Aksi Vandalisme Hancurkan Lukisan Gua Berusia 30 Ribu Tahun
loading...
A
A
A
CANBERRA - Aksi vandalisme telah menghancurkan karya seni sakral di Australia Selatan yang diperkirakan berusia sekitar 30.000 tahun.
Seni Dataran Nullarbor, yang desainnya diukir dengan kapur di dinding Gua Koonalda, memiliki makna khusus bagi orang Aborigin Mirning di kawasan itu.
Para pengacau diperkirakan telah menggali di bawah gerbang baja sebelum mencoret-coret "jangan lihat sekarang, tapi ini adalah gua kematian" di dinding.
Pihak berwenang kini sedang menyelidiki aksi tersebut.
"Terus terang ini mengejutkan," kata Jaksa Agung Australia Selatan dan Menteri Urusan Aborigin, Kyam Maher, kepada Radio ABC yang dikutip dari BBC, Kamis (22/12/2022).
"Gua-gua ini adalah beberapa bukti paling awal pendudukan Aborigin di bagian negara itu," imbuhnya.
Tetua Aborigin Mirning, Bunna Lawrie, mengatakan kepada BBC bahwa dia pertama kali mendengar tentang vandalisme yang menghancurkan seni kuno itu dari media. Ia menyatak itu adalah contoh lain dari "penghormatan terus-menerus" yang dialami rakyatnya.
"Itu pelecehan terhadap negara kita dan pelecehan terhadap sejarah kami," katanya.
"Apa yang hilang sudah hilang dan kami tidak akan pernah mendapatkannya kembali," imbuhnya.
Seni Dataran Nullarbor, yang desainnya diukir dengan kapur di dinding Gua Koonalda, memiliki makna khusus bagi orang Aborigin Mirning di kawasan itu.
Para pengacau diperkirakan telah menggali di bawah gerbang baja sebelum mencoret-coret "jangan lihat sekarang, tapi ini adalah gua kematian" di dinding.
Pihak berwenang kini sedang menyelidiki aksi tersebut.
"Terus terang ini mengejutkan," kata Jaksa Agung Australia Selatan dan Menteri Urusan Aborigin, Kyam Maher, kepada Radio ABC yang dikutip dari BBC, Kamis (22/12/2022).
"Gua-gua ini adalah beberapa bukti paling awal pendudukan Aborigin di bagian negara itu," imbuhnya.
Tetua Aborigin Mirning, Bunna Lawrie, mengatakan kepada BBC bahwa dia pertama kali mendengar tentang vandalisme yang menghancurkan seni kuno itu dari media. Ia menyatak itu adalah contoh lain dari "penghormatan terus-menerus" yang dialami rakyatnya.
"Itu pelecehan terhadap negara kita dan pelecehan terhadap sejarah kami," katanya.
"Apa yang hilang sudah hilang dan kami tidak akan pernah mendapatkannya kembali," imbuhnya.