Ancaman China Meningkat, Taiwan Perpanjang Masa Wajib Militer 3 Kali Lipat
loading...
A
A
A
Ketegangan antara Taiwan dan China daratan melonjak secara dramatis pada Agustus setelah Nancy Pelosi, pejabat paling senior ketiga di AS, memimpin delegasi ke pulau itu.
China telah berulang kali mengecam upaya asing terlibat secara diplomatis dengan Taipei yang melanggar kebijakan Satu-China.
Beijing menanggapinya dengan serangkaian latihan militer berskala besar di sekitar pulau tersebut.
Dalam pidatonya di Kongres ke-20 Partai Komunis China pada bulan Oktober, Presiden China Xi Jinping menekankan Beijing berkomitmen untuk reunifikasi damai Taiwan dengan daratan di bawah model “Satu Negara, Dua Sistem”.
Meski demikian, Xi menegaskan kembali bahwa Beijing “tidak akan pernah berkompromi meninggalkan penggunaan kekuatan” dalam menghadapi ancaman yang ditimbulkan pasukan asing dan separatis Taiwan.
Ketegangan antara Beijing dan Taipei telah meningkat selama masa kepresidenan Biden di tengah janji berulang kali presiden AS untuk memutuskan kebijakan "ambiguitas strategis" Washington yang telah lama dipegang demi "membela" Taiwan.
Situasi tegang mereda selama sebulan terakhir setelah oposisi Taiwan, Partai Kuomintang yang nasionalis mengalahkan Progresif Demokratis pimpinan Tsai dalam pemilihan lokal.
Kemenangan oposisi kemungkinan akan menjadi jalan untuk pergantian kekuasaan dalam pemilihan presiden 2024. Presiden Tsai mengundurkan diri sebagai ketua partai setelah penampilan buruk partainya dalam pemilu lokal.
Partai Kuomintang adalah penerus pasukan nasionalis Kuomintang yang dipimpin Chiang Kai-shek, yang melarikan diri ke Taiwan pada tahun 1949 setelah dikalahkan komunis dalam Perang Saudara China.
Partai itu secara historis memiliki hubungan yang jauh lebih baik dengan China daratan daripada Progresif Demokratis.
China telah berulang kali mengecam upaya asing terlibat secara diplomatis dengan Taipei yang melanggar kebijakan Satu-China.
Beijing menanggapinya dengan serangkaian latihan militer berskala besar di sekitar pulau tersebut.
Dalam pidatonya di Kongres ke-20 Partai Komunis China pada bulan Oktober, Presiden China Xi Jinping menekankan Beijing berkomitmen untuk reunifikasi damai Taiwan dengan daratan di bawah model “Satu Negara, Dua Sistem”.
Meski demikian, Xi menegaskan kembali bahwa Beijing “tidak akan pernah berkompromi meninggalkan penggunaan kekuatan” dalam menghadapi ancaman yang ditimbulkan pasukan asing dan separatis Taiwan.
Ketegangan antara Beijing dan Taipei telah meningkat selama masa kepresidenan Biden di tengah janji berulang kali presiden AS untuk memutuskan kebijakan "ambiguitas strategis" Washington yang telah lama dipegang demi "membela" Taiwan.
Situasi tegang mereda selama sebulan terakhir setelah oposisi Taiwan, Partai Kuomintang yang nasionalis mengalahkan Progresif Demokratis pimpinan Tsai dalam pemilihan lokal.
Kemenangan oposisi kemungkinan akan menjadi jalan untuk pergantian kekuasaan dalam pemilihan presiden 2024. Presiden Tsai mengundurkan diri sebagai ketua partai setelah penampilan buruk partainya dalam pemilu lokal.
Partai Kuomintang adalah penerus pasukan nasionalis Kuomintang yang dipimpin Chiang Kai-shek, yang melarikan diri ke Taiwan pada tahun 1949 setelah dikalahkan komunis dalam Perang Saudara China.
Partai itu secara historis memiliki hubungan yang jauh lebih baik dengan China daratan daripada Progresif Demokratis.