PM Muhyiddin: Malaysia Tak Bisa Tampung Pengungsi Rohingya Lagi
loading...
A
A
A
KUALA LUMPUR - Perdana Menteri (PM) Malaysia Muhyiddin Yassin menyatakan Malaysia tak bisa lagi menampung pengungsi Rohingya dari Myanmar.
Dia beralasan masalah ekonomi dan berkurangnya sumber daya akibat pandemi virus corona. Malaysia sejak lama menjadi tujuan favorit bagi Rohingya untuk hidup lebih baik setelah lari dari Myanmar dan kamp pengungsi di Bangladesh.
Namun Malaysia yang tidak mengakui status pengungsi itu baru-baru ini mengusir perahu-perahu dan menahan ratusan Rohingya di tengah kecurigaan publik bahwa warga asing turut menyebarkan virus corona dan menghabiskan dana negara.
“Kami tak bisa lagi menampung karena sumber daya dan kapasitas kami telah menipis, ditambah dengan pandemi Covid-19,” ungkap Muhyiddin saat telekonferensi dengan para pemimpin 10 negara anggota Asosiasi Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN), termasuk Myanmar.
Perlakuan terhadap Rohingya telah menjadi isu sensitif di ASEAN, dengan dua negara mayoritas Muslim yakni Malaysia dan Indonesia kerap mengkritik Myanmar dalam memperlakukan Rohingya.
Malaysia dan Indonesia juga semakin frustrasi dengan kedatangan perahu-perahu Rohingya yang dioperasikan para penyelundup manusia.
Myanmar menyangkal tuduhan memperlakukan Rohingya dengan buruk. Myanmar juga menyatakan Rohignya bukan warga negaranya tapi imigran ilegal dari Asia Selatan.
Rohingya selama bertahun-tahun naik perahu pada periode antara November dan April saat laut tenang, untuk mencapai negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Thailand dan Indonesia. (Baca Juga: Lebih dari 20 Juta Warga AS Diduga Terinfeksi Virus Corona)
Muhyiddin meminta badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) mempercepat relokasi Rohingya di Malaysia ke negara ketiga. UNHCR menyatakan ada lebih 100.000 Rohingya di Malaysia. (Lihat Infografis: 5 Provinsi Dengan Angka Kematian Covid-19 Terbesar di Indonesia)
Dia juga menyerukan upaya lebih banyak untuk memerangi penyelundupan Rohingya yang berisiko mengalami eksploitasi, perbudakan dan rekrutmen oleh militan. (Lihat Video: Pihak Rumah Sakit Meminta Maaf Atas Insiden Tertukarnya Jenazah Saat akan Dimakamkan)
Dia beralasan masalah ekonomi dan berkurangnya sumber daya akibat pandemi virus corona. Malaysia sejak lama menjadi tujuan favorit bagi Rohingya untuk hidup lebih baik setelah lari dari Myanmar dan kamp pengungsi di Bangladesh.
Namun Malaysia yang tidak mengakui status pengungsi itu baru-baru ini mengusir perahu-perahu dan menahan ratusan Rohingya di tengah kecurigaan publik bahwa warga asing turut menyebarkan virus corona dan menghabiskan dana negara.
“Kami tak bisa lagi menampung karena sumber daya dan kapasitas kami telah menipis, ditambah dengan pandemi Covid-19,” ungkap Muhyiddin saat telekonferensi dengan para pemimpin 10 negara anggota Asosiasi Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN), termasuk Myanmar.
Perlakuan terhadap Rohingya telah menjadi isu sensitif di ASEAN, dengan dua negara mayoritas Muslim yakni Malaysia dan Indonesia kerap mengkritik Myanmar dalam memperlakukan Rohingya.
Malaysia dan Indonesia juga semakin frustrasi dengan kedatangan perahu-perahu Rohingya yang dioperasikan para penyelundup manusia.
Myanmar menyangkal tuduhan memperlakukan Rohingya dengan buruk. Myanmar juga menyatakan Rohignya bukan warga negaranya tapi imigran ilegal dari Asia Selatan.
Rohingya selama bertahun-tahun naik perahu pada periode antara November dan April saat laut tenang, untuk mencapai negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Thailand dan Indonesia. (Baca Juga: Lebih dari 20 Juta Warga AS Diduga Terinfeksi Virus Corona)
Muhyiddin meminta badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) mempercepat relokasi Rohingya di Malaysia ke negara ketiga. UNHCR menyatakan ada lebih 100.000 Rohingya di Malaysia. (Lihat Infografis: 5 Provinsi Dengan Angka Kematian Covid-19 Terbesar di Indonesia)
Dia juga menyerukan upaya lebih banyak untuk memerangi penyelundupan Rohingya yang berisiko mengalami eksploitasi, perbudakan dan rekrutmen oleh militan. (Lihat Video: Pihak Rumah Sakit Meminta Maaf Atas Insiden Tertukarnya Jenazah Saat akan Dimakamkan)
(sya)