang pos-pos polisi dan markas militer Myanmar pada 25 Agustus yang menewaskan 12 petugas. Serangan itu direspons dengan operasi militer besar-besaran, di mana para aktivis Rakhine menyebutnya sebagai pembantaian etnis Rohingya.
Sejak krisis terbaru pecah hingga saat ini sudah hampir 400 warga Rohingnya eksodus ke Bangladesh untuk menghindari serangan yang dilakukan oleh tentara, polisi dan kelompok garis keras di Myanmar. Pemerintah Myanmar mengakui bahwa 471 desa Rohingya jadi target tentaranya. Dari jumlah itu, 176 desa di antaranya benar-benar kosong pada saat ini.
”Langkah diplomasi Indonesia kami apresiasi. Indonesia mempunyai peran kunci dalam penyelesaian masalah ini,” kata Direktur Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, Jumat (15/9/2017).
Usman mengaku telah melakukan komunikasi dengan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi untuk membahas krisis Rohingya. Pembicaraan ini berlangsung menjelang keberangkatan Retno ke New York untuk menghadiri Sidang Umum PBB, di mana dia dijadwalkan berangkat pada malam ini.
”Saya bicara dengan Menlu Retno pagi ini yang mau berangkat ke Sidang Umum PBB. Dia sampaikan update bahwa akan ada pernyataan dari Aung San Suu Kyi di Myanmar pada 19 September. Semoga hasil pernyataannya sangat positif,” kata Usman.
Baca Juga: Militer Myanmar Terindikasi Gunakan Taktik Bumi Hangus terhadap Rohingya
Kekersan terbaru telah pecah di negara bagian Rakhine setelah kelompok gerilyawan Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) menyerang pos-pos polisi dan markas militer Myanmar pada 25 Agustus yang menewaskan 12 petugas. Serangan itu direspons dengan operasi militer besar-besaran, di mana para aktivis Rakhine menyebutnya sebagai pembantaian etnis Rohingya.
Sejak krisis terbaru pecah hingga saat ini sudah hampir 400 warga Rohingnya eksodus ke Bangladesh untuk menghindari serangan yang dilakukan oleh tentara, polisi dan kelompok garis keras di Myanmar. Pemerintah Myanmar mengakui bahwa 471 desa Rohingya jadi target tentaranya. Dari jumlah itu, 176 desa di antaranya benar-benar kosong pada saat ini.
(mas)