Raja Yordania: Jika Israel Menginginkan Konflik Kami Cukup Siap!
loading...
A
A
A
AMMAN - Raja Yordania Abdullah II mengatakan kepada CNN bahwa negaranya "cukup siap" untuk konflik dengan pemerintah Israel yang baru jika rezim Zionis menginginkan konflik dengan Amman.
"Jika orang (pemerintah Israel) ingin terlibat konflik dengan kami, kami cukup siap," ungkap Raja Abdullah kepada Becky Anderson dari CNN dalam wawancara eksklusif yang dilakukan awal bulan Desember lalu.
"Saya selalu percaya bahwa, mari kita lihat gelasnya setengah penuh, tetapi kita memiliki garis merah tertentu… Dan jika orang ingin mendorong garis merah itu, maka kita akan menghadapinya," tegas dia, dilansir Memo pada 29 Desember 2022.
Sang raja merujuk potensi perubahan Israel pada status situs suci Muslim dan Kristen di kota Yerusalem yang diduduki. Yordania adalah penjaga tempat-tempat suci di Yerusalem Timur yang diduduki.
"Kita harus mengkhawatirkan intifada berikutnya. Dan jika itu terjadi, itu adalah kemunduran hukum dan ketertiban yang lengkap dan tidak akan ada yang diuntungkan, baik Israel maupun Palestina," papar Raja Yordania.
Dia melanjutkan, "Saya pikir ada banyak perhatian dari kita semua di kawasan ini, termasuk orang-orang di Israel yang berada di pihak kita dalam masalah ini, untuk memastikan hal itu tidak terjadi."
Mengacu pada anggota sayap kanan Knesset Itamar Ben Gvir dan Bezalel Smotrich, yang merupakan mitra Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam pemerintahan koalisi baru, dia berkata, "Saya tidak berpikir orang-orang itu hanya berada di bawah mikroskop Yordania. Mereka berada di bawah mikroskop internasional. Saya harus percaya bahwa ada banyak orang di Israel yang juga peduli seperti kita."
"Pada akhirnya, rakyat Israel memiliki hak untuk memilih siapa pun yang mereka inginkan untuk memimpin mereka... Kami akan bekerja dengan siapa saja dan semua orang selama kami dapat menyatukan orang," papar dia.
Menekankan "ekstrem" pentingnya integrasi Israel ke wilayah Timur Tengah, dia memperingatkan, “Ini tidak akan terjadi kecuali ada masa depan bagi Palestina."
Peringatan Raja Yordania itu muncul sebelum Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir memasuki Masjid Al-Aqsa.
Tindakan Ben-Gvir dikecam Yordania, Arab Saudi, dan berbagai negara lain di penjuru dunia.
"Jika orang (pemerintah Israel) ingin terlibat konflik dengan kami, kami cukup siap," ungkap Raja Abdullah kepada Becky Anderson dari CNN dalam wawancara eksklusif yang dilakukan awal bulan Desember lalu.
"Saya selalu percaya bahwa, mari kita lihat gelasnya setengah penuh, tetapi kita memiliki garis merah tertentu… Dan jika orang ingin mendorong garis merah itu, maka kita akan menghadapinya," tegas dia, dilansir Memo pada 29 Desember 2022.
Sang raja merujuk potensi perubahan Israel pada status situs suci Muslim dan Kristen di kota Yerusalem yang diduduki. Yordania adalah penjaga tempat-tempat suci di Yerusalem Timur yang diduduki.
"Kita harus mengkhawatirkan intifada berikutnya. Dan jika itu terjadi, itu adalah kemunduran hukum dan ketertiban yang lengkap dan tidak akan ada yang diuntungkan, baik Israel maupun Palestina," papar Raja Yordania.
Dia melanjutkan, "Saya pikir ada banyak perhatian dari kita semua di kawasan ini, termasuk orang-orang di Israel yang berada di pihak kita dalam masalah ini, untuk memastikan hal itu tidak terjadi."
Mengacu pada anggota sayap kanan Knesset Itamar Ben Gvir dan Bezalel Smotrich, yang merupakan mitra Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam pemerintahan koalisi baru, dia berkata, "Saya tidak berpikir orang-orang itu hanya berada di bawah mikroskop Yordania. Mereka berada di bawah mikroskop internasional. Saya harus percaya bahwa ada banyak orang di Israel yang juga peduli seperti kita."
"Pada akhirnya, rakyat Israel memiliki hak untuk memilih siapa pun yang mereka inginkan untuk memimpin mereka... Kami akan bekerja dengan siapa saja dan semua orang selama kami dapat menyatukan orang," papar dia.
Menekankan "ekstrem" pentingnya integrasi Israel ke wilayah Timur Tengah, dia memperingatkan, “Ini tidak akan terjadi kecuali ada masa depan bagi Palestina."
Peringatan Raja Yordania itu muncul sebelum Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir memasuki Masjid Al-Aqsa.
Tindakan Ben-Gvir dikecam Yordania, Arab Saudi, dan berbagai negara lain di penjuru dunia.
(sya)