Perjalanan Karier Sergey Surovikin, Jenderal Baru Rusia untuk Perang Melawan Ukraina
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sergey Surovikin atau Sergei Vladimirovich Surovikin adalah Jenderal Angkatan Bersenjata Rusia dan Komandan Angkatan Udara. Ia lahir di Novosibirk, Rusia 11 Oktober 1966. Dia bertugas mendirikan Direktorat Utama Polisi Militer, sebuah organisasi baru di Angkatan Darat Rusia.
Pada tahun 1987, Sergey Surovikin lulus dari Sekolah Komando Tinggi Militer Omsk. Dia ditugaskan di unit Spetsnaz dan bertugas di Perang Soviet-Afganistan. Pada Agustus 1991, Sergey Surovikin menjadi Kapten dan Komandan Batalion Senapan ke-1 di Divisi Senapan Motor Pengawal ke-2 Tamanskaya.
Selama Kudeta Agustus di Moskow, Sergey Surovikin diperintahkan untuk mengirim batalionnya ke terowongan di Garden Ring, di mana tiga demonstran anti-kudeta tewas. Setelah kejadian itu dan mengalami kekalahan, Sergey Surovikin ditangkap dan ditahan di bawah penyelidikan selama tujuh bulan. Namun, tuduhan tersebut dibatalkan pada 10 Desember karena Boris Yeltsin menyimpulkan bahwa Sergey Surovikin hanya mengikuti perintah. Dia dipromosikan ke pangkat mayor sesudahnya.
Sergey Surovikin mengikuti Akademi Militer Frunze. Pada September 1995, ia dijatuhkan hukuman setahun masa percobaan oleh pengadilan militer garnisun Moskow karena ia sempat menjual senjata secara ilegal. Putusan itu dibatalkan setelah penyelidikan menyimpulkan bahwa Sergey Surovikin telah setuju untuk memberikan pistol kepada sesama siswa untuk digunakan dalam kompetisi, tanpa mengetahui tujuan yang dimaksudkan.
Pada tahun 1995 juga ia lulus dari Akademi Militer Frunze. Sergey Surovikin di kirim ke Tajikistan dan memimpin batalion senapan motor. Kemudian ia menjadi kepala staff dan komandan Resimen Senapan Pengawal Motor ke-149 dan kepala staf Divisi Senapan Motor kw-201.
Pada 2002, Sergey Surovikin lulus dari Akademi Militer Staf Umum dan menjadi komandan Divisi Senapan Motor ke-34 di Yekaterinburg.
Pria berusia 55 tahun tersebut dikenal benar-benar “kejam” di Militer Rusia. Dia juga dituduh terlibat dalam pemboman tanpa pandang bulu terhadap pejuang oposisi dan mengawasi serangan senjata kimia, dalam kampanye yang dianggap penting dalam membantu pemerintah Suriah mendapatkan kembali kendali atas sebagaian besar negara.
Pembonan brutal yang dilakukan Sergey Surovikin menyebabkan hancurnya sebagian besar kota Aleppo di Suriah, dimana Rusia campur tangan di pihak Bashar al-Assad.
Pada tahun 1987, Sergey Surovikin lulus dari Sekolah Komando Tinggi Militer Omsk. Dia ditugaskan di unit Spetsnaz dan bertugas di Perang Soviet-Afganistan. Pada Agustus 1991, Sergey Surovikin menjadi Kapten dan Komandan Batalion Senapan ke-1 di Divisi Senapan Motor Pengawal ke-2 Tamanskaya.
Selama Kudeta Agustus di Moskow, Sergey Surovikin diperintahkan untuk mengirim batalionnya ke terowongan di Garden Ring, di mana tiga demonstran anti-kudeta tewas. Setelah kejadian itu dan mengalami kekalahan, Sergey Surovikin ditangkap dan ditahan di bawah penyelidikan selama tujuh bulan. Namun, tuduhan tersebut dibatalkan pada 10 Desember karena Boris Yeltsin menyimpulkan bahwa Sergey Surovikin hanya mengikuti perintah. Dia dipromosikan ke pangkat mayor sesudahnya.
Sergey Surovikin mengikuti Akademi Militer Frunze. Pada September 1995, ia dijatuhkan hukuman setahun masa percobaan oleh pengadilan militer garnisun Moskow karena ia sempat menjual senjata secara ilegal. Putusan itu dibatalkan setelah penyelidikan menyimpulkan bahwa Sergey Surovikin telah setuju untuk memberikan pistol kepada sesama siswa untuk digunakan dalam kompetisi, tanpa mengetahui tujuan yang dimaksudkan.
Pada tahun 1995 juga ia lulus dari Akademi Militer Frunze. Sergey Surovikin di kirim ke Tajikistan dan memimpin batalion senapan motor. Kemudian ia menjadi kepala staff dan komandan Resimen Senapan Pengawal Motor ke-149 dan kepala staf Divisi Senapan Motor kw-201.
Pada 2002, Sergey Surovikin lulus dari Akademi Militer Staf Umum dan menjadi komandan Divisi Senapan Motor ke-34 di Yekaterinburg.
Pria berusia 55 tahun tersebut dikenal benar-benar “kejam” di Militer Rusia. Dia juga dituduh terlibat dalam pemboman tanpa pandang bulu terhadap pejuang oposisi dan mengawasi serangan senjata kimia, dalam kampanye yang dianggap penting dalam membantu pemerintah Suriah mendapatkan kembali kendali atas sebagaian besar negara.
Pembonan brutal yang dilakukan Sergey Surovikin menyebabkan hancurnya sebagian besar kota Aleppo di Suriah, dimana Rusia campur tangan di pihak Bashar al-Assad.