5 Negara di Dunia yang akan Membeku karena Tidak Dapat Suplai Gas Rusia
loading...
A
A
A
BERLIN - Sebanyak lima negara di dunia terancam membeku karena tidak mendapat suplai gas Rusia. Untuk diketahui, Rusia menjadi pemasok utama gas bagi negara-negara Eropa.
Menyusul rentetan sanksi yang diberikan atas invasinya ke Ukraina, Rusia mengancam penghentian pasokan gasnya ke negara-negara yang dianggap tidak bersahabat.
Sebelumnya, Kremlin juga mengeluarkan kebijakan pembayaran gas menggunakan mata uang Rubel dan banyak menimbulkan polemik.
Kini, Eropa tengah bersiap menghadapi musim dingin. Penghentian pasokan gas Rusia tentu akan cukup berdampak pada beberapa negara yang memiliki ketergantungan terhadapnya.
Berikut lima negara di dunia yang akan membeku karena tidak mendapat suplai gas Rusia
1. Jerman
Jerman menjadi salah satu negara yang diketahui cukup bergantung kepada gas Rusia. Dikutip dari laman People’s World, sebelum perang di Ukraina, Jerman mendapatkan pasokan gas alam Rusia untuk memanaskan rumah dan menggerakan sebagian besar industrinya.
Hal ini sudah berlangsung selama beberapa dekade, bahkan selama perang dingin. Akan tetapi, setelah invasi Rusia ke Ukraina, kesepakatan pipa Nord Stream 2 yang mengangkut banyak gas ke Jerman dibatalkan.
Situasi ini sebenarnya menghadirkan masalah bagi Jerman. Karena lebih dari 40 juta penduduk menggunakan gas alam Rusia untuk memanaskan rumah mereka. Sekarang, musim dingin sudah mulai dirasakan di Berlin.
Tak hanya kekurangan sumber gas, makanan dan biaya lain juga terus mengalami kenaikan.
“Kami memperkirakan harga akan berlipat ganda. Bukan hanya pemanas rumah, itu juga memasak, air panas untuk mandi … semuanya. Membuat jendela kaca patri yang merupakan spesialisasinya juga menghabiskan banyak energi, jadi masalah yang sama berulang di bidang manufaktur dan di seluruh perekonomian,” ujar Gunter Pohl, seorang pekerja di kawasan Industri Jerman.
2. Denmark
Denmark akan menghadapi musim gugur dan musim dingin yang tidak pasti setelah pipa gas Nord Stream 1 yang memasok gas Rusia resmi ditutup.
Dikutip dari laman The Local, Menteri Iklim, Energi dan Pasokan Denmark Dan Jorgensen menyebut situasinya cukup serius.
Pihaknya mengklaim tengah mempersiapkan langkah-langkah penghematan energi baru setelah Gazprom memutuskan menutup pasokannya.
Di atas kertas, penghematan energi Denmark diprediksi bisa melewati musim dingin. Hanya saja, situasinya sangatlah tidak pasti
“Di Denmark, kami telah melakukannya dengan baik untuk menghemat gas, tetapi masih banyak yang harus dilakukan. Oleh karena itu, pesan yang sangat jelas diperlukan tentang apa yang dapat Anda lakukan sendiri di rumah dan di perusahaan,” papar Jorgensen.
Sebelumnya, Pipa Nord Stream 1 biasanya mengirimkan banyak gas alam dari Rusia ke Eropa untuk memanaskan sekitar 26 juta rumah, tetapi pasokan ini telah berkurang secara signifikan sejak Moskow menginvasi Ukraina pada Februari 2022 lalu.
3. Hongaria
Hongaria diketahui sangat bergantung terhadap pasokan gas Rusia. Terlepas dari sanksi yang diberikan Uni Eropa kepada Rusia, Hongaria menjadi penentang sanksi tersebut.
Dikutip dari Intellinews, pihaknya menyalahkan sanksi Uni Eropa sebagai penyebab dari melonjaknya harga energi di Eropa.
Dalam hal ini, alasan Hongaria tidak bisa melepaskan gas Rusia adalah statusnya sebagai negara yang terkurung daratan.
“Karena geografi Hongaria, sebagai negara yang terkurung daratan, secara fisik tidak mungkin memastikan pasokan energi Hongaria tanpa menggunakan dan mempertimbangkan sumber gas Rusia," ujar Menlu Hongaria Peter Szijjarto.
