Aksi Protes Landa Peru, Ratusan Turis Terjebak di Machu Picchu
loading...
A
A
A
LIMA - Ratusan turis terjebak di kota kuno Machu Picchu saat aksi protes pecah di Peru . Peru telah memberlakukan keadaan darurat setelah akibat dari aksi protes dengan kekerasan menyusul penangkapan dramatis presidenterguling Pedro Castilo.
Jalur kereta api yang menjadi satu-satunya jalan masuk dan keluar dari situs Warisan Dunia itu telah diblokir oleh pengunjuk rasa, menyebabkan sekitar 800 turis terjebak di dalam selama dua hari.
Jalur kereta api antara Machu Picchu dan kota Cuzco, satu-satunya jalan keluar kota, telah ditangguhkan sejak Selasa, setelah pengunjuk rasa mencoba menguasai bandara Cuzco.
Wali Kota Machu Picchu menyerukan dukungan dari pemerintah pusat, dan juga berusaha mendapatkan helikopter untuk membawa turis ke luar kota.
Para turis berada di kota modern Machu Picchu di kaki gunung, dengan persediaan makanan dan air yang menipis.
"Hotel kami memberi tahu kami bahwa mereka akan mengurangi persediaan makanan dan hanya menawarkan telur serta kopi sampai persediaan datang ke kota karena pasar semakin menipis," ujar Diane Thao, seorang turis Amerika di kota tempat kereta ke Machu Picchu tiba, seperti dikutip LBC dari The Telegraph, Jumat (16/12/2022).
Turis lain mengatakan mengaku khawatir karena dia berada di kota bersama anak-anaknya, dan dia peduli dengan keselamatan mereka.
Aksi demonstrasi dimulai setelah presiden sayap kiri Pedro Castillo berusaha membubarkan parlemen dan memerintah dengan keputusan.
Dia dimakzulkan dan dituduh melakukan pemberontakan serta konspirasi, tuduhan yang membawa hukuman penjara hingga sepuluh tahun.
Namun hal itu membuat marah para pendukungnya, banyak di antaranya berasal dari masyarakat adat Peru, yang memilih Castillo tahun lalu dengan mayoritas sangat kecil, dalam pemilihan yang dipandang sebagai penolakan terhadap elite politik tradisional negara itu.
Aksi protes dan bentrokan berikutnya dengan pasukan keamanan telah menyebabkan tujuh orang tewas dan 200 orang terluka.
Mantan presiden Castillo awalnya ditangkap dan ditahan selama tujuh hari, tetapi jaksa penuntut meminta dia ditahan selama 18 bulan sebelum diadili.
Para pengunjuk rasa menuntut agar Castillo dibebaskan dan presiden baru Dina Boluarte mengundurkan diri. Boluarte mengatakan dia akan memajukan pemilu yang direncanakan pada Juli 2026 menjadi Desember 2023.
Ini bukan satu-satunya peristiwa saat wisatawan terkena dampak krisis politik di Peru dalam beberapa bulan terakhir.
Sebelumnya sekitar 70 orang ditahan di atas kapal pada awal November oleh anggota orang-orang Cuninico yang memprotes tumpahan minyak.
Jalur kereta api yang menjadi satu-satunya jalan masuk dan keluar dari situs Warisan Dunia itu telah diblokir oleh pengunjuk rasa, menyebabkan sekitar 800 turis terjebak di dalam selama dua hari.
Jalur kereta api antara Machu Picchu dan kota Cuzco, satu-satunya jalan keluar kota, telah ditangguhkan sejak Selasa, setelah pengunjuk rasa mencoba menguasai bandara Cuzco.
Wali Kota Machu Picchu menyerukan dukungan dari pemerintah pusat, dan juga berusaha mendapatkan helikopter untuk membawa turis ke luar kota.
Para turis berada di kota modern Machu Picchu di kaki gunung, dengan persediaan makanan dan air yang menipis.
"Hotel kami memberi tahu kami bahwa mereka akan mengurangi persediaan makanan dan hanya menawarkan telur serta kopi sampai persediaan datang ke kota karena pasar semakin menipis," ujar Diane Thao, seorang turis Amerika di kota tempat kereta ke Machu Picchu tiba, seperti dikutip LBC dari The Telegraph, Jumat (16/12/2022).
Turis lain mengatakan mengaku khawatir karena dia berada di kota bersama anak-anaknya, dan dia peduli dengan keselamatan mereka.
Aksi demonstrasi dimulai setelah presiden sayap kiri Pedro Castillo berusaha membubarkan parlemen dan memerintah dengan keputusan.
Dia dimakzulkan dan dituduh melakukan pemberontakan serta konspirasi, tuduhan yang membawa hukuman penjara hingga sepuluh tahun.
Namun hal itu membuat marah para pendukungnya, banyak di antaranya berasal dari masyarakat adat Peru, yang memilih Castillo tahun lalu dengan mayoritas sangat kecil, dalam pemilihan yang dipandang sebagai penolakan terhadap elite politik tradisional negara itu.
Aksi protes dan bentrokan berikutnya dengan pasukan keamanan telah menyebabkan tujuh orang tewas dan 200 orang terluka.
Mantan presiden Castillo awalnya ditangkap dan ditahan selama tujuh hari, tetapi jaksa penuntut meminta dia ditahan selama 18 bulan sebelum diadili.
Para pengunjuk rasa menuntut agar Castillo dibebaskan dan presiden baru Dina Boluarte mengundurkan diri. Boluarte mengatakan dia akan memajukan pemilu yang direncanakan pada Juli 2026 menjadi Desember 2023.
Ini bukan satu-satunya peristiwa saat wisatawan terkena dampak krisis politik di Peru dalam beberapa bulan terakhir.
Sebelumnya sekitar 70 orang ditahan di atas kapal pada awal November oleh anggota orang-orang Cuninico yang memprotes tumpahan minyak.
(ian)