Duterte Bersumpah Seret Abu Sayyaf Pemenggal Ridsdel ke Pengadilan
A
A
A
DAVAO - Presiden terpilih Filipina, Rodrigo Duterte, bersumpah untuk menyeret militan Abu Sayyaf yang memenggal sandera asal Kanada, John Ridsdel ke pengadilan.
Sumpah itu dia sampaikan ketika berbicara dengan Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, melalui telepon. Trudeau dalam pembicaraan itu mengucapkan selamat kepada Duterte yang terpilih menjadi Presiden Filipina.
Menurut Duterte, pembicaraan via telepon hanya berlangsung sekitar sembilan menit pada hari Selasa. Pembicaraan mereka membahas berbagai isu, termasuk kepatuhan kepada Deklarasi Universal PBB tentang Hak Asasi Manusia dan kondisi warga Filipina di Kanada.
”Saya mengatakan bahwa kita adalah mitra. Semoga kita tetap menjadi mitra untuk seluruh waktu. Saya sadar bahwa banyak orang Filipina yang bekerja di sana dengan izin kerja. Beberapa dari mereka adalah imigran. Dan saya senang bahwa mereka telah mendapatkan perlindungan bahkan dilindungi Undang-Undang Tenaga Kerja,” kata Duterte, seperti dikutip Inquirer, Kamis (26/5/2016).
Duterte juga meminta maaf atas kematian warga Kanada, John Ridsdel, di tangan teroris Abu Sayyaf pada April lalu. Dia lantas bersumpah untuk menyeret pelakunya ke pengadilan.
”Saya berkata, 'Perdana Menteri, terimalah permintaan maaf saya untuk insiden tersebut. Saya sangat menyesal atas insiden yang terjadi, yang mengakibatkan pembunuhan warga Anda dan kami akan mencoba yang terbaik untuk memastikan bahwa ini tidak akan terjadi lagi’,” kata Duterte yang dijuluki Donald Trump-nya Filipina saat kampanye Pemilu beberapa minggu lalu.
”Dan Anda yakinlah bahwa ketika saatnya tiba, kita akan mampu untuk menangkap penjahat dan membawa mereka ke pengadilan. Akan ada saatnya ketika saya mengatakan ‘menyerahlah dan lepaskan semua sandera’,” ujar Duterte.
Potongan kepala John Ridsdel, 68, ditemukan di dekat kantor polisi di Jolo, Sulu, Filipina, pada 25 April 2016 setelah dipenggal kelompok Abu Sayyaf. Dia disandera Abu Sayyaf sejak September 2015.
Abu Sayyaf menuntut 300 juta peso untuk Ridsdel dan tiga sandera lainnya, Robert Hall (warga Kanada), Kjartan Sekkingstad (warga Kanada) dan Maritess Flor (warga Filipina), yang saat ini masih ditawan Abu Sayyaf.
Sumpah itu dia sampaikan ketika berbicara dengan Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, melalui telepon. Trudeau dalam pembicaraan itu mengucapkan selamat kepada Duterte yang terpilih menjadi Presiden Filipina.
Menurut Duterte, pembicaraan via telepon hanya berlangsung sekitar sembilan menit pada hari Selasa. Pembicaraan mereka membahas berbagai isu, termasuk kepatuhan kepada Deklarasi Universal PBB tentang Hak Asasi Manusia dan kondisi warga Filipina di Kanada.
”Saya mengatakan bahwa kita adalah mitra. Semoga kita tetap menjadi mitra untuk seluruh waktu. Saya sadar bahwa banyak orang Filipina yang bekerja di sana dengan izin kerja. Beberapa dari mereka adalah imigran. Dan saya senang bahwa mereka telah mendapatkan perlindungan bahkan dilindungi Undang-Undang Tenaga Kerja,” kata Duterte, seperti dikutip Inquirer, Kamis (26/5/2016).
Duterte juga meminta maaf atas kematian warga Kanada, John Ridsdel, di tangan teroris Abu Sayyaf pada April lalu. Dia lantas bersumpah untuk menyeret pelakunya ke pengadilan.
”Saya berkata, 'Perdana Menteri, terimalah permintaan maaf saya untuk insiden tersebut. Saya sangat menyesal atas insiden yang terjadi, yang mengakibatkan pembunuhan warga Anda dan kami akan mencoba yang terbaik untuk memastikan bahwa ini tidak akan terjadi lagi’,” kata Duterte yang dijuluki Donald Trump-nya Filipina saat kampanye Pemilu beberapa minggu lalu.
”Dan Anda yakinlah bahwa ketika saatnya tiba, kita akan mampu untuk menangkap penjahat dan membawa mereka ke pengadilan. Akan ada saatnya ketika saya mengatakan ‘menyerahlah dan lepaskan semua sandera’,” ujar Duterte.
Potongan kepala John Ridsdel, 68, ditemukan di dekat kantor polisi di Jolo, Sulu, Filipina, pada 25 April 2016 setelah dipenggal kelompok Abu Sayyaf. Dia disandera Abu Sayyaf sejak September 2015.
Abu Sayyaf menuntut 300 juta peso untuk Ridsdel dan tiga sandera lainnya, Robert Hall (warga Kanada), Kjartan Sekkingstad (warga Kanada) dan Maritess Flor (warga Filipina), yang saat ini masih ditawan Abu Sayyaf.
(mas)