Ribuan Orang di Sejumlah Negara Desak Turki Akui Genosida Armenia

Senin, 25 April 2016 - 12:33 WIB
Ribuan Orang di Sejumlah Negara Desak Turki Akui Genosida Armenia
Ribuan Orang di Sejumlah Negara Desak Turki Akui Genosida Armenia
A A A
YEREVAN - Ribuan orang di sejumlah negara turun ke jalan mendesak Turki untuk mengakui kejahatan pembantaian etnis atau genosida yang dilakukan terhadap sekitar 1,5 juta orang Armenia.

Aksi turun ke jalan itu berlangsung pada hari Minggu yang bertepatan dengan 101 tahun genosida Armenia. Genosida itu terjadi tahun 1915 ketika Turki dipimpin Kekaisaran Ottoman.

Presiden Armenia Serzh Sargsyan dan Ibu Negara Rita Sargsyan meletakkan bunga di Monumen Genosida Armenia di Ibu Kota Yerevan.


Acara mengenang para korban juga dihadiri oleh bintang Hollywood, George Clooney, dan penyanyi terkenal Prancis; Charles Aznavour, yang merupakan keturunan Armenia.


Sargsyan memanfaatkan momen 101 tahun Genosida Armenia untuk menarik perhatian internasional terkait konflik baru-baru ini di wilayah Nagorno-Karabakh yang disengketakan.


Saya menyatakan untuk seluruh dunia untuk didengar; tidak akan ada pembersihan atau deportasi dari Armenia, dari Artsakh (Nagorno-Karabakh). Kami tidak akan membiarkan Genosida Armenia yang lain. Kami, bangsa Armenia, semua segmen,yang berarti konsolidasi Armenia,” kata Presiden Sargsyan dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Russia Today, Senin (25/4/2016).


Ribuan orang berkumpul di Moskow sambil membawa bendera Armenia dan Rusia untuk menandai 101 tahun Genosida Armenia. ”Memori untuk korban genosida akan hidup selamanya,” bunyi sebuah spanduk hitam yang dipajang di Ibu Kota Moskow.

Di Yunani, ratusan etnis Armenia dan simpatisannya berbaris melewati Athena untuk mengecam Turki serta Azerbaijan karena diduga meningkatkan konflik di wilayah Nagorno-Karabakh yang disengketakan.


Para pengunjuk rasa berbaris ke kedutaan Turki dan Azerbaijn di pusat Ibu Kota Yunani sembari melambaikan bendera Armenia.

Ribuan demonstran di Iran berpartisipasi dalam sebuah acara di Gereja Katedral St. Sarkis Teheran, di mana mereka juga mendesak Ankara untuk mengakui tindakan genosida Armenia. Demonstran di Teheran juga mengecam konflik terbaru di wilayah Nagorno-Karabakh.


Tuntutan kami adalah bahwa Turki mengakui kebenaran sejarah dan menerima tanggung jawab hukum untuk itu,” kata Karen Khanlari, seorang anggota parlemen Iran keturunan Armenia kepada Ruptly.


Pada tahun 1914, pada awal Perang Dunia I, ada sekitar 2 juta orang Armenia yang tinggal di Kekaisaran Ottoman. Namun jumlah itu menurun menjadi kurang dari setengah juta orang selama delapan tahun ke depan.


Pembunuhan massal mulai terjadi pada tanggal 24 April 1915, ketika 250 cendekiawan Armenia ditahan oleh pihak berwenang Ottoman dan kemudian dieksekusi di ibu kota.

Tidak sedikit warga Armenia kemudian mengungsi, dideportasi, atau ditempatkan di kamp-kamp konsentrasi. Mereka memberontak melawan Ottoman dan berpihak dengan Rusia selama Perang Dunia I.


Turkipenerus dari Kekaisaran Ottomanmengakui bahwa banyak orang Armenia yang dianiaya pada saat itu, tetapi mengklaim bahwa jumlah korban tewas telah terlalu dibesar-besarkan. Turki juga menegaskan tidak ada genosida atau usaha sistematis untuk menghilangkan minoritas Armenia.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6607 seconds (0.1#10.140)