Turki Setuju Bayar Rp33,3 Triliun untuk Sistem Rudal S-400 Rusia
A
A
A
ANKARA - Turki setuju untuk membayar USD2,5 miliar atau lebih dari Rp33,3 triliun kepada Rusia untuk sistem rudal S-400 yang dibeli.
Kesepakatan itu diungkap seorang pejabat pemerintah Turki kepada Bloomberg dengan syarat anonim. Menurutnya, Ankara juga berniat membangun sistem pertahanan rudalnya secara mandiri.
”Bagi Turki, aspek kunci dari kesepakatan adalah transfer teknologi atau bagaimana caranya. Kesepakatan Rusia mengizinkan dua dari baterai S-400 akan diproduksi di Turki untuk memenuhi tujuan itu,” kata pejabat Turki tersebut, yang dilansir Jumat (14/7/2017).
Pembelian sistem rudal canggih Rusia oleh Turki merupakan tanda kekecewaan Ankara terhadap Barat, terutama karena sikap Uni Eropa terhadap para pejabat Turki. Terlebih, fakta bahwa pemimpin kelompok FETÖ—kelompok yang dianggap organisasi teror—Fetullah Gülen tinggal di Amerika Serikat (AS) dan pejabat AS belum mengambil langkah apapun untuk mengekstradisi dia.
Gullen dituduh pemerintah Presiden Tayyip Erdogan sebagai dalang usaha kudeta 15 Juli, yang menyebabkan 249 orang tewas dan lebih dari 2.100 orang terluka.
Turki juga kecewa kepada AS karena mendukung kelompok Kurdi YPG yang dianggap Ankara sebagai kelompok teroris.
Turki dan Rusia telah terlibat dalam pembicaraan mengenai kerja sama di sektor pertahanan sejak Agustus 2016.
S-400 yang dibeli Turki adalah generasi baru dari sistem rudal Rusia, yang sejauh ini hanya dijual kepada China dan India.
Tahun lalu, China dan India menandatangani sebuah kesepakatan untuk pengadaan empat resimen S-400 buatan Rusia. Turki akan menjadi negara anggota NATO pertama yang membeli sistem rudal canggih tersebut.
Kesepakatan itu diungkap seorang pejabat pemerintah Turki kepada Bloomberg dengan syarat anonim. Menurutnya, Ankara juga berniat membangun sistem pertahanan rudalnya secara mandiri.
”Bagi Turki, aspek kunci dari kesepakatan adalah transfer teknologi atau bagaimana caranya. Kesepakatan Rusia mengizinkan dua dari baterai S-400 akan diproduksi di Turki untuk memenuhi tujuan itu,” kata pejabat Turki tersebut, yang dilansir Jumat (14/7/2017).
Pembelian sistem rudal canggih Rusia oleh Turki merupakan tanda kekecewaan Ankara terhadap Barat, terutama karena sikap Uni Eropa terhadap para pejabat Turki. Terlebih, fakta bahwa pemimpin kelompok FETÖ—kelompok yang dianggap organisasi teror—Fetullah Gülen tinggal di Amerika Serikat (AS) dan pejabat AS belum mengambil langkah apapun untuk mengekstradisi dia.
Gullen dituduh pemerintah Presiden Tayyip Erdogan sebagai dalang usaha kudeta 15 Juli, yang menyebabkan 249 orang tewas dan lebih dari 2.100 orang terluka.
Turki juga kecewa kepada AS karena mendukung kelompok Kurdi YPG yang dianggap Ankara sebagai kelompok teroris.
Turki dan Rusia telah terlibat dalam pembicaraan mengenai kerja sama di sektor pertahanan sejak Agustus 2016.
S-400 yang dibeli Turki adalah generasi baru dari sistem rudal Rusia, yang sejauh ini hanya dijual kepada China dan India.
Tahun lalu, China dan India menandatangani sebuah kesepakatan untuk pengadaan empat resimen S-400 buatan Rusia. Turki akan menjadi negara anggota NATO pertama yang membeli sistem rudal canggih tersebut.
(mas)