Rusia Tangguhkan Kesepakatan Gandum dengan Ukraina

Minggu, 30 Oktober 2022 - 11:21 WIB
loading...
Rusia Tangguhkan Kesepakatan Gandum dengan Ukraina
Rusia tangguhkan kesepakatan gandum dengan Ukraina. Foto/Ilustrasi/Sindonews
A A A
MOSKOW - Rusia akan segera menangguhkan pelaksanaan kesepakatan biji-bijian yang ditengah oleh PBB. Itu dilakukan setelah Ukraina menyerang kapal-kapal perang Rusia.

Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan dugaan serangan pesawat tak berawak (drone) Ukraina pada Sabtu terhadap kapal-kapal perang Armada Laut Hitam yang ditambatkan di lepas pantai Crimea.

Kementerian Luar Negeri Rusia menuduh spesialis asal Inggris terlibat dalam serangan itu.

"Sehubungan dengan tindakan angkatan bersenjata Ukraina yang dipimpin oleh spesialis Inggris, diarahkan, antara lain, terhadap kapal Rusia yang memastikan berfungsinya koridor kemanusiaan yang bersangkutan (yang tidak dapat dikualifikasikan selain sebagai serangan teroris), pihak Rusia tidak dapat menjamin keselamatan kapal kargo gandum sipil yang berpartisipasi dalam inisiatif Laut Hitam, dan menangguhkan implementasinya mulai hari ini untuk jangka waktu yang tidak ditentukan," bunyi pernyataan yang dikeluarkan Rusia seperti dilansir dari AP, Minggu (30/10/2022).

Rusia juga meminta Dewan Keamanan PBB menggelar pertemuan pada Senin pekan depan atas dugaan serangan terhadap Armada Laut Hitam dan keamanan koridor gandum. Hal itu disampaikan Dmitry Polyansky, wakil wakil pertama Rusia untuk PBB.



Menteri Pertanian Rusia mengatakan Moskow siap untuk menggantikan gandum Ukraina sepenuhnya dan mengirimkan pasokan dengan harga terjangkau ke semua negara yang tertarik.

Dalam sebuah pidato di televisi, Dmitry Patrushev mengatakan, Moskow siap untuk menyediakan hingga 500.000 ton biji-bijian ke negara-negara termiskin secara gratis dalam empat bulan ke depan dengan bantuan Turki.

Deklarasi ini datang satu hari setelah Sekjen PBB Antonio Guterres mendesak Rusia dan Ukraina untuk memperbarui kesepakatan ekspor biji-bijian, yang dijadwalkan berakhir pada 19 November. Guterres juga mendesak negara-negara lain, terutama di Barat, untuk mempercepat penghapusan hambatan yang menghalangi ekspor biji-bijian dan pupuk Rusia.

Pejabat PBB telah menghubungi pihak berwenang Rusia terkait pengumuman penangguhan itu.

"Sangat penting bahwa semua pihak menahan diri dari tindakan apa pun yang akan membahayakan Inisiatif Gandum Laut Hitam, yang merupakan upaya kemanusiaan kritis yang jelas memiliki dampak positif pada akses ke makanan bagi jutaan orang," kata juru bicara Guterres, Stephane Dujarric.

Langkah Rusia itu juga mendapat tanggapan dari Presiden Ukraina Volodymr Zelensky, yang menyebut langkah Moskow itu telah diprediksi sebelumnya. Dia menuduh Moskow “memblokir” kapal-kapal yang membawa gandum sejak September. Saat ini, kata dia, 176 kapal dicadangkan di laut, membawa lebih dari 2 juta ton makanan.



“Ini adalah upaya transparan Rusia untuk kembali ke ancaman kelaparan skala besar di Afrika dan Asia,” kata Zelensky pada hari Sabtu dalam pidato video malamnya. Dia menyerukan tanggapan keras terhadap Rusia dari badan-badan internasional seperti PBB dan G-20.

Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, menuduh Rusia memainkan “permainan kelaparan” dengan membahayakan pengiriman makanan global.

Di Washington, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan penangguhan itu sangat disesalkan serta mendesak semua pihak untuk menjaga Inisiatif yang penting tersebut dan menyelamatkan nyawa.

"Setiap tindakan Rusia untuk mengganggu ekspor biji-bijian yang penting ini pada dasarnya adalah pernyataan bahwa orang dan keluarga di seluruh dunia harus membayar lebih untuk makanan atau kelaparan," kata Blinken dalam sebuah pernyataan.

“Dalam menangguhkan pengaturan ini, Rusia sekali lagi mempersenjatai makanan dalam perang yang dimulainya, yang secara langsung berdampak pada negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah serta harga pangan global, serta memperburuk krisis kemanusiaan dan kerawanan pangan yang sudah mengerikan,” demikian pernyataan Blinken.



(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1611 seconds (0.1#10.140)