Kecolongan Drone Korea Utara, Militer Korea Selatan Minta Maaf
loading...
A
A
A
SEOUL - Militer Korea Selatan (Korsel) meminta maaf karena gagal menembak jatuh drone Korea Utara (Korut) yang melintasi perbatasan untuk pertama kalinya dalam lima tahun.
Militer Korsel sempat mengerahkan pesawat dan helikopter tempur pada awal pekan ini, tetapi mereka gagal menembak jatuh drone Korut yang terbang pulang atau menghilang dari radar.
Ini menimbulkan pertanyaan serius tentang jaringan pertahanan udara Korea Selatan pada saat ketegangan tetap tinggi selama uji coba rudal Korea Utara tahun ini.
Pada hari Selasa, militer Korsel kembali meluncurkan jet tempur dan helikopter serang setelah melihat jalur penerbangan yang mencurigakan di area garis depan. Kantor distrik setempat bahwkan sempat mengirim pesan teks darurat yang memberi tahu penduduk tentang gelombang baru drone Korut. Tetapi militer kemudian mengatakan itu adalah sekawanan burung.
"Militer merasa menyesal karena gagal menembak jatuh drone Korea Utara dan menyebabkan kekhawatiran publik yang besar," kata Kepala Direktur Operasi di Kepala Staf Gabungan Korsel, Letnan Jenderal Kang Shin Chul, dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi seperti dikutip dari AP, Rabu (28/12/2022).
Kang mengakui Korsel tidak memiliki kapasitas untuk mendeteksi dan menyerang drone pengintai kecil dengan lebar sayap kurang dari 3 meter (9,8 kaki) meskipun memiliki aset untuk mendeteksi dan menjatuhkan drone tempur yang lebih besar.
Kang mengatakan Korsel akan membentuk unit drone dengan berbagai kapasitas dan secara agresif mengerahkan aset militer untuk menembak jatuh drone musuh.
Ini adalah pertama kalinya pesawat tak berawak atau drone Korut memasuki wilayah udara Korsel sejak 2017. Penerbangan pesawat tak berawak itu terjadi tiga hari setelah Korsel mengatakan Korut meluncurkan dua rudal balistik jarak pendek, memperpanjang rekor aktivitas pengujiannya tahun ini.
Korut kerap menggembar-gemborkan program pesawat tak berawaknya, dan pejabat Korsel sebelumnya mengatakan Pyongyang memiliki sekitar 300 pesawat tak berawak.
Mempunyai drone canggih adalah salah satu di antara sistem senjata modern yang telah dijanjikan oleh pemimpin Korut Kim Jong-un, bersama dengan multi-hulu ledak, rudal nuklir yang diluncurkan di bawah air, dan satelit mata-mata.
Usai insiden ini, Presiden Korsel Yoon Suk-yeol menyerukan pertahanan udara yang lebih kuat dan drone siluman berteknologi tinggi.
“Kami memiliki rencana untuk membuat unit drone militer yang bertugas memantau fasilitas militer utama di Korea Utara. Tapi kami akan memajukan pembentukan unit drone sesegera mungkin karena insiden kemarin,” kata Yoon dalam pertemuan rutin Dewan Kabinet.
“Kami juga akan memperkenalkan drone siluman canggih dan meningkatkan kemampuan pengawasan kami,” imbuhnya.
Dia mengatakan bahwa militer Korsel membutuhkan kesiapan dan latihan yang lebih intensif untuk mengatasi ancaman yang ditimbulkan oleh drone Korut.
Militer Korsel sempat mengerahkan pesawat dan helikopter tempur pada awal pekan ini, tetapi mereka gagal menembak jatuh drone Korut yang terbang pulang atau menghilang dari radar.
Ini menimbulkan pertanyaan serius tentang jaringan pertahanan udara Korea Selatan pada saat ketegangan tetap tinggi selama uji coba rudal Korea Utara tahun ini.
Pada hari Selasa, militer Korsel kembali meluncurkan jet tempur dan helikopter serang setelah melihat jalur penerbangan yang mencurigakan di area garis depan. Kantor distrik setempat bahwkan sempat mengirim pesan teks darurat yang memberi tahu penduduk tentang gelombang baru drone Korut. Tetapi militer kemudian mengatakan itu adalah sekawanan burung.
"Militer merasa menyesal karena gagal menembak jatuh drone Korea Utara dan menyebabkan kekhawatiran publik yang besar," kata Kepala Direktur Operasi di Kepala Staf Gabungan Korsel, Letnan Jenderal Kang Shin Chul, dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi seperti dikutip dari AP, Rabu (28/12/2022).
Kang mengakui Korsel tidak memiliki kapasitas untuk mendeteksi dan menyerang drone pengintai kecil dengan lebar sayap kurang dari 3 meter (9,8 kaki) meskipun memiliki aset untuk mendeteksi dan menjatuhkan drone tempur yang lebih besar.
Kang mengatakan Korsel akan membentuk unit drone dengan berbagai kapasitas dan secara agresif mengerahkan aset militer untuk menembak jatuh drone musuh.
Ini adalah pertama kalinya pesawat tak berawak atau drone Korut memasuki wilayah udara Korsel sejak 2017. Penerbangan pesawat tak berawak itu terjadi tiga hari setelah Korsel mengatakan Korut meluncurkan dua rudal balistik jarak pendek, memperpanjang rekor aktivitas pengujiannya tahun ini.
Korut kerap menggembar-gemborkan program pesawat tak berawaknya, dan pejabat Korsel sebelumnya mengatakan Pyongyang memiliki sekitar 300 pesawat tak berawak.
Mempunyai drone canggih adalah salah satu di antara sistem senjata modern yang telah dijanjikan oleh pemimpin Korut Kim Jong-un, bersama dengan multi-hulu ledak, rudal nuklir yang diluncurkan di bawah air, dan satelit mata-mata.
Usai insiden ini, Presiden Korsel Yoon Suk-yeol menyerukan pertahanan udara yang lebih kuat dan drone siluman berteknologi tinggi.
“Kami memiliki rencana untuk membuat unit drone militer yang bertugas memantau fasilitas militer utama di Korea Utara. Tapi kami akan memajukan pembentukan unit drone sesegera mungkin karena insiden kemarin,” kata Yoon dalam pertemuan rutin Dewan Kabinet.
“Kami juga akan memperkenalkan drone siluman canggih dan meningkatkan kemampuan pengawasan kami,” imbuhnya.
Dia mengatakan bahwa militer Korsel membutuhkan kesiapan dan latihan yang lebih intensif untuk mengatasi ancaman yang ditimbulkan oleh drone Korut.
(ian)