Cindy Lee, Mantan Penari Telanjang yang Jadi Bakal Capres Prancis
A
A
A
PARIS - Bursa kandidat calon presiden (capres) Prancis diramaikan dengan pencalonan Cindy Lee, 52, dari Pleasure Party atau Partai Kesenangan. Perempuan yang jadi bakal capres Prancis ini merupakan sosok kontroversial karena dia mantan penari telanjang.
Tak hanya latar belakangnya yang jadi sorotan publik Prancis. Aksi protesnya dengan telanjang dada atau topless juga meramaikan dinamika politik di negara tersebut.
Lee ditangkap oleh sekitar 30 petugas polisi antihuru-hara saat demo topless dan mencoba memasuki kantor parlemen Prancis pada 7 Maret lalu. Polisi menangkapnya karena mengira dirinya sosok aktivis Femen, aktivis perempuan yang kerap melakukan demo topless.
Politisi 52 tahun itu melakukan demo melawan korupsi di tubuh perpolitikan Prancis. Dia mengusung spanduk bertuliskan “mari kita telanjangi korupsi hingga ke bawah”. Spanduk itu dia jadikan alasan untuk membenarkan aksi topless-nya sebagai asumsi perlunya transparansi.
Demo “operasi transparansi” oleh Lee berlangsung sekitar 15 menit sebelum akhirnya dia ditangkap polisi.
”Partai Kesenangan menyesalkan penangkapan ini. Cindy Lee bermaksud untuk melanjutkan kampanyenya dan selalu mencari sponsor dari pejabat terpilih untuk memvalidasi pencalonannya,” kata pihak partai pimpinan Cindy Lee tersebut yang diterbitkan di situsnya.
Lee, yang nama aslinya adalah Isabelle Laeng, mendirikan Partai Kesenangan pada tahun 2001. Dia mencalonkan diri sebagai presiden untuk keempat kalinya, namun belum berhasil mengumpulkan 500 tanda tangan dari pejabat terpilih untuk memvalidasi pencalonannya.
Pada pemilu 2012, dia mendapatkan dukungan 224 suara dan melakukan kampanye topless. ”Saya berpikir bahwa politik harus dibuat baru dengan menarik keragaman, menyerukan orang-orang yang benar-benar peduli tentang masalah semua warga negara tanpa berusaha untuk mendapatkan keuntungan pribadi,” tulis Lee di website partainya, yang dikutip IB Times, semalam (9/3/2017).
Tak hanya latar belakangnya yang jadi sorotan publik Prancis. Aksi protesnya dengan telanjang dada atau topless juga meramaikan dinamika politik di negara tersebut.
Lee ditangkap oleh sekitar 30 petugas polisi antihuru-hara saat demo topless dan mencoba memasuki kantor parlemen Prancis pada 7 Maret lalu. Polisi menangkapnya karena mengira dirinya sosok aktivis Femen, aktivis perempuan yang kerap melakukan demo topless.
Politisi 52 tahun itu melakukan demo melawan korupsi di tubuh perpolitikan Prancis. Dia mengusung spanduk bertuliskan “mari kita telanjangi korupsi hingga ke bawah”. Spanduk itu dia jadikan alasan untuk membenarkan aksi topless-nya sebagai asumsi perlunya transparansi.
Demo “operasi transparansi” oleh Lee berlangsung sekitar 15 menit sebelum akhirnya dia ditangkap polisi.
”Partai Kesenangan menyesalkan penangkapan ini. Cindy Lee bermaksud untuk melanjutkan kampanyenya dan selalu mencari sponsor dari pejabat terpilih untuk memvalidasi pencalonannya,” kata pihak partai pimpinan Cindy Lee tersebut yang diterbitkan di situsnya.
Lee, yang nama aslinya adalah Isabelle Laeng, mendirikan Partai Kesenangan pada tahun 2001. Dia mencalonkan diri sebagai presiden untuk keempat kalinya, namun belum berhasil mengumpulkan 500 tanda tangan dari pejabat terpilih untuk memvalidasi pencalonannya.
Pada pemilu 2012, dia mendapatkan dukungan 224 suara dan melakukan kampanye topless. ”Saya berpikir bahwa politik harus dibuat baru dengan menarik keragaman, menyerukan orang-orang yang benar-benar peduli tentang masalah semua warga negara tanpa berusaha untuk mendapatkan keuntungan pribadi,” tulis Lee di website partainya, yang dikutip IB Times, semalam (9/3/2017).
(mas)