Satu-satunya di Dunia, Negara Ini Presiden dan Wapres Suami-Istri
loading...
A
A
A
MANAGUA - Nikaragua , nama negara ini. Ia adalah satu-satunya negara di dunia yang presiden dan wakil presiden (wapres)-nya adalah pasangan suami-istri.
Daniel Ortega menjadi presiden, sedangkan istrinya; Rosario Murillo, menjadi wakil presiden. Pasangan itu sudah berusia 70-an tahun, dan tidak menunjukkan keinginan untuk melepaskan cengkeraman kekuasaan mereka.
Pada tahun 2021 lalu, pasangan itu meraih kemenangan dalam pemilu yang dianggap "palsu" oleh Uni Eropa. Barat tidak menyukai pasangan itu karena mereka dianggap melakukan kampanye penganiayaan politik selama berbulan-bulan.
Lebih dari 30 tokoh oposisi, termasuk mantan rekan gerilya dan tujuh calon presiden potensial, telah ditahan dengan tuduhan "merusak kedaulatan".
Ortega, yang dikenal sebagai mantan pemimpin gerilya dengan sebutan "el comandante [komandan]" karena pemerintahan tangan besinya, pertama kali memegang kekuasaan selama 11 tahun setelah revolusi 1979.
Tetapi sejak terpilih kembali pada tahun 2006, dia secara bertahap mengokohkan posisinya dan menghilangkan saingan serius, yang mengarah pada tuduhan menekan perbedaan pendapat.
Sedangkan Murillo, yang digambarkan boros, gemar pada puisi dan seni, tidak kalah pentingnya dengan sang suami. Dia menjadi tangan kanan suaminya, meskipun beberapa pihak percaya wanita ini memegang kekuasaan sejati di negara tersebut.
Dikenal sebagai "Companera Rosario [Kamerad Rosario]", dia telah naik pangkat di partai sejak suaminya terpilih kembali sebagai pemimpin. Keduanya telah berbagi kendali kekuasaan.
"Di sini kami memiliki dua presiden karena kami menghormati prinsip 50:50—dengan kata lain, di sini kami memiliki wakil presiden pada Kamerad Rosario," kata Ortega dalam pidato yang disiarkan televisi setelah kemenangan pemilunya.
Ortega Cerewet dan Kejam
Ortega (75), pertama kali merebut kendali setelah gerilyawan Sandinista menggulingkan dinasti keluarga Somoza yang memegang kekuasaan di Nikaragua dari 1937 hingga 1979. Presiden Nikaragua ini mengeklaim dirinya seorang ateis.
Sekarang, para kritikus menuduhnya otoritarianisme, korupsi, dan kembali mengubah politik Nikaragua menjadi urusan keluarga.
"Pada akhirnya kita memiliki seorang diktator di Ortega, seorang caudillo (orang kuat)...dia tidak mengizinkan kandidat lain di partainya dan sekarang, tampaknya, dia tidak akan mengizinkan seorang presiden di Nikaragua yang bukan dia," kata Fabian Medina, penulis biografi tentang Ortega kepada AFP.
Ortega memimpin junta Sandinista sayap kiri dengan dukungan Kuba dan Uni Soviet setelah revolusi, dan terpilih sebagai presiden pada tahun 1985.
Tapi, dengan ekonomi yang hancur, dia kalah dalam pemilu berikutnya pada tahun 1990.
Dengan oposisi dari partai Front Pembebasan Nasional Sandinista (FSLN), dia menghabiskan 17 tahun berikutnya "memerintah dari bawah"—mengobarkan protes kekerasan dan menegosiasikan reformasi dengan pemerintah sebelum kembali menjadi presiden tahun 2006.
Didukung oleh dana minyak dalam Venezuela, kemudian di bawah sekutu ideologisnya Hugo Chavez, dia memulai program sosial untuk orang miskin, banyak dari mereka terus mendukungnya.
Tapi dia juga berhati-hati untuk membina hubungan dengan keluarga bisnis Nikaragua yang kuat dengan menjanjikan stabilitas.
Pada tahun 2014, partainya di kongres merekayasa amandemen konstitusi yang menghapus batasan masa jabatan presiden, membuka jalan baginya untuk tetap menjadi presiden seumur hidup.
Politik Ortega yang cerdik, dikombinasikan dengan keahliannya dalam menyudutkan lawan dengan kejam, telah memungkinkan dia untuk mempertahankan kendali atas FSLN, tempat dia bergabung pada tahun 1963.
Lahir di desa pertambangan La Libertad, Ortega meninggalkan studi hukumnya untuk bergabung dengan gerilyawan.
Dia menghabiskan tujuh tahun di balik jeruji besi, terkadang disiksa, di tangan rezim Somoza.
