Turki: Upaya Damai Nagorno-Karabakh akan Gagal Kecuali Armenia Mundur
loading...
A
A
A
ANKARA - Turki memperingatkan upaya Prancis , Amerika Serikat (AS) dan Rusia untuk mengakhiri pertempuran antara Azerbaijan dan Armenia di Nagorno-Karabakh akan gagal kecuali mereka menjamin penarikan pasukan Armenia dari wilayah itu.
Rusia berupaya menjadi tuan rumah perundingan dengan menteri luar negeri (menlu) Azerbaijan dan Armenia pada Jumat (9/10), sehari setelah Prancis, Rusia dan AS membahas konflik itu di Jenewa.
Turki mengecam apa yang disebut sebagai penjajahan Armenia di tanah Azerbaijan di Nagorno-Karabakh yang dikontrol etnik Armenia di wilayah Azerbaijan. Turki menegaskan solidaritas penuh pada etnik kin di Azerbaijan.
Ankara berulang kali mengkritik upaya grup Minsk yang dipimpin Prancis, Rusia dan AS untuk mencapai gencatan senjata di wilayah itu. Menurut Turki, kelompok itu tak melakukan apapun selama hampir 30 tahun perundingan.
Juru bicara Presiden Turki Ibrahim Kalin menyatakan Ankara ingin solusi diplomatik tapi semua upaya oleh grup Minsk yang tidak menyerukan penarikan pasukan Armenia akan gagal.
“Jika mereka hanya menyerukan gencatan senjata, jika mereka bekerja hanya menuju gencatan senjata, itu tidak akan lebih dari mengulangi apa yang terjadi selama 30 tahun terakhir atau lebih,” tutur Kalin saat wawancara dengan Al Jazeera.
“Hampir pasti gagal jika tidak melibatkan rencana rinci untuk mengakhiri pendudukan,” papar Kalin. (Baca Juga: Akhiri Perang Nagorno Karabakh, Armenia-Azerbaijan Siap Berunding di Moskow)
Menteri Pertahanan (Menhan) Turki Hulusi Akar menyatakan serangan Azerbaijan di Nagorno-Karabakh tidak akan berhenti hingga Armenia menarik mundur pasukannya dan pejuang lain yang dibawa ke wilayah itu. (Baca Infografis: Kursi Dekat Jendela Pesawat Berisiko Tinggi Tertular Covid-19)
“Hingga pendudukan berakhir, hingga para teroris dan tentara bayaran keluar dari sana, tak seorang pun bisa berharap saudara-saudara Azerbaijan kami berhenti,” ungkap Akar. (Lihat Video: Preman Pengancam PNS Menggunakan Ular Diciduk Polisi)
Nagorno-Karabakh milik Azerbaijan secara hukum internasional tapi dihuni dan diperintah oleh etnik Armenia.
Pertempuran terbaru di wilayah itu memicu kekhawatiran bahwa Turki dan Rusia akan terseret ke dalamnya. Saat ini Turki dan Rusia berseberangan serta mendukung pihak yang berbeda di Suriah dan Libya.
Rusia berupaya menjadi tuan rumah perundingan dengan menteri luar negeri (menlu) Azerbaijan dan Armenia pada Jumat (9/10), sehari setelah Prancis, Rusia dan AS membahas konflik itu di Jenewa.
Turki mengecam apa yang disebut sebagai penjajahan Armenia di tanah Azerbaijan di Nagorno-Karabakh yang dikontrol etnik Armenia di wilayah Azerbaijan. Turki menegaskan solidaritas penuh pada etnik kin di Azerbaijan.
Ankara berulang kali mengkritik upaya grup Minsk yang dipimpin Prancis, Rusia dan AS untuk mencapai gencatan senjata di wilayah itu. Menurut Turki, kelompok itu tak melakukan apapun selama hampir 30 tahun perundingan.
Juru bicara Presiden Turki Ibrahim Kalin menyatakan Ankara ingin solusi diplomatik tapi semua upaya oleh grup Minsk yang tidak menyerukan penarikan pasukan Armenia akan gagal.
“Jika mereka hanya menyerukan gencatan senjata, jika mereka bekerja hanya menuju gencatan senjata, itu tidak akan lebih dari mengulangi apa yang terjadi selama 30 tahun terakhir atau lebih,” tutur Kalin saat wawancara dengan Al Jazeera.
“Hampir pasti gagal jika tidak melibatkan rencana rinci untuk mengakhiri pendudukan,” papar Kalin. (Baca Juga: Akhiri Perang Nagorno Karabakh, Armenia-Azerbaijan Siap Berunding di Moskow)
Menteri Pertahanan (Menhan) Turki Hulusi Akar menyatakan serangan Azerbaijan di Nagorno-Karabakh tidak akan berhenti hingga Armenia menarik mundur pasukannya dan pejuang lain yang dibawa ke wilayah itu. (Baca Infografis: Kursi Dekat Jendela Pesawat Berisiko Tinggi Tertular Covid-19)
“Hingga pendudukan berakhir, hingga para teroris dan tentara bayaran keluar dari sana, tak seorang pun bisa berharap saudara-saudara Azerbaijan kami berhenti,” ungkap Akar. (Lihat Video: Preman Pengancam PNS Menggunakan Ular Diciduk Polisi)
Nagorno-Karabakh milik Azerbaijan secara hukum internasional tapi dihuni dan diperintah oleh etnik Armenia.
Pertempuran terbaru di wilayah itu memicu kekhawatiran bahwa Turki dan Rusia akan terseret ke dalamnya. Saat ini Turki dan Rusia berseberangan serta mendukung pihak yang berbeda di Suriah dan Libya.
(sya)