Ingin Liburan Keluar Negeri Tahun Depan? Hindari Tempat-tempat Ini

Jum'at, 02 Desember 2022 - 00:40 WIB
loading...
Ingin Liburan Keluar Negeri Tahun Depan? Hindari Tempat-tempat Ini
Sejumlah negara masuk dalam kategori destinasi paling berbahaya tahun 2023. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Jika Anda ingin mengajak keluarga untuk berlibur keluar negeri pada tahun depan, maka anda harus pintar-pintar menentukan destinasinya. Pasalnya,sejumlah negara masuk dalam tujuan paling berbahaya di dunia pada tahun 2023.

Perusahaan manajemen risiko perjalanan internasional SOS belum lama ini merilis apa yang disebut sebagai Peta Risiko Perjalanan tahunan. Ini untuk membantu orang-orang dan pebisnis untuk mengetahui tempat yang aman untuk dijadikan destinasi berlibur.

Dengan menggunakan pendekatan berbasis data, maka menurut peta tersebut, pelancong sudah sepatutnya menghindari Afghanistan, Mali, Suriah, Irak, dan Ukraina karena masuk dalam kategori paling berbahaya untuk dikunjungi.

"Indeks memperhitungkan tingkat keamanan negara berdasarkan ancaman yang ditimbulkan kepada karyawan oleh kekerasan politik (termasuk terorisme, pemberontakan, kerusuhan bermotif politik, dan perang); kerusuhan sosial (seperti kekerasan sektarian, komunal dan etnis); dan kejahatan kekerasan dan kecil, di antara faktor-faktor lain," menurut situs agensi itu seperti dilansir dari New York Post, Jumat (2/12/2022).



Menurut situs tersebut, negara-negara yang paling "berisiko ekstrem" untuk tahun 2023 dalam hal keamanan termasuk Afghanistan, Suriah, Somalia, Mali, Irak, dan Ukraina. Negara-negara ini menjadi sasaran kontrol dan hukum pemerintah minimal atau tidak ada di wilayah yang luas, serta ancaman serius serangan kekerasan oleh kelompok bersenjata yang menargetkan pelancong dan penerima tugas internasional.

Sementara itu, negara-negara "berisiko rendah" termasuk Amerika Serikat (AS), Kanada, China, Australia, dan sebagian besar Eropa, sementara negara-negara Skandinavia merupakan negara berisiko "tidak signifikan" dengan jumlah tertinggi — sebutan teraman.

Perusahaan itu juga menilai keamanan medis negara terkait dengan perjalanan bisnis, menilai negara dalam segala hal mulai dari perawatan kesehatan Covid-19 hingga standar penyakit menular layanan medis darurat dan akses ke pasokan farmasi berkualitas.

Mencatat "risiko rendah" dalam kategori medis adalah AS, Kanada, Australia, Selandia Baru, dan sebagian besar Eropa Barat. Sementara itu, negara-negara yang “berisiko sangat tinggi” antara lain Mali, Niger, Libya, Suriah, Afghanistan, Korea Utara, Somalia, dan Haiti.

Untuk pertama kalinya sejak pembuatan peta pada tahun 2015, SOS Internasional mempertimbangkan kesehatan mental negara berdasarkan penelitian dari Global Burden of Disease Study. Indeks menghitung kecemasan, depresi, gangguan makan dan skizofrenia sebagai gangguan kesehatan mental.



Menariknya, banyak negara yang mendapat skor baik dalam kategori keselamatan dan keamanan medis mendapat peringkat buruk dalam hal kesehatan mental dan sebaliknya.

Menurut indeks, antara 15% dan 17,5% orang pernah mengalami masalah kesehatan mental di Eropa Barat dan sebagian besar Skandinavia. Sementara itu, negara-negara macam Greenland, Spanyol, Australia, dan Selandia Baru mengalami kesehatan mental antara 17,5% hingga 20% yang menjadi jumlah tertinggi.

Iran juga mendapat skor buruk dalam kategori kesehatan mental, yang oleh para ahli dikaitkan dengan undang-undang moralitas negara yang ketat.

“Dengan meningkatnya risiko perjalanan dan kesehatan di banyak wilayah, penting bagi organisasi untuk juga fokus pada mitigasi dampak berkelanjutan dari masalah kesehatan mental,” kata Dr. Irene Lai, direktur medis di International SOS, dalam sebuah pernyataan.

“Meskipun masalah medis akut lainnya yang mungkin berdampak signifikan sering muncul, masalah kesehatan mental tetap menjadi latar belakang dan tidak dapat diabaikan,” tukasnya.

(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1424 seconds (0.1#10.140)