Pengerahan Tu-22M3 ke Iran Diusik, Rusia Kritik Balik AS
A
A
A
MOSKOW - Amerika Serikat (AS) mengusik langkah pengerahan pesawat-pesawat pengebom jarak jauh Tupolev Tu-22M3 ke Iran yang diduga melanggar resolusi PBB. Rusia membela pengerahan Tu-22M3 tersebut karena legal dan mengkritik balik AS yang mengalirkan dana besar ke Iran.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, mendesak AS berhenti mencari-cari kesalahan Rusia dan fokus untuk perang melawan terorisme.
AS menduga pengerahan pesawat pengebom Tu-22M3 ke Iran melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB 2231 soal penjualan dan transfer senjata ke Iran. Lavrov, seperti dikutip Al Jazeera, Kamis (18/8/2016), menegaskan, Rusia tidak menjual dan mentransfer senjata ke Iran melainkan hanya menggunakan pangkalan udara Hamadan Iran untuk menggempur ISIS di Suriah.
“Di bawah resolusi, Dewan Keamanan PBB (menjatuhkan) sanksi pengiriman, penjualan dan transfer senjata tipe tertentu ke Iran, termasuk pesawat tempur, sedangkan penyebaran (pesawat Tu-22M3) Rusia tidak melibatkan langkah tersebut,” kata Lavrov.
”Pesawat-pesawat militer digunakan oleh pasukan udara setelah ada otorisasi Iran untuk mengambil bagian dalam operasi anti-teroris di Suriah, setelah ada permintaan yang sah dari pemerintah,” lanjut dia menjelaskan legalitas pengerahan pesawat tempur Rusia ke Iran.
Para ahli militer menilai langkah Moskow itu untuk menjadikan operasi militer di Suriah lebih efisien, terutama dalam penghematan bahan bakar.
”Tidak perlu yang ada dibahas,” ujar Lavrov, yang mengkritik balik AS soal transfer dana dalam jumlah besar ke Iran.
”Jika tidak, kami akan harus memilah bagaimana sejumlah besar uang tunai berhasil dari AS sampai ke Iran, dan mengapa transfer bank dari AS ke Iran telah terjadi dalam dolar. Itu sangat dilarang di bawah hukum Amerika,” katanya.
Sebelumnya, Departemen Luar Negeri AS mengatakan penyebaran pesawat tempur Rusia ke Iran “disayangkan”, tapi tidak mengejutkan.
”Saya pikir kami masih mencoba untuk menilai apa sebenarnya yang mereka lakukan,” kata juru bicara departemen itu, Mark Toner. Menurutnya, Washington akan memeriksa apakah langkah Rusia itu melanggar resolusi PBB atau tidak.
Rusia sudah dua hari melakukan operasi militer di Suriah dari wilayah Iran. Moskow mengklaim sejumlah fasilitas ISIS hancur dalam operasi tersebut.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, mendesak AS berhenti mencari-cari kesalahan Rusia dan fokus untuk perang melawan terorisme.
AS menduga pengerahan pesawat pengebom Tu-22M3 ke Iran melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB 2231 soal penjualan dan transfer senjata ke Iran. Lavrov, seperti dikutip Al Jazeera, Kamis (18/8/2016), menegaskan, Rusia tidak menjual dan mentransfer senjata ke Iran melainkan hanya menggunakan pangkalan udara Hamadan Iran untuk menggempur ISIS di Suriah.
“Di bawah resolusi, Dewan Keamanan PBB (menjatuhkan) sanksi pengiriman, penjualan dan transfer senjata tipe tertentu ke Iran, termasuk pesawat tempur, sedangkan penyebaran (pesawat Tu-22M3) Rusia tidak melibatkan langkah tersebut,” kata Lavrov.
”Pesawat-pesawat militer digunakan oleh pasukan udara setelah ada otorisasi Iran untuk mengambil bagian dalam operasi anti-teroris di Suriah, setelah ada permintaan yang sah dari pemerintah,” lanjut dia menjelaskan legalitas pengerahan pesawat tempur Rusia ke Iran.
Para ahli militer menilai langkah Moskow itu untuk menjadikan operasi militer di Suriah lebih efisien, terutama dalam penghematan bahan bakar.
”Tidak perlu yang ada dibahas,” ujar Lavrov, yang mengkritik balik AS soal transfer dana dalam jumlah besar ke Iran.
”Jika tidak, kami akan harus memilah bagaimana sejumlah besar uang tunai berhasil dari AS sampai ke Iran, dan mengapa transfer bank dari AS ke Iran telah terjadi dalam dolar. Itu sangat dilarang di bawah hukum Amerika,” katanya.
Sebelumnya, Departemen Luar Negeri AS mengatakan penyebaran pesawat tempur Rusia ke Iran “disayangkan”, tapi tidak mengejutkan.
”Saya pikir kami masih mencoba untuk menilai apa sebenarnya yang mereka lakukan,” kata juru bicara departemen itu, Mark Toner. Menurutnya, Washington akan memeriksa apakah langkah Rusia itu melanggar resolusi PBB atau tidak.
Rusia sudah dua hari melakukan operasi militer di Suriah dari wilayah Iran. Moskow mengklaim sejumlah fasilitas ISIS hancur dalam operasi tersebut.
(mas)