Tegang dengan Rusia, Turki Beri Sinyal 'Lengket' dengan Israel
A
A
A
ANKARA - Turki memberi sinyal untuk menghidupkan kembali hubungan diplomatik dengan Israel yang rusak bertahun-tahun. Sinyal dari Turki itu muncul setelah negara itu terlibat ketegangan dengan Rusia.
Sebagai bagian dari kesepakatan awal memulihkan hubungan, sejumlah delegasi kedua negara melakukan pertemuan rahasia di Swiss. Rencananya, duta besar dari kedua negara akan kembali diaktifkan.
Menurut laporan IB Times, Jumat (18/12/2015), delegasi dari pihak Israel dipimpin oleh utusan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Joseph Ciechanover, dan Penasihat Keamanan Nasional; Yossi Cohen. Sedangkan delegasi dari Turki dipelopori oleh diplomat top Kementerian Luar Negeri Turki, Feridun Sinirlioglu.
Kedua pihak telah secara resmi mengakui bahwa ada pembicaraan rekonsiliasi yang sedang berlangsung. Tapi, mereka membantah telah mencapai kesepakatan apapun. Pembicaraan dimulai di Zurich sehari setelah Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menyatakan kesediaannya untuk menormalkan hubungan dengan Israel di tengah ketegangan antara Ankara dengan Moskow.
Sebagai bagian dari kesepakatan awal, Israel telah setuju untuk membayar kompensasi USD20 juta untuk para korban bentrokan maritim tahun 2010. Sepuluh aktivis Turki penerobos Gaza dengan kapal Mavi Marmara tewas setelah pertempuran meletus antara armada Turki dan Angkatan Laut Israel di Mediterania, ketika para aktivis itu mencoba membuka blokir Angkatan Laut Israel.
Sejak insiden itu, hubungan Turki dan Israel rusak. Namun, beberapa hari lalu, Erdogan memberi tiga syarat pada Israel jika ingin menormalkan hubungan dengan Turki. “Kami memiliki tiga (syarat); permintaan maaf - yang sudah dilakukan,kompensasi - yang belum terjadi, dan pencabutan embargo pada Palestina,” tulis surat kabar Yeni Safak, mengutip pernyataan Erdogan.
Seorang pejabat senior Israel kepada Haaretz, membenarkan ada upaya kedua negara untuk memulihkan hubungan. Hanya saja masih belum ada solusi,terutama syarat dari Erdogan agar Israel mencabut embargo pada Palestina. ”Catatan Erdogan tentang prediksi normalisasi hubunga dengan Israel adalah pencabutan total blokade terhadap Gaza. Ada ide, tetapi tidak ada solusi untuk masalah ini belum. Ini tidak sederhana,” kata pejabat senior Israel itu, yang menolak diidentifikasi.
Pada 2013, Netanyahu menyatakan penyesalan atas insiden kapal Mavi Marmara. Namun, pembicaraan yang diusulkan untuk menormalkan hubungan kedua negara terhenti meskipun ada upaya mediasi yang dilakukan oleh Presiden Amerika Serikat, Barack Obama.
Sebagai bagian dari kesepakatan awal memulihkan hubungan, sejumlah delegasi kedua negara melakukan pertemuan rahasia di Swiss. Rencananya, duta besar dari kedua negara akan kembali diaktifkan.
Menurut laporan IB Times, Jumat (18/12/2015), delegasi dari pihak Israel dipimpin oleh utusan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Joseph Ciechanover, dan Penasihat Keamanan Nasional; Yossi Cohen. Sedangkan delegasi dari Turki dipelopori oleh diplomat top Kementerian Luar Negeri Turki, Feridun Sinirlioglu.
Kedua pihak telah secara resmi mengakui bahwa ada pembicaraan rekonsiliasi yang sedang berlangsung. Tapi, mereka membantah telah mencapai kesepakatan apapun. Pembicaraan dimulai di Zurich sehari setelah Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menyatakan kesediaannya untuk menormalkan hubungan dengan Israel di tengah ketegangan antara Ankara dengan Moskow.
Sebagai bagian dari kesepakatan awal, Israel telah setuju untuk membayar kompensasi USD20 juta untuk para korban bentrokan maritim tahun 2010. Sepuluh aktivis Turki penerobos Gaza dengan kapal Mavi Marmara tewas setelah pertempuran meletus antara armada Turki dan Angkatan Laut Israel di Mediterania, ketika para aktivis itu mencoba membuka blokir Angkatan Laut Israel.
Sejak insiden itu, hubungan Turki dan Israel rusak. Namun, beberapa hari lalu, Erdogan memberi tiga syarat pada Israel jika ingin menormalkan hubungan dengan Turki. “Kami memiliki tiga (syarat); permintaan maaf - yang sudah dilakukan,kompensasi - yang belum terjadi, dan pencabutan embargo pada Palestina,” tulis surat kabar Yeni Safak, mengutip pernyataan Erdogan.
Seorang pejabat senior Israel kepada Haaretz, membenarkan ada upaya kedua negara untuk memulihkan hubungan. Hanya saja masih belum ada solusi,terutama syarat dari Erdogan agar Israel mencabut embargo pada Palestina. ”Catatan Erdogan tentang prediksi normalisasi hubunga dengan Israel adalah pencabutan total blokade terhadap Gaza. Ada ide, tetapi tidak ada solusi untuk masalah ini belum. Ini tidak sederhana,” kata pejabat senior Israel itu, yang menolak diidentifikasi.
Pada 2013, Netanyahu menyatakan penyesalan atas insiden kapal Mavi Marmara. Namun, pembicaraan yang diusulkan untuk menormalkan hubungan kedua negara terhenti meskipun ada upaya mediasi yang dilakukan oleh Presiden Amerika Serikat, Barack Obama.
(mas)