Arab Saudi Membangkang AS, Putin: Pangeran Mohammed bin Salman Pantas Dihormati
loading...
A
A
A
MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin memuji Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman setelah Riyadh berani melawan tekanan Amerika Serikat (AS)agar meningkatkan produksi minyak.
Pemimpin Kremlin itu mengatakan Pangeran Mohammed bin Salman pantas dihormati karena Riydh telah berperan dalam menjaga keseimbangan dan stabilitas pasar minyak.
Putin menekankan bahwa Rusia bertekad untuk memperkuat hubungannya dengan Kerajaan Arab Saudi.
Menurutnya, Riyadh bekerja untuk melindungi kepentingan nasionalnya dan untuk menyeimbangkan pasar minyak pada saat yang sama.
Sekadar diketahui, AS telah menekan Arab Saudi untuk meningkatkan produksi minyak hingga akhir tahun ini. Alih-alih tunduk, Riyadh bersama OPEC+ justru memutuskan untuk memangkas produksi minyak hingga 2 juta barel per hari mulai November nanti.
Keputusan OPEC+ itu membuat AS marah. Para politisi Washington menuduh Riyadh berpihak pada Rusia dalam perang di Ukraina dan menyerukan penarikan pasukan dan peralatan militer Amerika dari kerajaan.
Riyadh menolak tuduhan itu dan menegaskan keputusannya soal minyak bukan soal politik tapi murni karena ekonomi.
Putin, dalam forum diskusi Valdai Club di Moskow, sebagaimana dikutip Reuters, Sabtu (29/0/2022), meminta Presiden AS Joe Biden untuk menghormati Pangeran Mohammed bin Salman.
Lebih lanjut, dia mendukung Riyadh bergabung dengan BRICS, sebuah blok ekonomi yang beranggotakan Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan.
Pemimpin Kremlin itu mengatakan Pangeran Mohammed bin Salman pantas dihormati karena Riydh telah berperan dalam menjaga keseimbangan dan stabilitas pasar minyak.
Putin menekankan bahwa Rusia bertekad untuk memperkuat hubungannya dengan Kerajaan Arab Saudi.
Menurutnya, Riyadh bekerja untuk melindungi kepentingan nasionalnya dan untuk menyeimbangkan pasar minyak pada saat yang sama.
Sekadar diketahui, AS telah menekan Arab Saudi untuk meningkatkan produksi minyak hingga akhir tahun ini. Alih-alih tunduk, Riyadh bersama OPEC+ justru memutuskan untuk memangkas produksi minyak hingga 2 juta barel per hari mulai November nanti.
Keputusan OPEC+ itu membuat AS marah. Para politisi Washington menuduh Riyadh berpihak pada Rusia dalam perang di Ukraina dan menyerukan penarikan pasukan dan peralatan militer Amerika dari kerajaan.
Riyadh menolak tuduhan itu dan menegaskan keputusannya soal minyak bukan soal politik tapi murni karena ekonomi.
Putin, dalam forum diskusi Valdai Club di Moskow, sebagaimana dikutip Reuters, Sabtu (29/0/2022), meminta Presiden AS Joe Biden untuk menghormati Pangeran Mohammed bin Salman.
Lebih lanjut, dia mendukung Riyadh bergabung dengan BRICS, sebuah blok ekonomi yang beranggotakan Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan.