7 Alasan Mengapa Warga Eropa Tak Suka UE
A
A
A
LONDON - Dunia terhenyak ketika hasil referendum menunjukkan kelompok Brexit memenangkannya. Inggris pun dipastikan hengkang dari Uni Eropa (UE). Namun, tidak banyak yang tahu ada sejumlah alasan mengapa warga Eropa ternyata membenci UE. Seperti disadur dari Washington Post, Minggu (26/6/2016), ada 7 alasan mengapa orang Eropa membenci UE.
1. Gaji Birokrat UE Fantastis
Di tengah sebagian negara-negara di seluruh Eropa memberlakukan langkah-langkah penghematan, termasuk pemotongan gaji untuk pegawai pemerintah, sebagian karyawan UE mendapat haji dengan potongan pajak minimal. Telegraph, koran Inggris anti UE, pernah memberitakan jika pegawai tingkat menengah UE bisa membawa uang lebih banyak ketimbang Perdana Menteri David Cameron.
2. Perjalanan Tugas yang Boros
Sesuai perjanjian, sesi penuh pertemuan Parlemen Eropa hanya di Strasbourg, Prancis. Tapi, sebagian besar operasional UE berada di Brussels, Belgia. Jadi, satu pekan dalam sebulan, seluruh legislator, staf pendukung, pelobi, wartawan yang berjumlah 10 ribu lebih melakukan perjalanan ke Strasbourg.
Seolah-olah, perlemen hanya bisa mengesahkan undang-undang satu minggu dalam satu bulan dan hanya bisa dilakukan di Strasbourg. Selain itu, mereka tidak dapat mengusulkan undang, yang dapat menyetujui undang-undang berasal dari Komisi Eropa non-terpilih. Biaya pemeliharaan dua kursi parlemen diperkirakan mencapai USD200 juta/tahun.
3. Peraturan Berlebihan
Di Inggris terkenal istilah Banana Bendy untuk menggambarkan jika Brussels telah melampaui batas regulasi ketika menetapkan regulasi bahwa pisang harus bebas dari malformasi atau kelengkungan yang abnormal.
4. Kurangnya Akuntabilitas
Keputusan besar di UE keluar di balik pintu yang tertutup, apakah itu di dalam Komisi Eropa atau di pertemuan pemimpin UE atau menteri. Tidak seperti anggota parlemen di legislatif nasional yang memperlihatkan proses pembuatan keputusan itu dilakukan di tempat terbuka.
5. Tidak Bisa Menerima Penolakan
UE memiliki sejarah panjang menyerap kekalahan dari suara nasional, kemudian bergerak maju untuk mencapai tujuannya melalui cara lain. Saat Prancis dan Belanda menolak konstitusi UE pada 2005, para pemimpin UE datang kembali dua tahun kemudian dengan Perjanjian Lisbon yang menerapkan banyak perubahan yang sama, tetapi melalui jalur hukum yang berbeda.
6. Kodifikasi Peraturan Perundang-undangan yang Mahal
Untuk diketahui, UE menerjemahkan semua keputusan yang dihasilkannya untuk kemudian dibukukan (kodifikasi) dalam bahasa resmi ke-24 anggotanya. Komisi Eropa mengatakan telah mempekerjakan 1.750 ahli bahasa, 600 juru ketik penuh waktu dan 3.000 freelancer.
7. Birokrasi yang Tidak Perlu
Setiap negara anggota UE dapat menunjuk Komisioner yang tugasnya sedikit seperti Sekretaris Kabinet di Amerika Serikat (AS), seorang politisi dibebankan menjadi administrator. Namun di UE tugas tersebut diperluas, seorang Komisioner dibutuhkan untuk memimpin sebuah komisi yang disesuaikan dengan anggotanya. Jadi wajar jika UE memiliki lebih dari satu komisi.
1. Gaji Birokrat UE Fantastis
Di tengah sebagian negara-negara di seluruh Eropa memberlakukan langkah-langkah penghematan, termasuk pemotongan gaji untuk pegawai pemerintah, sebagian karyawan UE mendapat haji dengan potongan pajak minimal. Telegraph, koran Inggris anti UE, pernah memberitakan jika pegawai tingkat menengah UE bisa membawa uang lebih banyak ketimbang Perdana Menteri David Cameron.
2. Perjalanan Tugas yang Boros
Sesuai perjanjian, sesi penuh pertemuan Parlemen Eropa hanya di Strasbourg, Prancis. Tapi, sebagian besar operasional UE berada di Brussels, Belgia. Jadi, satu pekan dalam sebulan, seluruh legislator, staf pendukung, pelobi, wartawan yang berjumlah 10 ribu lebih melakukan perjalanan ke Strasbourg.
Seolah-olah, perlemen hanya bisa mengesahkan undang-undang satu minggu dalam satu bulan dan hanya bisa dilakukan di Strasbourg. Selain itu, mereka tidak dapat mengusulkan undang, yang dapat menyetujui undang-undang berasal dari Komisi Eropa non-terpilih. Biaya pemeliharaan dua kursi parlemen diperkirakan mencapai USD200 juta/tahun.
3. Peraturan Berlebihan
Di Inggris terkenal istilah Banana Bendy untuk menggambarkan jika Brussels telah melampaui batas regulasi ketika menetapkan regulasi bahwa pisang harus bebas dari malformasi atau kelengkungan yang abnormal.
4. Kurangnya Akuntabilitas
Keputusan besar di UE keluar di balik pintu yang tertutup, apakah itu di dalam Komisi Eropa atau di pertemuan pemimpin UE atau menteri. Tidak seperti anggota parlemen di legislatif nasional yang memperlihatkan proses pembuatan keputusan itu dilakukan di tempat terbuka.
5. Tidak Bisa Menerima Penolakan
UE memiliki sejarah panjang menyerap kekalahan dari suara nasional, kemudian bergerak maju untuk mencapai tujuannya melalui cara lain. Saat Prancis dan Belanda menolak konstitusi UE pada 2005, para pemimpin UE datang kembali dua tahun kemudian dengan Perjanjian Lisbon yang menerapkan banyak perubahan yang sama, tetapi melalui jalur hukum yang berbeda.
6. Kodifikasi Peraturan Perundang-undangan yang Mahal
Untuk diketahui, UE menerjemahkan semua keputusan yang dihasilkannya untuk kemudian dibukukan (kodifikasi) dalam bahasa resmi ke-24 anggotanya. Komisi Eropa mengatakan telah mempekerjakan 1.750 ahli bahasa, 600 juru ketik penuh waktu dan 3.000 freelancer.
7. Birokrasi yang Tidak Perlu
Setiap negara anggota UE dapat menunjuk Komisioner yang tugasnya sedikit seperti Sekretaris Kabinet di Amerika Serikat (AS), seorang politisi dibebankan menjadi administrator. Namun di UE tugas tersebut diperluas, seorang Komisioner dibutuhkan untuk memimpin sebuah komisi yang disesuaikan dengan anggotanya. Jadi wajar jika UE memiliki lebih dari satu komisi.
(ian)