Dugaan AS Tutupi Keterlibatan Saudi dalam Teror 9/11 Menguat

Senin, 18 April 2016 - 17:10 WIB
Dugaan AS Tutupi Keterlibatan Saudi dalam Teror 9/11 Menguat
Dugaan AS Tutupi Keterlibatan Saudi dalam Teror 9/11 Menguat
A A A
WASHINGTON - Dugaan Pemerintah Amerika Serikat (AS) menutupi keterlibatan Arab Saudi dalam serangan teror 11 September atau 9/11 terhadap menara kembar WTC semakin menguat.

Pemerintah Barack Obama didesak merilis "28 halaman" penyelidikan yang disensor karena diduga di dalamnya menyebut keterlibatan Saudi.

Sejumlah mantan penyelidik, termasuk bekas agen FBI blak-blakan menyebut mantan duta besar Arab Saudi untuk AS, Pangeran Bandar bin Sultan, seharusnya menjadi tersangka kasus serangan teror 9/11. Namun, hal itu ditutupi dengan dalih “kekebalan diplomatik” yang dimiliki diplomat Saudi.

Alasan lain, adalah soal imbas ekonomi di mana banyak invetasi Saudi di AS. Dugaan ini muncul seiring dengan ancaman Saudi untuk menjual seluruh asetnya di AS jika Pemerintah Obama meloloskan RUU untuk mengungkap hasil penyelidikan kasus serangan teror 9/11 yang disensor.

Laporan penyelidikan “28 halaman” yang disensor itu kini menjadi bumerang bagi AS, karena warganya, khuhsusnya pihak korban seraangan 9/11 menuntut semua laporan penyelidikan diungkap.

Pihak Joint Terrorism Task Forces (JTTF) di Washington dan San Diego, basis operasi untuk beberapa pembajak asal Saudi, serta detektif di Departemen Kepolisian Fairfax County yang juga menyelidiki bocoran laporan kasus 9/11, rata-rata menyatakan, bocoran laporan itu menunjuk ke Kedutaan Saudi di Washington, serta Konsulat Saudi di Los Angeles.


Namun, lagi-lagi karena alasan "kekebalan diplomatik”, pihak diplomat Saudi tidak tersentuh hukum.


Sumber-sumber penyelidik, mengatakan halaman yang disensor dari laporan penyelidikan kasusi 9/11 terdiri dari bab terakhir yang berurusan dengan dukungan asing untuk pembajak (pesawat dalam seraangan) 11 September”.

Bukti tak terbantahkan sebenarnya telah dikumpulkan dari file CIA dan FBI, khususnya soal dua pembajak pesawat asal Saudi yang menetap di San Diego.


Beberapa informasi telah bocor, transfer dana USD 130 ribu yang diduga melibatkan Duta Besar Saudi untuk AS kala itu, Pangeran Bandar bin Sultan.

Penyidik yang bekerja dengan JTTF di Washington mengeluh. Alih-alih menyelidiki Pangeran Bandar, sebab Pemerintah AS sendiri secara harfiah melindunginya. Departemen Luar Negeri AS, bahkan disebut-sebut menugaskan pihak keamanan membantu menjaga Pangeran Bandar tidak hanya di kedutaan, tetapi juga di rumahnya di McLean, Virginia.

Mantan agen FBI, John Guandolo, yang bekerja untuk kasus 9/11, mengtakan Pangeran Bandar seharusnya menjadi tersangka utama dalam penyelidikan kasus 9/11.

Duta besar Arab mendanai dua pembajak 9/11 melalui pihak ketiga, kata Guandolo. Dia harus diperlakukan sebagai tersangka teroris, sebagaimana seharusnya anggota lain dari kelas elite Saudi yang Pemerintah AS tahu saat ini mendanai jihad global,” katanya lagi, seperti dikutip news.com.au, Senin (18/4/2016).


Tapi Pangeran Bandar memegang kekuasaan atas FBI. Setelah dia bertemu dengan Presiden Bush pada tanggal 13 September 2001, di Gedung Putih, FBI mengevakuasi puluhan pejabat Saudi dari berbagai kota, termasuk setidaknya satu anggota keluarga Osama bin Laden yang masuk daftar pengawasan teror.


Menurut mantan agen FBI lainnya, Mark Rossini, alih-alih menginterogasi para pejabat Saudi, agen FBI justru bertindak sebagai pengawal keamanan bagi mereka, meskipun diketahui pada waktu itu bahwa 15 dari 19 pembajak pesawat adalah warga Saudi.


FBI menutup telinga mereka setiap kali kita menyebutkan Saudi,” imbuh mantan mantan pejabat Kepolisian Fairfax County, Roger Kelly. Ini terlalu politis untuk menyentuhnya.”
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3067 seconds (0.1#10.140)