Obama Ditekan Agar Pasok Senjata Mematikan ke Ukraina

Selasa, 24 Maret 2015 - 10:54 WIB
Obama Ditekan Agar Pasok Senjata Mematikan ke Ukraina
Obama Ditekan Agar Pasok Senjata Mematikan ke Ukraina
A A A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama, ditekan parlemen agar memasok senjata mematikan kepada Ukraina. Tekanan itu dibuat parlemen yang kompak meloloskan resolusi untuk menolong pasukan Ukraina dalam menghadapi separatis pro-Rusia.

Resolusi itu disetujui mayoritas anggota parlemen AS. Anggota Komite Urusan Luar Nageri Parlemen AS, Eliot Engel, mengatakan, meskipun AS memasok senjata mematikan ke Ukraina, bukan berarti AS terlibat dalam perang baru.

”Orang-orang Ukraina tidak mencari tentara Amerika,” kata Engel. "Mereka hanya mencari senjata,” katanya lagi, seperti dilansir Russia Today, Selasa (24/3/2015).

“Perang ini menimbulkan ancaman terbesar bagi keamanan Eropa sejak Perang Dunia II, dan kita tidak harus mengambil sikap secara ringan, dan kita tidak boleh berdiam diri. Kita seharusnya tidak duduk kembali, dan kita tidak boleh membiarkan negara-negara lain memberitahu kita apa yang harus dilakukan,” lanjut Engel.

Tekanan pada Obama itu muncul setelah Gedung Putih tidak bersedia membuat gebrakan radikal di Ukraina. Sebaliknya, Gedung Putih mengikuti arahan Kanselir Jerman, Angela Merkel yang sudah membujuk Obama untuk komitmen dengan kesepakatan gencatan senjata untuk Ukraina timur.

Suara parlemen AS ini sejatinya mendukung upaya Presiden Ukraina, Petro Poroshenko yang pernah meminta Kongres AS agar mengotorisasi pengiriman peralatan militer AS kepada pemerintah Ukraina. Dari hasil lobi Poroshenko itu, Obama sejauh ini hanya bersedia menandatangani pengiriman bantuan militer non-mematikan dan menjatuhkan sanksi terhadap Rusia.

Rusia sendiri pernah mengancam jika AS nekat memasok senjata mematikan ke Ukraina. Rusia selama ini telah dituding mendukung separatis pro-Rusia di Ukraina timur yang terlibat perang dengan pasukan Ukraina. Namun, Rusia berkali-kali membantahnya.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4316 seconds (0.1#10.140)