2.625 Rumah Dibakar, Para Muslim Rohingya Melarikan Diri
A
A
A
COXS BAZAR - Sebanyak 2.625 rumah telah dibakar di wilayah desa mayoritas Rohingya, di barat laut Myanmar, pada pekan lalu. Serangan itu yang membuat para warga Muslim Rohingya melarikan diri ke perbatasan Bangladesh.
Data jumlah rumah yang dibakar itu diakui pemerintah negara tersebut pada hari Sabtu (2/9/2017). Namun, pemerintah menuduh kelompok militan Arakan Rohingya Salvation Army (ARMY) sebagai pihak yang bertanggung jawab atas pembakaran ribuan rumah itu.
Badan Pengungsi PBB (UNHCR) menyatakan, sekitar 58.600 warga Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh dari Rakhine. Data itu diperoleh saat para pekerja bantuan kemanusiaan berjuang menolong para pengungsi.
Meskipun pemerintah menyalahkan ARSA di balik pembakaran ribuan rumah, namun para pengungsi Rohingya menyebut pelaku pembakaran rumah dan pembunuhan warga sipil adalah tentara Myanmar. Kebrutalan itu sebagai upaya untuk memaksa mereka keluar dari Rakhine.
Perlakuan militer terhadap minoritas Rohingya menjadi tantangan terbesar yang dihadapi pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi, yang dikritik para aktivis bisu ketika melihat penganiayaan terjadi di negaranya.
”Sebanyak 2.625 rumah dari desa-desa Kotankauk, Myinlut dan Kyikanpyin dan dua bangsal di Maungdaw dibakar oleh teroris ekstremis ARSA,” tulis New Global Light of Myanmar, surat kabar yang dikelola pemerintah Myanmar, Sabtu (2/9/2017).
Pemerintah negara itu telah menyatakan ARSA sebagai organisasi teroris.
Sementara itu, Human Rights Watch yang berbasis di New York, merilis citra satelit yang menunjukkan pembakaran bangunan secara meluas oleh pasukan keamanan Myanmar.
”Citra satelit baru menunjukkan penghancuran total sebuah desa Muslim, dan menimbulkan kekhawatiran serius bahwa tingkat kehancuran di negara bagian Rakhine utara mungkin jauh lebih buruk dari perkiraan semula,” kata Deputi Direktur Human Rights Watch untuk Asia, Phil Robertson.
Data jumlah rumah yang dibakar itu diakui pemerintah negara tersebut pada hari Sabtu (2/9/2017). Namun, pemerintah menuduh kelompok militan Arakan Rohingya Salvation Army (ARMY) sebagai pihak yang bertanggung jawab atas pembakaran ribuan rumah itu.
Badan Pengungsi PBB (UNHCR) menyatakan, sekitar 58.600 warga Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh dari Rakhine. Data itu diperoleh saat para pekerja bantuan kemanusiaan berjuang menolong para pengungsi.
Meskipun pemerintah menyalahkan ARSA di balik pembakaran ribuan rumah, namun para pengungsi Rohingya menyebut pelaku pembakaran rumah dan pembunuhan warga sipil adalah tentara Myanmar. Kebrutalan itu sebagai upaya untuk memaksa mereka keluar dari Rakhine.
Perlakuan militer terhadap minoritas Rohingya menjadi tantangan terbesar yang dihadapi pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi, yang dikritik para aktivis bisu ketika melihat penganiayaan terjadi di negaranya.
”Sebanyak 2.625 rumah dari desa-desa Kotankauk, Myinlut dan Kyikanpyin dan dua bangsal di Maungdaw dibakar oleh teroris ekstremis ARSA,” tulis New Global Light of Myanmar, surat kabar yang dikelola pemerintah Myanmar, Sabtu (2/9/2017).
Pemerintah negara itu telah menyatakan ARSA sebagai organisasi teroris.
Sementara itu, Human Rights Watch yang berbasis di New York, merilis citra satelit yang menunjukkan pembakaran bangunan secara meluas oleh pasukan keamanan Myanmar.
”Citra satelit baru menunjukkan penghancuran total sebuah desa Muslim, dan menimbulkan kekhawatiran serius bahwa tingkat kehancuran di negara bagian Rakhine utara mungkin jauh lebih buruk dari perkiraan semula,” kata Deputi Direktur Human Rights Watch untuk Asia, Phil Robertson.
(mas)