NYT Akui Keaslian Video Tawanan Perang Rusia Dieksekusi Tentara Ukraina
loading...
A
A
A
NEW YORK - New York Times (NYT) mengkonfirmasi keaslian video yang beredar secara online yang menunjukkan lebih dari 10 Tahanan Perang Rusia (PoW) yang dieksekusi tentara Ukraina.
Video itu difilmkan di desa Makeevka saat wilayah itu direbut kembali oleh pasukan Ukraina.
Dengan membandingkan video tersebut dengan citra satelit, The Times mengonfirmasi video tersebut telah direkam di satu rumah pertanian di desa tersebut.
Beberapa video tersebut merupakan bagian dari rangkaian empat video drone yang diedarkan pada 12 November oleh saluran Telegram pro-Ukraina yang melaporkan perebutan kembali Makeevka.
The Times memverifikasi video udara lainnya baru-baru ini juga direkam di desa tersebut, menurut surat kabar itu pada Minggu (20/11/2022).
Ditekankan dalam laporan itu bahwa dalam video tentara Rusia terlihat terbaring mati, diposisikan seperti saat mereka menyerah.
"Sepertinya kebanyakan dari mereka ditembak di kepala," ujar Dr Rohini Haar, penasihat medis di Physicians for Human Rights, kepada surat kabar tersebut.
Dia menambahkan, "Ada genangan darah. Itu menunjukkan bahwa mereka dibiarkan mati begitu saja. Di sana tampaknya tidak ada upaya mengambil atau membantu mereka."
Video itu difilmkan di desa Makeevka saat wilayah itu direbut kembali oleh pasukan Ukraina.
Dengan membandingkan video tersebut dengan citra satelit, The Times mengonfirmasi video tersebut telah direkam di satu rumah pertanian di desa tersebut.
Beberapa video tersebut merupakan bagian dari rangkaian empat video drone yang diedarkan pada 12 November oleh saluran Telegram pro-Ukraina yang melaporkan perebutan kembali Makeevka.
The Times memverifikasi video udara lainnya baru-baru ini juga direkam di desa tersebut, menurut surat kabar itu pada Minggu (20/11/2022).
Ditekankan dalam laporan itu bahwa dalam video tentara Rusia terlihat terbaring mati, diposisikan seperti saat mereka menyerah.
"Sepertinya kebanyakan dari mereka ditembak di kepala," ujar Dr Rohini Haar, penasihat medis di Physicians for Human Rights, kepada surat kabar tersebut.
Dia menambahkan, "Ada genangan darah. Itu menunjukkan bahwa mereka dibiarkan mati begitu saja. Di sana tampaknya tidak ada upaya mengambil atau membantu mereka."