Delapan Penyakit Infeksi Paling Mematikan di Dunia

Jum'at, 03 Juli 2020 - 13:03 WIB
loading...
Delapan Penyakit Infeksi Paling Mematikan di Dunia
Foto/Ilustrasi/Sindonews
A A A
JAKARTA - Dunia saat ini tengah menghadapi pandemi virus Corona baru, Covid-19 . Penyakit mematikan ini telah menyebar ke hampir setiap sudut bumi, memaksa umat manusia tetap di rumah dan setiap negara menutup perbatasannya, serta memicu kemerosotan ekonomi.

Virus Covid-19 pertama kali muncul di kota Wuhan, China, dan kemudian menyebar ke seluruh penjuru dunia. Hingga saat ini tercatat lebih dari 10 juta manusia telah terinfeksi dengan lebih dari 500 ribu meninggal dan 6 juta lebih dinyatakan sembuh.

Virus Corona menimbulkan beragam gejala pada pengidapnya. Gejala ringannya tidak jauh berbeda dengan gejalah flu seperti pusing, batuk, dan hidung beringus. Namun jika sudah parah, virus ini dapat menyebabkan pneumonia yang mematikan.

Meski begitu, Covid-19 bukanlah satu-satunya penyakit infeksi mematikan di dunia. Ada sejumlah penyakit yang disebabkan infeksi virus, bakteri atau amuba yang bisa menghilangkan nyawa seseorang. Dalam rangka menyambut HUT ke-8 Sindonews, kami akan menyajikan delapan penyakit menular paling mematikan di dunia yang disitir dari CBS, Jumat (3/7/2020).

1. Penyakit Sapi Gila

Tingkat kematian: 100%

Ketika manusia terjangkit penyakit sapi gila, dokter menyebutnya sebagai penyakit Creutzfeldt-Jakob. Penyakit ini dianggap langka: rata-rata 350 kasus dilaporkan di Amerika Serikat setiap tahun.

Tidak jelas apa penyebab penyakit yang sebagian besar kasusnya menyebabkan gangguan neurologis mematikan ini. Gejalanya meliputi perubahan kepribadian, insomnia, hilangnya kontrol otot dan halusinasi.

2. Rabies

Tingkat kematian: 100%

Hanya ada beberapa kasus dalam sejarah manusia di mana mereka yang tidak divaksin selamat dari virus rabies. Sembilan puluh sembilan persen kasus ini disebarkan oleh gigitan anjing.

Pada 2010, pemerintah pernah meluncurkan kampanye untuk memvaksinasi 400 ribu anjing setelah wabah rabies menewaskan lebih dari 130 orang.

3. Balamuthia Ensefalitis

Tingkat kematian: 98%

Amuba berbahaya ini dapat menginfeksi banyak bagian tubuh yang berbeda termasuk kulit, sinus, dan otak. Amuba ini hidup di tanah dan dapat memasuki tubuh melalui luka terbuka atau dihirup.

Penyakit ini sangat langka, dengan hanya 200 kasus yang dilaporkan sejak ditemukan pada tahun 1986.

4. Amuba Pemakan Otak

Tingkat kematian: 95%

Naegleria fowleri - juga dikenal sebagai amuba pemakan otak - umumnya ditemukan dalam air hangat dan segar. Amuba ini masuk ke tubuh manusia melalui lubang hidung.

Penyakit ini menyebabkan sulit untuk didiagnosis dan hampir selalu berakibat fatal. Gejala awal berupa kekakuan leher dan sakit kepala dengan cepat berkembang menjadi kebingungan, kejang, dan, seringkali berujung pada kematian.

Penyakit ini juga jarang terjadi. Antara nol dan 8 kasus dilaporkan setiap tahun di Amerika Serikat.

5. Virus Nipah

Tingkat kematian: 75%

Virus kelelawar ini terkait dengan virus Hendra. Virus ini juga muncul dengan penyakit pernapasan akut dan ensefalitis fatal.

Virus Nipah lebih umum daripada virus Hendra, yang mengakibatkan wabah hampir tahunan di Bangladesh sejak 2001.

6. Flu Burung

Tingkat kematian: 60%

Flu burung menyebar atau menyerang manusia setelah melakukan kontak dengan unggas yang terinfeksi. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penularan dari manusia ke manusia tampaknya tidak sering terjadi.

Wabah virus H5N1 yang mematikan di antara unggas dilaporkan di China pada 1 Februari 2020.

7. Virus Hendra

Tingkat kematian: 57%

Virus ini, juga disebarkan oleh kelelawar buah, menginfeksi manusia dan kuda. Ditemukan di Australia pada tahun 1994. Kasusnya jarang terjadi; antara tahun 1994 dan 2013, hanya ada 7 orang didiagnosis mengidap virus ini dan 4 di antaranya meninggal.

Gejalanya meliputi masalah pernapasan seperti flu, diikuti, untuk kasus yang parah, oleh ensefalitis.

8. Virus Marburg

Tingkat kematian: 50%

Virus Marburg secara klinis mirip dengan Ebola. Awalnya ditransmisikan ke manusia melalui kontak dengan kelelawar Rousettus. Begitu virus memasuki populasi manusia, virus itu menular melalui cairan tubuh manusia.

Pada kasus fatal, kematian akibat terinfeksi virus ini dikarenakan kehilangan banyak darah, biasanya terjadi pada 8 atau 9 hari setelah timbulnya gejala.
(ber)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1963 seconds (0.1#10.140)