Bisa Terjadi Dalam Beberapa Dekade, Dunia Perlu Waspada Pandemi Baru
loading...
A
A
A
Sementara itu, Uni Eropa (UE) sudah menyerukan negara-negara anggotanya mempersiapkan persatuan untuk menghadapi pandemi berikutnya. "Perlu adanya pendekatan Eropa yang menyatu untuk menghadapi pandemi lain seperti Covid-19 di masa mendatang," demikian seruan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Angela Merkel, dilansir Eurativ.
Flu Babi Jadi Potensi Pandemi Berikutnya
Di saat vaksin sebagai obat untuk pandemi virus corona (Covid-19) belum ditemukan, dunia dihebohkan dengan calon pandemi berikutnya, yakni jenis baru flu babi. Lagi-lagi virus flu babi itu muncul dari China.
Virus bernama G4 merupakan jenis yang berkembang dari H1N1 yang menyebabkan pandemi pada 2009. “Virus itu mampu beradaptasi untuk menginfeksi manusia,” demikian para peneliti dari universitas-universitas di China dan Center for Disease Control and Prevention China.
Sejak 2011 hingga 2018, para peneliti mengkaji 30.000 hasil penelitian terhadap pusat pemotongan babi di 10 provinsi di China dan rumah sakit hewan. Mereka menemukan 179 virus flu babi. Mayoritas jenis baru tersebut berasal dari babi sejak 2016. (Baca juga: WHO: Yang Terburuk dari Pandemi Virus Corona 'Belum Datang')
Para peneliti itu menyatakan virus yang dibawa babi tersebut dapat menjangkiti manusia. Para peneliti khawatir virus itu bisa bermutasi lebih jauh sehingga bisa menular dengan mudah dari satu orang ke orang lain dan memicu wabah penyakit sedunia. Meskipun penemuan tersebut belum menjadi masalah darurat, menurut para ilmuwan, virus tersebut punya "semua tanda" untuk menular ke manusia sehingga perlu diawasi ketat.
Karena virus ini baru, hanya sedikit manusia atau bahkan tidak ada manusia yang kebal terhadapnya. Pengujian terhadap kekebalan manusia tidak mampu kebal terhadap flu babi variasi baru tersebut. Pengujian darah terhadap pekerja di pemotongan babi menunjukkan 10,4% di antaranya terinfeksi virus tersebut. Tes tersebut juga menunjukkan 4,4% populasi juga bisa terkena infeksi tersebut.
Virus itu telah menular dari hewan ke manusia, tetapi belum ada bukti penularan dari manusia ke manusia. “Menjadi perhatian infeksi manusia virus G4 karena adanya adaptasi manusia dan memunculkan risiko pandemi pada manusia,” demikian ungkap para peneliti.
China memang dikenal sebagai produsen daging babi terbesar di dunia. Setiap tahun, 310 juta babi diternak di China. Para peneliti juga menyarankan agar perlunya pengawasan ketat bagi orang yang bekerja di peternakan babi dan rumah potong babi. “Pengawasan sistematis terhadap virus flu pada babi menjadi peringatan penting dan kesiapan dalam menghadapi potensi pandemi mendatang,” kata para peneliti asal China tersebut.
Pandemi flu terakhir yang dihadapi khalayak dunia—wabah flu babi yang bermula di Meksiko pada 2009—kurang mematikan dari dugaan awal. Salah satu penyebab utamanya, banyak orang tua memiliki kekebalan terhadapnya, mungkin karena virus tersebut mirip dengan virus flu yang beredar bertahun-tahun sebelumnya. Virus tersebut, yang disebut A/H1N1pdm09, kini dapat dilawan dengan vaksin flu tahunan untuk memastikan masyarakat terlindungi. (Lihat videonya: Puluhan Pelanggar Lalu Lintas Tak Pakai Masker Diberi hukuman Berjemur)
Flu Babi Jadi Potensi Pandemi Berikutnya
Di saat vaksin sebagai obat untuk pandemi virus corona (Covid-19) belum ditemukan, dunia dihebohkan dengan calon pandemi berikutnya, yakni jenis baru flu babi. Lagi-lagi virus flu babi itu muncul dari China.
Virus bernama G4 merupakan jenis yang berkembang dari H1N1 yang menyebabkan pandemi pada 2009. “Virus itu mampu beradaptasi untuk menginfeksi manusia,” demikian para peneliti dari universitas-universitas di China dan Center for Disease Control and Prevention China.
Sejak 2011 hingga 2018, para peneliti mengkaji 30.000 hasil penelitian terhadap pusat pemotongan babi di 10 provinsi di China dan rumah sakit hewan. Mereka menemukan 179 virus flu babi. Mayoritas jenis baru tersebut berasal dari babi sejak 2016. (Baca juga: WHO: Yang Terburuk dari Pandemi Virus Corona 'Belum Datang')
Para peneliti itu menyatakan virus yang dibawa babi tersebut dapat menjangkiti manusia. Para peneliti khawatir virus itu bisa bermutasi lebih jauh sehingga bisa menular dengan mudah dari satu orang ke orang lain dan memicu wabah penyakit sedunia. Meskipun penemuan tersebut belum menjadi masalah darurat, menurut para ilmuwan, virus tersebut punya "semua tanda" untuk menular ke manusia sehingga perlu diawasi ketat.
Karena virus ini baru, hanya sedikit manusia atau bahkan tidak ada manusia yang kebal terhadapnya. Pengujian terhadap kekebalan manusia tidak mampu kebal terhadap flu babi variasi baru tersebut. Pengujian darah terhadap pekerja di pemotongan babi menunjukkan 10,4% di antaranya terinfeksi virus tersebut. Tes tersebut juga menunjukkan 4,4% populasi juga bisa terkena infeksi tersebut.
Virus itu telah menular dari hewan ke manusia, tetapi belum ada bukti penularan dari manusia ke manusia. “Menjadi perhatian infeksi manusia virus G4 karena adanya adaptasi manusia dan memunculkan risiko pandemi pada manusia,” demikian ungkap para peneliti.
China memang dikenal sebagai produsen daging babi terbesar di dunia. Setiap tahun, 310 juta babi diternak di China. Para peneliti juga menyarankan agar perlunya pengawasan ketat bagi orang yang bekerja di peternakan babi dan rumah potong babi. “Pengawasan sistematis terhadap virus flu pada babi menjadi peringatan penting dan kesiapan dalam menghadapi potensi pandemi mendatang,” kata para peneliti asal China tersebut.
Pandemi flu terakhir yang dihadapi khalayak dunia—wabah flu babi yang bermula di Meksiko pada 2009—kurang mematikan dari dugaan awal. Salah satu penyebab utamanya, banyak orang tua memiliki kekebalan terhadapnya, mungkin karena virus tersebut mirip dengan virus flu yang beredar bertahun-tahun sebelumnya. Virus tersebut, yang disebut A/H1N1pdm09, kini dapat dilawan dengan vaksin flu tahunan untuk memastikan masyarakat terlindungi. (Lihat videonya: Puluhan Pelanggar Lalu Lintas Tak Pakai Masker Diberi hukuman Berjemur)