Mantan Presiden Finlandia Mauno Koivisto Tutup Usia
A
A
A
HELSINKI - Kantor kepresidenan Finladia mengatakan mantan presiden Mauno Koivisto meninggal pada hari Jumat pada usia 93. Koivisto adalah presiden sayap kiri Finlandia yang memimpin negara itu sepanjang jalan menuju keanggotaan Uni Eropa (UE).
Koivisto lahir pada tahun 1923, anak seorang tukang kapal kayu . Ia menjadi presiden kesembilan negara bagian Nordik pada tahun 1982 dan menghabiskan dua jabatan di kantor itu sampai tahun 1994.
Dia memimpin negaranya melalui runtuhnya Uni Soviet dan resesi. Ia juga mengawasi permohonan Finlandia untuk keanggotaan Uni Eropa pada tahun 1992. Finlandia bergabung dengan Uni Eropa pada tahun 1995 seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (13/5/2017).
Selama masa jabatannya, Koivisto juga memperkuat peran parlemen setelah pendahulunya, Urho Kekkonen, telah memerintah negara tersebut selama 26 tahun, sebagian dengan gaya otokratis.
Di masa mudanya, Koivisto melawan Uni Soviet selama Perang Dunia Kedua. Dia juga sempat menjabat sebagai perdana menteri, menteri keuangan dan gubernur bank sentral sebelum menjadi presiden.
"Dengan Mauno Koivisto, generasi yang mengambil bagian dalam perang dan setelahnya membangun kembali, dan yang membawa Finlandia ke jalan kesuksesan dan kesejahteraan saat ini, telah secara pasti meninggalkan kehidupan politik Finlandia," kata Presiden Sauli Niinisto dalam sebuah pernyataan.
"Kenaikannya dari rumah sederhana menjadi guru, bankir dan akhirnya ke puncak politik negara adalah kisah sukses Finlandia yang tak tertandingi," imbuhnya.
"Koivisto adalah seorang demokrat yang setia dan pendukung parlementerisme. Sebagai presiden, dia meninggalkan sebuah warisan dimana hal itu baik untuk saya dan pendahulu saya untuk melanjutkan," ucap Niinisto lagi.
Pada tahun-tahun terakhirnya, Koivisto menderita penyakit Alzheimer.
Dalam wawancara terakhirnya pada tahun 2013 dengan surat kabar Helsingin Sanomat, menanyakan apa yang penting dalam kehidupan, Koivisto mengatakan:
"Dalam kehidupan, biasanya bijaksana untuk percaya bahwa semuanya akan berjalan dengan baik, seringkali terbayar, bahkan jika Anda tidak mempercayainya. Seringkali, mulai menyadari ancaman hanya karena mereka telah siap untuk itu."
Koivisto lahir pada tahun 1923, anak seorang tukang kapal kayu . Ia menjadi presiden kesembilan negara bagian Nordik pada tahun 1982 dan menghabiskan dua jabatan di kantor itu sampai tahun 1994.
Dia memimpin negaranya melalui runtuhnya Uni Soviet dan resesi. Ia juga mengawasi permohonan Finlandia untuk keanggotaan Uni Eropa pada tahun 1992. Finlandia bergabung dengan Uni Eropa pada tahun 1995 seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (13/5/2017).
Selama masa jabatannya, Koivisto juga memperkuat peran parlemen setelah pendahulunya, Urho Kekkonen, telah memerintah negara tersebut selama 26 tahun, sebagian dengan gaya otokratis.
Di masa mudanya, Koivisto melawan Uni Soviet selama Perang Dunia Kedua. Dia juga sempat menjabat sebagai perdana menteri, menteri keuangan dan gubernur bank sentral sebelum menjadi presiden.
"Dengan Mauno Koivisto, generasi yang mengambil bagian dalam perang dan setelahnya membangun kembali, dan yang membawa Finlandia ke jalan kesuksesan dan kesejahteraan saat ini, telah secara pasti meninggalkan kehidupan politik Finlandia," kata Presiden Sauli Niinisto dalam sebuah pernyataan.
"Kenaikannya dari rumah sederhana menjadi guru, bankir dan akhirnya ke puncak politik negara adalah kisah sukses Finlandia yang tak tertandingi," imbuhnya.
"Koivisto adalah seorang demokrat yang setia dan pendukung parlementerisme. Sebagai presiden, dia meninggalkan sebuah warisan dimana hal itu baik untuk saya dan pendahulu saya untuk melanjutkan," ucap Niinisto lagi.
Pada tahun-tahun terakhirnya, Koivisto menderita penyakit Alzheimer.
Dalam wawancara terakhirnya pada tahun 2013 dengan surat kabar Helsingin Sanomat, menanyakan apa yang penting dalam kehidupan, Koivisto mengatakan:
"Dalam kehidupan, biasanya bijaksana untuk percaya bahwa semuanya akan berjalan dengan baik, seringkali terbayar, bahkan jika Anda tidak mempercayainya. Seringkali, mulai menyadari ancaman hanya karena mereka telah siap untuk itu."
(ian)