Murillo Berapi-api dan Eksentrik
Menjadi Ibu Negara Nikaragua saja tidak pernah cukup bagi Murillo yang ambisius dan kejam.
Dikenal karena pidatonya yang berapi-api yang dicampur dengan referensi alkitabiah dan esoteris, dia mengkhotbahkan "cinta dan rekonsiliasi" sementara pada saat yang sama mencap oposisi sebagai "vampir yang haus darah".
Saat Ortega mundur dari sorotan, "rekan setia" -nya—dengan siapa dia memiliki tujuh anak, salah satunya diadopsi—telah menggantikannya.
Dia seorang pekerja yang nyaris tanpa henti, penyair yang fasih berbahasa Inggris dan Prancis, dan terbiasa mengenakan pakaian warna-warni serta perhiasan yang mengingatkan pada hippie tahun 1960-an, Murillo selalu bertindak di luar batas-batas Ibu Negara secara tradisional.
Peran pemerintah pertamanya adalah sebagai kepala komunikator yang ditunjuk sendiri, memastikan tidak ada menteri lain yang berbicara atau bertindak tanpa izinnya.
Dia memaksakan selera eksentriknya di Ibu Kota Nikaragua; Managua, dengan memerintahkan pembangunan beberapa "pohon kehidupan" logam tinggi yang dicat dengan warna berbeda dan menyala di malam hari.
Murillo bertemu Ortega pada tahun 1977, ketika dia adalah seorang revolusioner melawan kediktatoran Somoza. Mereka segera menjalin hubungan, tetapi tidak menikah. Pasangan ini baru menikah resmipada 2005.
Ketika putri Murillo dari pernikahan sebelumnya, Zoimerica Narvaez, menuduh Ortega pada tahun 1998 telah melakukan pelecehan seksual sejak usia 11 tahun, Murillo memihak suaminya.
Tuduhan itu akhirnya ditolak oleh hakim Sandinista.
Narvaez sekarang tinggal di Kosta Rika, di mana dia berbicara dengan meremehkan ibunya.
"Mereka mempertaruhkan hidup mereka karena mereka tidak dapat bertahan hidup tanpa kekuatan politik," katanya.
"Ortega menemukan pada Murillo apa yang kurang, dan Murillo menemukan pada Ortega kendaraan yang dia butuhkan," kata Fabian Medina dalam bukunya.
Murillo berasal dari keturunan revolusioner karena ibunya adalah keponakan dari pahlawan nasionalis Augusto Cesar Sandino, yang memimpin perlawanan terhadap pendudukan AS di Nikaragua tahun 1927-1933.
Daniel Ortega menjadi presiden, sedangkan istrinya; Rosario Murillo, menjadi wakil presiden. Pasangan itu sudah berusia 70-an tahun, dan tidak menunjukkan keinginan untuk melepaskan cengkeraman kekuasaan mereka.
Pada tahun 2021 lalu, pasangan itu meraih kemenangan dalam pemilu yang dianggap "palsu" oleh Uni Eropa. Barat tidak menyukai pasangan itu karena mereka dianggap melakukan kampanye penganiayaan politik selama berbulan-bulan.
Lebih dari 30 tokoh oposisi, termasuk mantan rekan gerilya dan tujuh calon presiden potensial, telah ditahan dengan tuduhan "merusak kedaulatan".
Ortega, yang dikenal sebagai mantan pemimpin gerilya dengan sebutan "el comandante [komandan]" karena pemerintahan tangan besinya, pertama kali memegang kekuasaan selama 11 tahun setelah revolusi 1979.
Tetapi sejak terpilih kembali pada tahun 2006, dia secara bertahap mengokohkan posisinya dan menghilangkan saingan serius, yang mengarah pada tuduhan menekan perbedaan pendapat.
Sedangkan Murillo, yang digambarkan boros, gemar pada puisi dan seni, tidak kalah pentingnya dengan sang suami. Dia menjadi tangan kanan suaminya, meskipun beberapa pihak percaya wanita ini memegang kekuasaan sejati di negara tersebut.
Dikenal sebagai "Companera Rosario [Kamerad Rosario]", dia telah naik pangkat di partai sejak suaminya terpilih kembali sebagai pemimpin. Keduanya telah berbagi kendali kekuasaan.
"Di sini kami memiliki dua presiden karena kami menghormati prinsip 50:50—dengan kata lain, di sini kami memiliki wakil presiden pada Kamerad Rosario," kata Ortega dalam pidato yang disiarkan televisi setelah kemenangan pemilunya.
Ortega Cerewet dan Kejam
Ortega (75), pertama kali merebut kendali setelah gerilyawan Sandinista menggulingkan dinasti keluarga Somoza yang memegang kekuasaan di Nikaragua dari 1937 hingga 1979. Presiden Nikaragua ini mengeklaim dirinya seorang ateis.
