Salah Tuduh Rudal Rusia Hantam Polandia, Wartawan AP Dipecat

Selasa, 22 November 2022 - 18:42 WIB
loading...
Salah Tuduh Rudal Rusia...
Kantor berita AP memecat wartawannya yang salah membuat berita dengan menyebut rudal Rusia yang menghantam Polandia. Foto/REUTERS
A A A
WASHINGTON - Kantor berita Associated Press (AP) telah memecat jurnalis yang melaporkan bahwa rudal yang menghantam Polandia (negara NATO) pekan lalu diluncurkan oleh Rusia . NATO mengklarifikasi bahwa misil itu ditembakkan oleh sistem pertahanan udara Ukraina yang merespons serangan besar-besaran Moskow.

Kantor berita yang berbasis di Amerika Serikat itu telah memutuskan kontraknya dengan wartawan investigasi James LaPorta setelah penyelidikan internal singkat diungkap The Daily Beast.

Pemecatan itu kemudian dikonfirmasi ke Washington Post oleh orang-orang di kantor berita AP.

Selasa lalu, AP menerbitkan berita yang mengeklaim mengutip seorang pejabat intelijen senior AS, yang menyebutkan bahwa rudal Rusia menyeberang ke Polandia dan menewaskan dua orang.



Peristiwa semacam itu akan menjadi eskalasi besar dalam konflik di Ukraina, mengingat bahwa serangan terhadap satu anggota NATO seharusnya memicu respons dari seluruh blok militer pimpinan AS tersebut sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 5 Piagam NATO.

Laporan awal AP itu dengan cepat dikutip oleh banyak media lain dan menjadi berita utama internasional. Namun, AP kemudian mencabut laporan yang bisa memicu Perang Dunia III tersebut.

Rusia membantah melakukan serangan di dekat perbatasan Ukraina-Polandia pada saat insiden rudal menghantam desa Przewodow. Sementara itu, pejabat dari Polandia, AS dan Uni Eropa segera mengatakan hanya ada satu rudal yang terlibat dan kemungkinan besar ditembakkan oleh Ukraina.

AP kemudian mencabut laporan yang ditulis oleh LaPorta dan menerbitkan catatan editor yang mengakui bahwa satu sumber yang digunakan dalam laporan itu salah. "Bahwa pelaporan selanjutnya menunjukkan bahwa rudal itu buatan Rusia dan kemungkinan besar ditembakkan oleh Ukraina untuk bertahan melawan serangan Rusia," bunyi catatan editor.

Menurut kebijakan kantor berita tersebut, sebuah laporan membutuhkan setidaknya dua sumber untuk diterbitkan, dengan satu sumber hanya diperbolehkan jika itu adalah sosok otoritatif yang memberikan informasi dengan sangat rinci sehingga keakuratannya tidak diragukan lagi.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1569 seconds (0.1#10.140)