Rohingya Ditumpas, PM Malaysia: Apa Guna Nobel Perdamaian Suu Kyi?
A
A
A
KUALA LUMPUR - Perdana Menteri (PM) Malaysia Najib Razak mengutuk pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi atas sikapnya yang pasif terkait penumpasan brutal terhadap komunitas Muslim Rohingya di Rakhine. Najib mempertanyakan fungsi Hadiah Nobel Perdamaian yang diterima Suu Kyi karena tidak mencegah penganiayaan terhadap komunitas Rohingya.
Reaksi Najib itu diluapkan dalam demo solidaritas untuk etnis Rohingya di Kuala Lumpur pada hari Minggu. ”Kami ingin memberitahu Aung San Suu Kyi, sudah cukup!" katanya kepada kerumunan ribuan warga yang ikut aksi solidaritas.
Kecaman Najib ini mengacu pada laporan bahwa tentara Myanmar melakukan penumpasan brutal terhadap minoritas Muslim Rohingya di Rakhine saat operasi militer. Operasi itu sebagai respons militer atas serangan orang-orang bersenjata tak dikenal terhadap pos-pos polisi perbatasan yang menewaskan sembilan polisi Myanmar pada 9 Oktober lalu.
Najib mengatakan bahwa dia tidak peduli tentang pernyataan pemerintah Myanmar bahwa Malaysia seharusnya tidak ikut campur dalam urusan internal Myanmar. Najib berpendapat sikapnya itu sebagai perwujudan prinsip ASEAN.
”Apakah mereka ingin saya untuk menutup mata saya? Ingin saya menjadi bungkam?” tanya Najib.”Ada sebuah artikel dalam piagam ASEAN yang mengatakan ASEAN harus menegakkan hak asasi manusia. Apakah mereka buta? Jangan hanya menafsirkan hal-hal yang Anda pilih,” ujar Najib.
PM Najib mengaku telah mengirim Menteri Luar Negeri Anifah Aman ke Nay Pyi Taw untuk menemui Suu Kyi. Namun, saat bertemu Suu Kyi hanya bersedia untuk membahas urusan bilateral, bukan soal Rohingya. ”Apa gunanya Hadiah Nobel Perdamaian?" kata Najib kepada kerumuman massa untuk menyindir Suu Kyi yang beberapa tahun lalu menerima Hadiah Nobel Perdamaian karena dianggap sebagai ikon pejuang HAM.
Najib juga akan meminta Indonesia untuk menggalang solidaritas bagi warga Rohingya. Dia ingin protes di Malaysia lebih keras lagi.”Dunia tidak bisa hanya duduk dan menonton genosida yang terjadi,” katanya, seperti dikutip Channel News Asia, semalam (4/12/2016).
Reaksi Najib itu diluapkan dalam demo solidaritas untuk etnis Rohingya di Kuala Lumpur pada hari Minggu. ”Kami ingin memberitahu Aung San Suu Kyi, sudah cukup!" katanya kepada kerumunan ribuan warga yang ikut aksi solidaritas.
Kecaman Najib ini mengacu pada laporan bahwa tentara Myanmar melakukan penumpasan brutal terhadap minoritas Muslim Rohingya di Rakhine saat operasi militer. Operasi itu sebagai respons militer atas serangan orang-orang bersenjata tak dikenal terhadap pos-pos polisi perbatasan yang menewaskan sembilan polisi Myanmar pada 9 Oktober lalu.
Najib mengatakan bahwa dia tidak peduli tentang pernyataan pemerintah Myanmar bahwa Malaysia seharusnya tidak ikut campur dalam urusan internal Myanmar. Najib berpendapat sikapnya itu sebagai perwujudan prinsip ASEAN.
”Apakah mereka ingin saya untuk menutup mata saya? Ingin saya menjadi bungkam?” tanya Najib.”Ada sebuah artikel dalam piagam ASEAN yang mengatakan ASEAN harus menegakkan hak asasi manusia. Apakah mereka buta? Jangan hanya menafsirkan hal-hal yang Anda pilih,” ujar Najib.
PM Najib mengaku telah mengirim Menteri Luar Negeri Anifah Aman ke Nay Pyi Taw untuk menemui Suu Kyi. Namun, saat bertemu Suu Kyi hanya bersedia untuk membahas urusan bilateral, bukan soal Rohingya. ”Apa gunanya Hadiah Nobel Perdamaian?" kata Najib kepada kerumuman massa untuk menyindir Suu Kyi yang beberapa tahun lalu menerima Hadiah Nobel Perdamaian karena dianggap sebagai ikon pejuang HAM.
Najib juga akan meminta Indonesia untuk menggalang solidaritas bagi warga Rohingya. Dia ingin protes di Malaysia lebih keras lagi.”Dunia tidak bisa hanya duduk dan menonton genosida yang terjadi,” katanya, seperti dikutip Channel News Asia, semalam (4/12/2016).
(mas)