ISIS Culik 300 Wanita Yazidi untuk Dihamili
A
A
A
SINJAR - Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dilaporkan telah menculik 300 wanita penganut sekta Yazidi, di Sinjar, Irak utara. Mereka mengancam akan menghamili para sandera untuk memutus keturunan sekte Yazidi.
Komunitas penganut sekte Yazidi di Irak aslinya dari etnis Arya. Ciri fisik etnis ini adalah berambut pirang, bermata biru dan hanya menikah dari kelompok mereka. Namun, sejak munculnya ISIS yang memaksa para kaum minoritas Irak untuk pindah keyakinan, keturunan penganut Yazidi terancam.
Terlebih, dalam aksinya para militan ISIS mengancam akan menghamili para wanita yang mereka sandera untuk memutus keturunan penganut Yazidi. Laman Dailymail, semalam (14/8/2014), melansir laporan penculikan 300 wanita Yazidi itu.
“ISIS telah menculik sekitar 300 perempuan dari Sinjar untuk diberikan kepada para jihadis untuk dinikahi dan dihamili guna mendapatkan keturunan Muslim. Jika mereka tida bisa (memiliki keturunan), mereka akan dibunuh. Mereka akan mencoba untuk memutuskan keturunan etnis berambut pirang itu,” tulis media Inggris itu mengutip keterangan warga Yazidi.
Menteri HAM Irak, Mohammed al-Sudani, membenarkan aksi penculikan sekitar 300 wanita Yazidi oleh ISIS. Menurutnya, ratusan sandera itu akan dijadikan pemuas nafsu atau budak.
Ketua Pusat Kebudayaan Kurdi di London, Adnan Kochar, menjelaskan etnis asli penganut Yazidi.”Warga Kurdi dan Yazidi awalnya etnis Arya. Namun karena Yazidi adalah komunitas tertutup mereka telah mempertahankan kulit asli, rambut pirang dan mata biru mereka. Mereka tidak menikah dengan warga non-Yazidi,” kata Kochar.
Pemerintah Amerika Serikat (AS) yang telah mengerahkan pasukan khusus untuk mengevakuasi warga Yazidi dari Gunung Sinjar, menyatakan, bahwa warga Yazidi menolak untuk meninggalkan tanah mereka.
Warga Yazidi tidak terima dianggap sebagai penyembah setan, seperti yang penilaian banyak orang selama ini. Mereka menegaskan bahwa mereka memeluk Zoroastrianisme, sebuah agama yang sudah ada jauh sebelum agama Islam muncul.
Kochar, yang lahir di Kurdistan, mengatakan, kakek buyutnya dulunya warga Yazidi, tapi dipaksa untuk pindah keyakinan selama pemberontakan yang terjadi 150 tahun yang lalu.
Komunitas penganut sekte Yazidi di Irak aslinya dari etnis Arya. Ciri fisik etnis ini adalah berambut pirang, bermata biru dan hanya menikah dari kelompok mereka. Namun, sejak munculnya ISIS yang memaksa para kaum minoritas Irak untuk pindah keyakinan, keturunan penganut Yazidi terancam.
Terlebih, dalam aksinya para militan ISIS mengancam akan menghamili para wanita yang mereka sandera untuk memutus keturunan penganut Yazidi. Laman Dailymail, semalam (14/8/2014), melansir laporan penculikan 300 wanita Yazidi itu.
“ISIS telah menculik sekitar 300 perempuan dari Sinjar untuk diberikan kepada para jihadis untuk dinikahi dan dihamili guna mendapatkan keturunan Muslim. Jika mereka tida bisa (memiliki keturunan), mereka akan dibunuh. Mereka akan mencoba untuk memutuskan keturunan etnis berambut pirang itu,” tulis media Inggris itu mengutip keterangan warga Yazidi.
Menteri HAM Irak, Mohammed al-Sudani, membenarkan aksi penculikan sekitar 300 wanita Yazidi oleh ISIS. Menurutnya, ratusan sandera itu akan dijadikan pemuas nafsu atau budak.
Ketua Pusat Kebudayaan Kurdi di London, Adnan Kochar, menjelaskan etnis asli penganut Yazidi.”Warga Kurdi dan Yazidi awalnya etnis Arya. Namun karena Yazidi adalah komunitas tertutup mereka telah mempertahankan kulit asli, rambut pirang dan mata biru mereka. Mereka tidak menikah dengan warga non-Yazidi,” kata Kochar.
Pemerintah Amerika Serikat (AS) yang telah mengerahkan pasukan khusus untuk mengevakuasi warga Yazidi dari Gunung Sinjar, menyatakan, bahwa warga Yazidi menolak untuk meninggalkan tanah mereka.
Warga Yazidi tidak terima dianggap sebagai penyembah setan, seperti yang penilaian banyak orang selama ini. Mereka menegaskan bahwa mereka memeluk Zoroastrianisme, sebuah agama yang sudah ada jauh sebelum agama Islam muncul.
Kochar, yang lahir di Kurdistan, mengatakan, kakek buyutnya dulunya warga Yazidi, tapi dipaksa untuk pindah keyakinan selama pemberontakan yang terjadi 150 tahun yang lalu.
(mas)