Beijing Tak Terima Pelancong Asal China Jalani Tes Covid-19

Selasa, 03 Januari 2023 - 19:29 WIB
loading...
Beijing Tak Terima Pelancong...
Beijing tak terima pelancong asal China jalani tes Covid-19. Foto/CTV
A A A
BEIJING - China mengutuk persyaratan baru tes Covid-19 yang diberlakukan sejumlah negara terhadap warganya. China pun memperingatkan negara itu dapat merespons dengan mengambil tindakan balasan.

Amerika Serikat, Kanada, Prancis, dan Jepang adalah di antara sejumlah negara yang sekarang mewajibkan pelancong dari China untuk menunjukkan tes Covid-19 negatif sebelum kedatangan. Kebijakan itu dilakukan karena China menghadapi lonjakan kasus Covid-19 .

"Beberapa negara telah mengambil pembatasan masuk yang hanya menargetkan pelancong China," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning pada pengarahan rutin, Selasa (3/1/2023).

"Ini tidak memiliki dasar ilmiah dan beberapa praktik tidak dapat diterima," tambahnya, memperingatkan bahwa China dapat mengambil tindakan balasan berdasarkan prinsip timbal balik seperti dilansir dari Channel News Asia.

China mengalami peningkatan infeksi yang tajam setelah bertahun-tahun pembatasan ketat nol-COVID tiba-tiba dilonggarkan bulan lalu dengan sedikit peringatan atau persiapan, dan rumah sakit serta krematorium dengan cepat kewalahan.



Pada akhir Desember, Beijing mengatakan para pelancong yang datang tidak lagi diharuskan untuk karantina, membuat banyak orang China bergegas merencanakan perjalanan ke luar negeri yang telah lama ditunggu-tunggu.

Negara-negara mengutip kurangnya transparansi China seputar data infeksi dan risiko munculnya varian baru sebagai alasan untuk membatasi pelancong.

China hanya mencatat 22 kematian akibat Covid-19 sejak Desember, setelah secara dramatis mempersempit kriteria untuk mengklasifikasikan kematian tersebut.

Ketika petugas kesehatan nasional memerangi lonjakan kasus, seorang dokter senior di salah satu rumah sakit terkemuka Shanghai mengatakan 70 persen populasi kota besar itu sekarang mungkin telah terinfeksi Covid-19, seperti lapor media pemerintah setempat.

Wakil Presiden Rumah Sakit Ruijin dan anggota panel penasehat ahli Covid-19 Shanghai, Chen Erzhen, memperkirakan bahwa mayoritas dari 25 juta penduduk kota itu mungkin telah terinfeksi.



"Sekarang penyebaran epidemi di Shanghai sangat luas, dan mungkin telah mencapai 70 persen dari populasi, yang 20 sampai 30 kali lebih banyak dari (pada bulan April dan Mei)," katanya kepada Dajiangdong Studio, milik corong Partai Komunis China, People's Daily.

Pejabat China sekarang bersiap menghadapi gelombang virus yang akan menghantam pedalaman pedesaan negara itu yang kekurangan sumber daya, saat jutaan orang bersiap untuk melakukan perjalanan ke kampung halaman mereka untuk liburan umum Tahun Baru Imlek selama seminggu mulai 21 Januari.

Pejabat Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) Jiao Yahui mengakui bahwa menghadapi lonjakan yang diperkirakan terjadi di daerah pedesaan akan menjadi "tantangan besar".

"Apa yang paling kami khawatirkan adalah dalam tiga tahun terakhir tidak ada yang kembali ke rumah untuk Tahun Baru Imlek tetapi mereka akhirnya bisa tahun ini," kata Jiao kepada stasiun penyiaran CCTV, Senin.

"Akibatnya, mungkin ada gelombang pembalasan penduduk perkotaan ke pedesaan untuk mengunjungi kerabat mereka, jadi kami semakin khawatir dengan epidemi pedesaan," ucapnya.

(ian)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2216 seconds (0.1#10.140)