Pasukan PBB dan 225 Wanita Haiti Barter Seks dengan Makanan
A
A
A
PORT AU PRINCE - Pasukan perdamaian PBB yang dikerahkan ke Haiti terlibat dalam ”transaksi seks” dengan lebih dari 225 wanita di negara itu. Mereka “barter” obat dan makanan untuk ditukar dengan layanan pemuas nafsu.
Praktik memalukan itu terungkap dari draft laporan PBB terbaru yang salinannya dipublikasikan kantor berita AP, Rabu (10/6/2015). Lapora itu disusun oleh Kantor Pelayanan Pengawasan Intern (OIOS), yang diharapkan bisa dirilis bulan ini.
Menurut laporan itu, hampir sepertiga dari korban eksploitasi dan penyalahgunaan seksual berusia di bawah 18 tahun. Selama penyelidikan yang memakan waktu setahun, para peneliti telah mewawancarai sekitar 231 wanita di Haiti. Sebagian besar dari mereka mengaku dipaksa melakukan hubungan badan dengan pasukan penjaga perdamaian PBB sebagai imbalan untuk mendapatkan bahan-bahan kebutuhan pokok.
”Untuk perempuan pedesaan, yang kelaparan, kekurangan tempat tinggal, yang butuh peralatan perawatan bayi, obat-obatan dan barang rumah tangga, yang sering disebut sebagai ‘pemicu kebutuhan’,” bunyi laporan itu mengacu pada kebutuhan “barter” seks dengan makanan dan obat-obatan.
Selain itu, laporan PBB juga menyebut bahwa perempuan yang tinggal di daerah perkotaan dan pinggiran kota juga terpaksa ikut “transaksi” itu. ”Demi mendapatkan sepatu gereja, ponsel, laptop, parfum, serta uang,” lanjut bunyi laporan tersebut.
Laporan terbaru itu muncul seminggu setelah PBB mengumumkan bahwa mereka telah menciptakan sebuah panel independen untuk menyelidiki tuduhan pelecehan seksual terhadap anak-anak Afrika. Tuduhan itu dialamatkan kepada pasukan penjaga perdamaian PBB asal Prancis.
Praktik memalukan itu terungkap dari draft laporan PBB terbaru yang salinannya dipublikasikan kantor berita AP, Rabu (10/6/2015). Lapora itu disusun oleh Kantor Pelayanan Pengawasan Intern (OIOS), yang diharapkan bisa dirilis bulan ini.
Menurut laporan itu, hampir sepertiga dari korban eksploitasi dan penyalahgunaan seksual berusia di bawah 18 tahun. Selama penyelidikan yang memakan waktu setahun, para peneliti telah mewawancarai sekitar 231 wanita di Haiti. Sebagian besar dari mereka mengaku dipaksa melakukan hubungan badan dengan pasukan penjaga perdamaian PBB sebagai imbalan untuk mendapatkan bahan-bahan kebutuhan pokok.
”Untuk perempuan pedesaan, yang kelaparan, kekurangan tempat tinggal, yang butuh peralatan perawatan bayi, obat-obatan dan barang rumah tangga, yang sering disebut sebagai ‘pemicu kebutuhan’,” bunyi laporan itu mengacu pada kebutuhan “barter” seks dengan makanan dan obat-obatan.
Selain itu, laporan PBB juga menyebut bahwa perempuan yang tinggal di daerah perkotaan dan pinggiran kota juga terpaksa ikut “transaksi” itu. ”Demi mendapatkan sepatu gereja, ponsel, laptop, parfum, serta uang,” lanjut bunyi laporan tersebut.
Laporan terbaru itu muncul seminggu setelah PBB mengumumkan bahwa mereka telah menciptakan sebuah panel independen untuk menyelidiki tuduhan pelecehan seksual terhadap anak-anak Afrika. Tuduhan itu dialamatkan kepada pasukan penjaga perdamaian PBB asal Prancis.
(mas)