Taliban Larang Wanita Afghanistan Masuk Taman Hiburan di Kabul
loading...
A
A
A
KABUL - Taliban telah melarang perempuan Afghanistan memasuki taman umum dan pasar malam ibu kota. Larangan ini dikeluarkan hanya beberapa bulan setelah memerintahkan pemisahan akses berdasarkan jenis kelamin.
Aturan baru, yang diperkenalkan minggu ini, semakin menekan perempuan Afghanistan keluar dari ruang publik yang semakin menyusut. Sebelumnya mereka dilarang bepergian tanpa pendamping laki-laki dan dipaksa mengenakan jilbab atau burqa setiap kali keluar rumah.
Sekolah untuk gadis remaja juga telah ditutup selama lebih dari setahun di sebagian besar wilayah negara itu.
"Selama 15 bulan terakhir, kami mencoba yang terbaik untuk mengatur dan menyelesaikannya - dan bahkan menentukan hari-harinya," ujar juru bicara Kementerian Pencegahan Kejahatan dan Promosi Kebajikan, Mohammad Akif Sadeq Mohajir.
"Tapi tetap saja, di beberapa tempat -- pada kenyataannya, kita harus mengatakan di banyak tempat -- aturan itu dilanggar," katanya kepada AFP Rabu malam.
"Ada percampuran (laki-laki dan perempuan), hijab tidak diperhatikan, makanya diambil keputusan untuk saat ini," imbuhnya seperti dikutip dari France 24, Kamis (10/11/2022).
Berita itu disambut dengan kekecewaan oleh perempuan dan operator taman yang banyak berinvestasi dalam mengembangkan fasilitas.
"Tidak ada sekolah, tidak ada pekerjaan...setidaknya kita harus memiliki tempat untuk bersenang-senang," kata seorang ibu, yang meminta untuk diidentifikasi hanya sebagai Wahida, ketika dia melihat anak-anaknya bermain di taman melalui jendela sebuah restoran.
"Kami hanya bosan dan muak berada di rumah sepanjang hari, pikiran kami lelah," katanya kepada AFP.
Aturan baru, yang diperkenalkan minggu ini, semakin menekan perempuan Afghanistan keluar dari ruang publik yang semakin menyusut. Sebelumnya mereka dilarang bepergian tanpa pendamping laki-laki dan dipaksa mengenakan jilbab atau burqa setiap kali keluar rumah.
Sekolah untuk gadis remaja juga telah ditutup selama lebih dari setahun di sebagian besar wilayah negara itu.
"Selama 15 bulan terakhir, kami mencoba yang terbaik untuk mengatur dan menyelesaikannya - dan bahkan menentukan hari-harinya," ujar juru bicara Kementerian Pencegahan Kejahatan dan Promosi Kebajikan, Mohammad Akif Sadeq Mohajir.
"Tapi tetap saja, di beberapa tempat -- pada kenyataannya, kita harus mengatakan di banyak tempat -- aturan itu dilanggar," katanya kepada AFP Rabu malam.
"Ada percampuran (laki-laki dan perempuan), hijab tidak diperhatikan, makanya diambil keputusan untuk saat ini," imbuhnya seperti dikutip dari France 24, Kamis (10/11/2022).
Berita itu disambut dengan kekecewaan oleh perempuan dan operator taman yang banyak berinvestasi dalam mengembangkan fasilitas.
"Tidak ada sekolah, tidak ada pekerjaan...setidaknya kita harus memiliki tempat untuk bersenang-senang," kata seorang ibu, yang meminta untuk diidentifikasi hanya sebagai Wahida, ketika dia melihat anak-anaknya bermain di taman melalui jendela sebuah restoran.
"Kami hanya bosan dan muak berada di rumah sepanjang hari, pikiran kami lelah," katanya kepada AFP.