Kehilangan pasokan gas Rusia bisa memunculkan masalah khusus pada Hungaria, termasuk bisa membuat sebagian penduduknya kedinginan.
Hal inilah yang membuatnya menolak sanksi Uni Eropa dan menandatangani perjanjian baru bersama Gazprom terkait pengiriman gas tambahan.
4. Polandia
Musim dingin bagi Polandia mungkin akan sedikit sulit untuk dilewati. Dikutip dari laman Euronews, sekitar setengah dari gas dan hampir dua pertiga dari impor minyak Polandia berasal dari Rusia.
Angka tersebut masih jauh lebih rendah jika dibandingkan beberapa tahun lalu yang mencapai 80% impor gas dari Rusia.
Setelah Rusia mengeluarkan kebijakan pemberhentian pasokan gas, Polandia sudah mempersiapkan skenario penanganannya.
Salah satunya adalah dengan pembangunan pipa baltik. Namun, masalahnya adalah proyek tersebut belum selesai karena sempat mengalami penundaan.
Masalah terbesar yang dihadapi Polandia adalah konsumsi gas terbesar dari sektor industri yang mencapai 42 persen.
Selain itu, kebutuhan rumah tangga dan sistem pemanas juga bisa mempersulit situasi musim dingin mendatang.
5. Bulgaria
Menyusul invasi Rusia ke Ukraina, Uni Eropa ingin mengakhiri ketergantungan terhadap gas dan minyak Rusia. Namun, untuk beberapa negara seperti Bulgaria, langkah tersebut tampak seperti fiksi ilmiah.
Dikutip dari Rferl, Perdana Menteri Kiril Petkov menjelaskan posisi Bulgaria yang mendukung sanksi, namun hal yang berkaitan dengan penghentian impor minyak dan gas tidak bisa dilakukan.
Seperti yang diketahui, Bulgaria cukup bergantung pada minyak dan gas Rusia. Sebelumnya, Gazprom sendiri telah menghentikan pasokannya akibat Bulgaria menolak membayar dengan Rubel.
Sebelum pasokan dihentikan, Bulgaria mendapat sekitar 77% gas dari Rusia. Dalam beberapa tahun terakhir, negara ini telah mengonsumsi sekitar 3 miliar meter kubik gas per tahun.
Dari sebagian penggunaan gas di Bulgaria, sekitar dua pertiga digunakan untuk industri dan memanaskan rumah selama musim dingin.
Menyusul rentetan sanksi yang diberikan atas invasinya ke Ukraina, Rusia mengancam penghentian pasokan gasnya ke negara-negara yang dianggap tidak bersahabat.
Sebelumnya, Kremlin juga mengeluarkan kebijakan pembayaran gas menggunakan mata uang Rubel dan banyak menimbulkan polemik.
Kini, Eropa tengah bersiap menghadapi musim dingin. Penghentian pasokan gas Rusia tentu akan cukup berdampak pada beberapa negara yang memiliki ketergantungan terhadapnya.
Berikut lima negara di dunia yang akan membeku karena tidak mendapat suplai gas Rusia
1. Jerman
Jerman menjadi salah satu negara yang diketahui cukup bergantung kepada gas Rusia. Dikutip dari laman People’s World, sebelum perang di Ukraina, Jerman mendapatkan pasokan gas alam Rusia untuk memanaskan rumah dan menggerakan sebagian besar industrinya.
Hal ini sudah berlangsung selama beberapa dekade, bahkan selama perang dingin. Akan tetapi, setelah invasi Rusia ke Ukraina, kesepakatan pipa Nord Stream 2 yang mengangkut banyak gas ke Jerman dibatalkan.
Situasi ini sebenarnya menghadirkan masalah bagi Jerman. Karena lebih dari 40 juta penduduk menggunakan gas alam Rusia untuk memanaskan rumah mereka. Sekarang, musim dingin sudah mulai dirasakan di Berlin.
Tak hanya kekurangan sumber gas, makanan dan biaya lain juga terus mengalami kenaikan.
“Kami memperkirakan harga akan berlipat ganda. Bukan hanya pemanas rumah, itu juga memasak, air panas untuk mandi … semuanya. Membuat jendela kaca patri yang merupakan spesialisasinya juga menghabiskan banyak energi, jadi masalah yang sama berulang di bidang manufaktur dan di seluruh perekonomian,” ujar Gunter Pohl, seorang pekerja di kawasan Industri Jerman.
