Kisah Bocah Yazidi 13 Tahun Diajari ISIS Cara Memenggal
A
A
A
MOSUL - Bocah Yazidi bernama Taha Jalo Murad, 13, menceritakan kisah hidupnya selama menjadi tawanan kelompok ISIS. Dia dan ratusan teman-teman seusianya dididik ISIS mulai menjadi tentara cilik hingga belajar menjadi algojo pemenggal sandera.
Dia menceritakan kisahnya itu kepada Daily Mail, setelah berhasil melarikan diri dari kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Taha diculik bersama 200 anak laki-laki berusia tujuh sampai 15 tahun dari desanya di Kocho, Irak utara.
Setelah diculik, Taha dibawa ke ”sekolah jihad”. Selama dididik di sekolah itu, dia didoktrin menjadi seorang ekstremis. Taha mengatakan, militan ISIS yang mengajarinya hendak membentuk tentara yang akan berbaris di Roma dan mengalahkan Amerika Serikat (AS).
Taha diajari cara memegang pisau yang digunakan untuk memenggal sandera. Dia juga diajarkan hukum syariah versi ISIS. Setelah instruksi diterima Taha dan teman-temannya, bocah-bocah itu dipaksa praktik sesama “siswa” dengan berpura-pura menjalankan eksekusi.
“Mereka mengajarkan kita bagaimana untuk memotong kepala orang. Mereka mengajarkan kita mengenali arteri leher yang terbaik untuk dipotong,” kata bocah Yazidi itu, yang dilansir Jumat (7/8/2015).
Dia masih ingat saat ISIS menyerbu desanya di Pegunungan Sinjar, Irak utara. Dia melihat orang-orang di desanya dibawa ke pinggiran desa dipaksa berbaring dan ditembak para militan ISIS. ”Saya dipisahkan dari ayah saya. Saya tidak tahu apakah dia masih hidup atau meninggal,” ujarnya.
Taha mengaku dikirim militan ISIS ke kamp pelatihan khusus di Tala-Afar. ”Mereka mengatakan kepada kami bahwa kami ingin dibuat menjadi pasukan untuk membuka Roma, (dan) kami akan mengontrol Barat dan Amerika,” ucap Taha.
“Mereka mengatakan kepada kami bahwa Yazidi kafir, dan Anda tidak perlu kembali ke mereka . Jika Anda menemukan orang tua Anda dan mereka tidak pindah agam, bunuhlah mereka,” kata Taha menirukan ucapan militan ISIS.
Selain diajari memegang pisau eksekusi, dia dan teman-temannya juga diajari cara menggunakan pistol. ”Kami sangat ketakutan, dan tidak ingin menggunakan senjata. Tetapi jika kita tidak, kita akan dipukuli,” kata Taha.
Bocah itu mengaku menangis ketika militan ISIS memberikan “pelajaran” ekstrem. ”Kami diberi makanan kotor dari beras dan kacang, dan kadang-kadang sup, tapi ada cacing di dalamnya,” ujar Taha.
Dia menceritakan kisahnya itu kepada Daily Mail, setelah berhasil melarikan diri dari kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Taha diculik bersama 200 anak laki-laki berusia tujuh sampai 15 tahun dari desanya di Kocho, Irak utara.
Setelah diculik, Taha dibawa ke ”sekolah jihad”. Selama dididik di sekolah itu, dia didoktrin menjadi seorang ekstremis. Taha mengatakan, militan ISIS yang mengajarinya hendak membentuk tentara yang akan berbaris di Roma dan mengalahkan Amerika Serikat (AS).
Taha diajari cara memegang pisau yang digunakan untuk memenggal sandera. Dia juga diajarkan hukum syariah versi ISIS. Setelah instruksi diterima Taha dan teman-temannya, bocah-bocah itu dipaksa praktik sesama “siswa” dengan berpura-pura menjalankan eksekusi.
“Mereka mengajarkan kita bagaimana untuk memotong kepala orang. Mereka mengajarkan kita mengenali arteri leher yang terbaik untuk dipotong,” kata bocah Yazidi itu, yang dilansir Jumat (7/8/2015).
Dia masih ingat saat ISIS menyerbu desanya di Pegunungan Sinjar, Irak utara. Dia melihat orang-orang di desanya dibawa ke pinggiran desa dipaksa berbaring dan ditembak para militan ISIS. ”Saya dipisahkan dari ayah saya. Saya tidak tahu apakah dia masih hidup atau meninggal,” ujarnya.
Taha mengaku dikirim militan ISIS ke kamp pelatihan khusus di Tala-Afar. ”Mereka mengatakan kepada kami bahwa kami ingin dibuat menjadi pasukan untuk membuka Roma, (dan) kami akan mengontrol Barat dan Amerika,” ucap Taha.
“Mereka mengatakan kepada kami bahwa Yazidi kafir, dan Anda tidak perlu kembali ke mereka . Jika Anda menemukan orang tua Anda dan mereka tidak pindah agam, bunuhlah mereka,” kata Taha menirukan ucapan militan ISIS.
Selain diajari memegang pisau eksekusi, dia dan teman-temannya juga diajari cara menggunakan pistol. ”Kami sangat ketakutan, dan tidak ingin menggunakan senjata. Tetapi jika kita tidak, kita akan dipukuli,” kata Taha.
Bocah itu mengaku menangis ketika militan ISIS memberikan “pelajaran” ekstrem. ”Kami diberi makanan kotor dari beras dan kacang, dan kadang-kadang sup, tapi ada cacing di dalamnya,” ujar Taha.
(mas)