Sekarang, para kritikus menuduhnya otoritarianisme, korupsi, dan kembali mengubah politik Nikaragua menjadi urusan keluarga.
"Pada akhirnya kita memiliki seorang diktator di Ortega, seorang caudillo (orang kuat)...dia tidak mengizinkan kandidat lain di partainya dan sekarang, tampaknya, dia tidak akan mengizinkan seorang presiden di Nikaragua yang bukan dia," kata Fabian Medina, penulis biografi tentang Ortega kepada AFP.
Ortega memimpin junta Sandinista sayap kiri dengan dukungan Kuba dan Uni Soviet setelah revolusi, dan terpilih sebagai presiden pada tahun 1985.
Tapi, dengan ekonomi yang hancur, dia kalah dalam pemilu berikutnya pada tahun 1990.
Dengan oposisi dari partai Front Pembebasan Nasional Sandinista (FSLN), dia menghabiskan 17 tahun berikutnya "memerintah dari bawah"—mengobarkan protes kekerasan dan menegosiasikan reformasi dengan pemerintah sebelum kembali menjadi presiden tahun 2006.
Didukung oleh dana minyak dalam Venezuela, kemudian di bawah sekutu ideologisnya Hugo Chavez, dia memulai program sosial untuk orang miskin, banyak dari mereka terus mendukungnya.
Tapi dia juga berhati-hati untuk membina hubungan dengan keluarga bisnis Nikaragua yang kuat dengan menjanjikan stabilitas.
Pada tahun 2014, partainya di kongres merekayasa amandemen konstitusi yang menghapus batasan masa jabatan presiden, membuka jalan baginya untuk tetap menjadi presiden seumur hidup.
Politik Ortega yang cerdik, dikombinasikan dengan keahliannya dalam menyudutkan lawan dengan kejam, telah memungkinkan dia untuk mempertahankan kendali atas FSLN, tempat dia bergabung pada tahun 1963.
Lahir di desa pertambangan La Libertad, Ortega meninggalkan studi hukumnya untuk bergabung dengan gerilyawan.
Dia menghabiskan tujuh tahun di balik jeruji besi, terkadang disiksa, di tangan rezim Somoza.
Murillo Berapi-api dan Eksentrik
Menjadi Ibu Negara Nikaragua saja tidak pernah cukup bagi Murillo yang ambisius dan kejam.
Dikenal karena pidatonya yang berapi-api yang dicampur dengan referensi alkitabiah dan esoteris, dia mengkhotbahkan "cinta dan rekonsiliasi" sementara pada saat yang sama mencap oposisi sebagai "vampir yang haus darah".
Saat Ortega mundur dari sorotan, "rekan setia" -nya—dengan siapa dia memiliki tujuh anak, salah satunya diadopsi—telah menggantikannya.
Dia seorang pekerja yang nyaris tanpa henti, penyair yang fasih berbahasa Inggris dan Prancis, dan terbiasa mengenakan pakaian warna-warni serta perhiasan yang mengingatkan pada hippie tahun 1960-an, Murillo selalu bertindak di luar batas-batas Ibu Negara secara tradisional.
Peran pemerintah pertamanya adalah sebagai kepala komunikator yang ditunjuk sendiri, memastikan tidak ada menteri lain yang berbicara atau bertindak tanpa izinnya.
Dia memaksakan selera eksentriknya di Ibu Kota Nikaragua; Managua, dengan memerintahkan pembangunan beberapa "pohon kehidupan" logam tinggi yang dicat dengan warna berbeda dan menyala di malam hari.
Murillo bertemu Ortega pada tahun 1977, ketika dia adalah seorang revolusioner melawan kediktatoran Somoza. Mereka segera menjalin hubungan, tetapi tidak menikah. Pasangan ini baru menikah resmipada 2005.
Ketika putri Murillo dari pernikahan sebelumnya, Zoimerica Narvaez, menuduh Ortega pada tahun 1998 telah melakukan pelecehan seksual sejak usia 11 tahun, Murillo memihak suaminya.
Tuduhan itu akhirnya ditolak oleh hakim Sandinista.
Narvaez sekarang tinggal di Kosta Rika, di mana dia berbicara dengan meremehkan ibunya.
"Mereka mempertaruhkan hidup mereka karena mereka tidak dapat bertahan hidup tanpa kekuatan politik," katanya.
"Ortega menemukan pada Murillo apa yang kurang, dan Murillo menemukan pada Ortega kendaraan yang dia butuhkan," kata Fabian Medina dalam bukunya.
Murillo berasal dari keturunan revolusioner karena ibunya adalah keponakan dari pahlawan nasionalis Augusto Cesar Sandino, yang memimpin perlawanan terhadap pendudukan AS di Nikaragua tahun 1927-1933.
(min)