2. Denmark
Denmark akan menghadapi musim gugur dan musim dingin yang tidak pasti setelah pipa gas Nord Stream 1 yang memasok gas Rusia resmi ditutup.
Dikutip dari laman The Local, Menteri Iklim, Energi dan Pasokan Denmark Dan Jorgensen menyebut situasinya cukup serius.
Pihaknya mengklaim tengah mempersiapkan langkah-langkah penghematan energi baru setelah Gazprom memutuskan menutup pasokannya.
Di atas kertas, penghematan energi Denmark diprediksi bisa melewati musim dingin. Hanya saja, situasinya sangatlah tidak pasti
“Di Denmark, kami telah melakukannya dengan baik untuk menghemat gas, tetapi masih banyak yang harus dilakukan. Oleh karena itu, pesan yang sangat jelas diperlukan tentang apa yang dapat Anda lakukan sendiri di rumah dan di perusahaan,” papar Jorgensen.
Sebelumnya, Pipa Nord Stream 1 biasanya mengirimkan banyak gas alam dari Rusia ke Eropa untuk memanaskan sekitar 26 juta rumah, tetapi pasokan ini telah berkurang secara signifikan sejak Moskow menginvasi Ukraina pada Februari 2022 lalu.
3. Hongaria
Hongaria diketahui sangat bergantung terhadap pasokan gas Rusia. Terlepas dari sanksi yang diberikan Uni Eropa kepada Rusia, Hongaria menjadi penentang sanksi tersebut.
Dikutip dari Intellinews, pihaknya menyalahkan sanksi Uni Eropa sebagai penyebab dari melonjaknya harga energi di Eropa.
Dalam hal ini, alasan Hongaria tidak bisa melepaskan gas Rusia adalah statusnya sebagai negara yang terkurung daratan.
“Karena geografi Hongaria, sebagai negara yang terkurung daratan, secara fisik tidak mungkin memastikan pasokan energi Hongaria tanpa menggunakan dan mempertimbangkan sumber gas Rusia," ujar Menlu Hongaria Peter Szijjarto.
Kehilangan pasokan gas Rusia bisa memunculkan masalah khusus pada Hungaria, termasuk bisa membuat sebagian penduduknya kedinginan.
Hal inilah yang membuatnya menolak sanksi Uni Eropa dan menandatangani perjanjian baru bersama Gazprom terkait pengiriman gas tambahan.
4. Polandia
Musim dingin bagi Polandia mungkin akan sedikit sulit untuk dilewati. Dikutip dari laman Euronews, sekitar setengah dari gas dan hampir dua pertiga dari impor minyak Polandia berasal dari Rusia.
Angka tersebut masih jauh lebih rendah jika dibandingkan beberapa tahun lalu yang mencapai 80% impor gas dari Rusia.
Setelah Rusia mengeluarkan kebijakan pemberhentian pasokan gas, Polandia sudah mempersiapkan skenario penanganannya.
Salah satunya adalah dengan pembangunan pipa baltik. Namun, masalahnya adalah proyek tersebut belum selesai karena sempat mengalami penundaan.
Masalah terbesar yang dihadapi Polandia adalah konsumsi gas terbesar dari sektor industri yang mencapai 42 persen.
Selain itu, kebutuhan rumah tangga dan sistem pemanas juga bisa mempersulit situasi musim dingin mendatang.
5. Bulgaria
Menyusul invasi Rusia ke Ukraina, Uni Eropa ingin mengakhiri ketergantungan terhadap gas dan minyak Rusia. Namun, untuk beberapa negara seperti Bulgaria, langkah tersebut tampak seperti fiksi ilmiah.
Dikutip dari Rferl, Perdana Menteri Kiril Petkov menjelaskan posisi Bulgaria yang mendukung sanksi, namun hal yang berkaitan dengan penghentian impor minyak dan gas tidak bisa dilakukan.
Seperti yang diketahui, Bulgaria cukup bergantung pada minyak dan gas Rusia. Sebelumnya, Gazprom sendiri telah menghentikan pasokannya akibat Bulgaria menolak membayar dengan Rubel.
Sebelum pasokan dihentikan, Bulgaria mendapat sekitar 77% gas dari Rusia. Dalam beberapa tahun terakhir, negara ini telah mengonsumsi sekitar 3 miliar meter kubik gas per tahun.
Dari sebagian penggunaan gas di Bulgaria, sekitar dua pertiga digunakan untuk industri dan memanaskan rumah selama musim dingin.
(sya)